Wisata Sehat Ke Pulau Giliyang, Surga Tersembunyi di Sumenep Madura
loading...
A
A
A
Sejarah Pulau Gili Iyang sendiri ditemukan oleh Daeng Masaleh tahun 1962. Konon menurut sesepuh di Pulau Gili Iyang, Daeng Masaleh datang dari Sulawesi yang katanya dituntun oleh ikan hiu sampai akhirnya menemukan daratan pulau. Beliau yang pertama kali membabat hutan untuk membuka jalan di Pulau Gili Iyang. Saat ini Pulau Gili Iyang Madura berpenduduk mayoritas dari suku Madura.
Pulau Eksotis
Kandungan oksigen yang tinggi bukan hanya berasal dari banyaknya pepohonan yang masih rimbun, tapi juga dari perputaran udara yang terjadi di Pantai Pulau Giliyang. Pantai di pulau tersebut ditumbuhi banyak pohon sehingga membuat suasana di pantai cukup dingin dan terhindar dari terik matahari.
Selain pasir pantai yang putih, di sini juga terdapat batu karang yang menghiasi. Anda juga bisa menemukan tumpukan tulang yang sengaja dipajang oleh warga sekitar. Tulang tersebut merupakan tulang ikan paus yang sengaja dipajang agar dilihat para wisatawan.
Di Giliyang juga terdapat banyak gua. Ada sekitar 17 gua yang ada di pulau ini. Salah satunya adalah Goa Air dengan kedalaman 150 meter. Walaupun lokasinya berdekatan dengan pantai namun air yang ada di sini adalah air tawar.
Satu hal lagi yang membuat tempat ini begitu alami, yaitu tak ada aliran listrik sampai dengan 2017. Sebelumnya, untuk memenuhi kehiudupan mereka, masyarakat Giliyang menggunakan lampu berbahan minyak dan aki sebagai penerangan.
Hanya sebagian dari masyarakat ini yang menggunakan panel surya. Baru pada 2017, aliran listrik akhirnya masuk ke tempat ini. Namun sampai dengan Mei 2019, aliran listrik di Giliyang hanya selama 12 jam dalam sehari, sedangkan beberapa pulai tetangganya sudah mencapai 24 jam dalam sehari. Tak heran, masyarakat di Pulau Giliyang sangat menyatu dengan alam.
Anda pun dapat menikmati kuliner ikan segar Giliyang, membeli kerajinan tangan penduduk lokal, dan menginap di homestay yang sudah disediakan.
Pulau Eksotis
Kandungan oksigen yang tinggi bukan hanya berasal dari banyaknya pepohonan yang masih rimbun, tapi juga dari perputaran udara yang terjadi di Pantai Pulau Giliyang. Pantai di pulau tersebut ditumbuhi banyak pohon sehingga membuat suasana di pantai cukup dingin dan terhindar dari terik matahari.
Selain pasir pantai yang putih, di sini juga terdapat batu karang yang menghiasi. Anda juga bisa menemukan tumpukan tulang yang sengaja dipajang oleh warga sekitar. Tulang tersebut merupakan tulang ikan paus yang sengaja dipajang agar dilihat para wisatawan.
Di Giliyang juga terdapat banyak gua. Ada sekitar 17 gua yang ada di pulau ini. Salah satunya adalah Goa Air dengan kedalaman 150 meter. Walaupun lokasinya berdekatan dengan pantai namun air yang ada di sini adalah air tawar.
Satu hal lagi yang membuat tempat ini begitu alami, yaitu tak ada aliran listrik sampai dengan 2017. Sebelumnya, untuk memenuhi kehiudupan mereka, masyarakat Giliyang menggunakan lampu berbahan minyak dan aki sebagai penerangan.
Hanya sebagian dari masyarakat ini yang menggunakan panel surya. Baru pada 2017, aliran listrik akhirnya masuk ke tempat ini. Namun sampai dengan Mei 2019, aliran listrik di Giliyang hanya selama 12 jam dalam sehari, sedangkan beberapa pulai tetangganya sudah mencapai 24 jam dalam sehari. Tak heran, masyarakat di Pulau Giliyang sangat menyatu dengan alam.
Anda pun dapat menikmati kuliner ikan segar Giliyang, membeli kerajinan tangan penduduk lokal, dan menginap di homestay yang sudah disediakan.