Galang Dana Kemanusiaan, Erros Djarot Bernyanyi dengan 60 Tokoh
loading...
A
A
A
Banyaknya penyanyi dan influencer yang bergabung tidak lepas dari sosok Banyu Biro Djarot, Executive Producer video campaign "Ulurkan Tangan" yang tak lain putra sulung Erros Djarot. Banyu sebagai tokoh muda yang mempunyai pergaulan luas mengajak mereka menorehkan sejarah dalam jumlah tokoh yang terlibat ikut bernyanyi. Ajakan yang terbukti susah ditolak para penyanyi, aktris, maupun influencer.
Proses pembuatan video klip "Ulurkan Tangan" memiliki tingkat kerumitan tersendiri karena harus menggabungkan semua video yang dikirim setiap tokoh dari rumah masing-masing, di mana kualitas gambar dan kualitas suara berbeda sesuai ponsel masing-masing.
"Tantangannya menyatukan materi video yang di-shoot dengan ponsel sehingga kualitas jauh dari standar profesional. Sementara Erros Djarot sosok perfeksionis sehingga editor maupun music director harus bekerja keras memenuhi imajinasi kreatif Sang Maestro dengan source terbatas secara kualitas teknis," kata CEO EDCC Wahyu Kusuma Wardhana yang akrab disapa Yuyun Wardhana.
Menurut Yuyun, energi dan kreativitas Erros Djarot tidak ada matinya. "Di usia yang sudah tidak muda lagi, energi kreatif Mas Erros masih tinggi. Mulai dari mencipta lagu dengan hanya bermodalkan gitar, menulis lirik, proses rekaman suara, maengaransemen lagu, bahkan sampai proses pembuatan video klip, semua dilakukan sendiri, bahkan mengurusi hal-hal detil artistiknya. Tidak heran jika ED bisa dikategorikan sebagai seorang maestro serba bisa yang langka di negeri ini," paparnya.
Dalam proyek video campaign ini, EDCC menggandeng KAGAMACARE sebuah lembaga alumni di bawah naungan KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) untuk menyalurkan hasil donasi yang didapatkan. Saat ini, KAGAMACARE telah menyalurkan bantuan ke 48 rumah sakit, 37 puskesmas, serta 5 lembaga lain di 20 provinsi.
Proses pembuatan video klip "Ulurkan Tangan" memiliki tingkat kerumitan tersendiri karena harus menggabungkan semua video yang dikirim setiap tokoh dari rumah masing-masing, di mana kualitas gambar dan kualitas suara berbeda sesuai ponsel masing-masing.
"Tantangannya menyatukan materi video yang di-shoot dengan ponsel sehingga kualitas jauh dari standar profesional. Sementara Erros Djarot sosok perfeksionis sehingga editor maupun music director harus bekerja keras memenuhi imajinasi kreatif Sang Maestro dengan source terbatas secara kualitas teknis," kata CEO EDCC Wahyu Kusuma Wardhana yang akrab disapa Yuyun Wardhana.
Menurut Yuyun, energi dan kreativitas Erros Djarot tidak ada matinya. "Di usia yang sudah tidak muda lagi, energi kreatif Mas Erros masih tinggi. Mulai dari mencipta lagu dengan hanya bermodalkan gitar, menulis lirik, proses rekaman suara, maengaransemen lagu, bahkan sampai proses pembuatan video klip, semua dilakukan sendiri, bahkan mengurusi hal-hal detil artistiknya. Tidak heran jika ED bisa dikategorikan sebagai seorang maestro serba bisa yang langka di negeri ini," paparnya.
Dalam proyek video campaign ini, EDCC menggandeng KAGAMACARE sebuah lembaga alumni di bawah naungan KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) untuk menyalurkan hasil donasi yang didapatkan. Saat ini, KAGAMACARE telah menyalurkan bantuan ke 48 rumah sakit, 37 puskesmas, serta 5 lembaga lain di 20 provinsi.
(eyt)