Pentingnya Pola Tidur Demi Menjaga Kekebalan Tubuh Saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus corona atau COVID-19 menimbulkan kepanikan dan cemas. Orang-orang juga harus tinggal di rumah. Bagaimana bisa melewati masa yang penuh tantangan ini tanpa merasa stres dan tertekan?
Kecemasan akan terdampak dan terinfeksi diri, rasa terisolasi, kekhawatiran akan orang-orang terkasih yang berisiko, serta penyebaran berita mengenai pandemi COVID-19, menguras tenaga, membebani pikiran, serta membuat lelah.
WHO mengatakan bahwa bahwa kondisi pandemi COVID-19 ini telah membuat perubahan besar pada rutinitas harian. Perubahan-perubahan ini bisa sangat sulit bagi mereka yang memiliki tantangan kesehatan mental.
Perasaan stres dan bingung merupakan sebuah dampak alami yang dapat terjadi di tengah masa krisis ini. Untungnya, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental.
Health Practitioner, PT Avrist Assurance, dr. Herman Irawan, menyarankan cegah rasa cemas dan gelisah dengan membekali diri dengan pengetahuan yang tepat mengenai COVID-19 dan menjaga kualitas berita yang diterima setiap hari.
“Carilah informasi mengenai COVID-19 dari sumber berita terpercaya agar mengurangi rasa ketidakpastian. Kedua, adalah melatih otak untuk tetap tenang dan memandang dengan perspektif berbeda serta memiliki pikiran yang positif. Luangkan waktu untuk belajar hal baru agar dapat mengalihkan rasa kecemasan,” kata dr Herman.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasa cemas dan gelisah dapat juga menyebabkan masalah tidur yang serius, seperti insomnia. Mengalami serangan kecemasan dapat menyebabkan banyak orang merasa lelah. Rasa untuk tidur pun sulit terjadi karena kecemasan dan rasa khawatir.
Kurangnya kualitas tidur seseorang akhirnya akan berdampak pada kesehatan pikiran dan tubuhnya, yang akhirnya akan menekan sistem kekebalan tubuh seseorang. Penurunan daya tahan tubuh ini yang akhirnya menyebabkan manusia rentan terhadap penularan dan menyebabkan sakit.
“Tidur yang cukup dengan kualitas yang baik bagi orang dewasa adalah 8 jam. Kualitas tidur yang baik akan terasa keesokan harinya saat seseorang bisa beraktivas dengan baik dan tidak merasa ngantuk di siang atau sore hari,” terangnya.
Perhatikan juga asupan yang masuk dalam tubuh kita, khususnya kadar nikotin, kafein dan alkohol yang dapat mengganggu kualitas tidur.
“Batasi juga tidur di waktu siang hari sehingga saat waktu tidur di malam hari kita merasa kantuk. Lalu, memaksa rasa kantuk atau tidur akan semakin menegangkan pikiran sehingga berakibat tidak bisa tidur, ada baiknya sebelum tidur, latihan menenangkan pikiran dengan membayangkan kegiatan favorit, misalnya melalui meditasi,” jelas dr Herman.
Kecemasan akan terdampak dan terinfeksi diri, rasa terisolasi, kekhawatiran akan orang-orang terkasih yang berisiko, serta penyebaran berita mengenai pandemi COVID-19, menguras tenaga, membebani pikiran, serta membuat lelah.
WHO mengatakan bahwa bahwa kondisi pandemi COVID-19 ini telah membuat perubahan besar pada rutinitas harian. Perubahan-perubahan ini bisa sangat sulit bagi mereka yang memiliki tantangan kesehatan mental.
Perasaan stres dan bingung merupakan sebuah dampak alami yang dapat terjadi di tengah masa krisis ini. Untungnya, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental.
Health Practitioner, PT Avrist Assurance, dr. Herman Irawan, menyarankan cegah rasa cemas dan gelisah dengan membekali diri dengan pengetahuan yang tepat mengenai COVID-19 dan menjaga kualitas berita yang diterima setiap hari.
“Carilah informasi mengenai COVID-19 dari sumber berita terpercaya agar mengurangi rasa ketidakpastian. Kedua, adalah melatih otak untuk tetap tenang dan memandang dengan perspektif berbeda serta memiliki pikiran yang positif. Luangkan waktu untuk belajar hal baru agar dapat mengalihkan rasa kecemasan,” kata dr Herman.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasa cemas dan gelisah dapat juga menyebabkan masalah tidur yang serius, seperti insomnia. Mengalami serangan kecemasan dapat menyebabkan banyak orang merasa lelah. Rasa untuk tidur pun sulit terjadi karena kecemasan dan rasa khawatir.
Kurangnya kualitas tidur seseorang akhirnya akan berdampak pada kesehatan pikiran dan tubuhnya, yang akhirnya akan menekan sistem kekebalan tubuh seseorang. Penurunan daya tahan tubuh ini yang akhirnya menyebabkan manusia rentan terhadap penularan dan menyebabkan sakit.
“Tidur yang cukup dengan kualitas yang baik bagi orang dewasa adalah 8 jam. Kualitas tidur yang baik akan terasa keesokan harinya saat seseorang bisa beraktivas dengan baik dan tidak merasa ngantuk di siang atau sore hari,” terangnya.
Perhatikan juga asupan yang masuk dalam tubuh kita, khususnya kadar nikotin, kafein dan alkohol yang dapat mengganggu kualitas tidur.
“Batasi juga tidur di waktu siang hari sehingga saat waktu tidur di malam hari kita merasa kantuk. Lalu, memaksa rasa kantuk atau tidur akan semakin menegangkan pikiran sehingga berakibat tidak bisa tidur, ada baiknya sebelum tidur, latihan menenangkan pikiran dengan membayangkan kegiatan favorit, misalnya melalui meditasi,” jelas dr Herman.
(tdy)