Demam Minggu Ke-2 pada Pasien Covid-19 Bisa Sebabkan Kematian, Waspadalah!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dokter Gunawan dalam Podcast Deddy Corbuzier menerangkan, pasien Covid-19 berada di masa kritis saat mereka memasuki fase demam minggu kedua atau second-week crash. Jika tidak ditangani dengan benar dan cepat, risiko kematian cukup besar.
"Makanya saya maunya agresif kalau mengobati pasien Covid-19. Kalau demam, ada kemungkinan pasien mengalami badai sitokin terutama demam di minggu kedua, karena demam minggu pertama badan appropriate atau masih baik-baik saja," papar Dokter Gunawan di video YouTube yang kini jadi perbincangan publik.
Dia melanjutkan, "Pasien Covid-19 mesti hati-hati jika minggu kedua masih demam, ada kemungkinan terjadi peradangan dalam tubuh yang lebih luas dari yang pertama dan kemungkinan pasien mengalami badai sitokin."
Pembahasan mengenai second-week crash sebetulnya sudah sangat ramai di dunia medis. Banyak dokter melaporkan keparahan pasien mulai terjadi di momen ini. Karena itu, situasi ini mesti ditangani dengan benar agar bisa menyelamatkan nyawa pasien Covid-19.
Menjadi pertanyaan sekarang, mengapa demam minggu kedua Covid-19 itu bisa mematikan?
Menurut laporan The Washington Post, ada sedikit konsensus di antara dokter dan ahli tentang mengapa demam hari kelima hingga kesepuluh tampak sangat berbahaya bagi pasien Covid-19.
Ebbing Lautenbach, Kepala Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran Perelman University of Pennsylvania, berspekulasi bahwa second-week crash berbahaya karena adanya pengaruh gen individu, efek virus pada jaringan paru-paru, imun yang terlalu aktif, pembekuan darah, hingga dampak dari penggunaan ventilator yang digunakan.
Lebih lanjut, menurut Naftali Kaminski, Kepala Perawatan Kritis Paru dan Obat Tidur di Yale School of Medicine yang mempelajari genomik penyakit paru-paru menyatakan bahwa demam minggu kedua Covid-19 berbahaya karena pengaruh tahap awal virus masuk dan menginfeksi.
"Jadi, dapat digambarkan virus yang sudah ada dalam tubuh dan menginfeksi, terus mendorong lebih banyak sel untuk membiarkan masuk dan terus menginfeksi lebih parah lagi," terangnya, dikutip Selasa (24/8).
"Makanya saya maunya agresif kalau mengobati pasien Covid-19. Kalau demam, ada kemungkinan pasien mengalami badai sitokin terutama demam di minggu kedua, karena demam minggu pertama badan appropriate atau masih baik-baik saja," papar Dokter Gunawan di video YouTube yang kini jadi perbincangan publik.
Dia melanjutkan, "Pasien Covid-19 mesti hati-hati jika minggu kedua masih demam, ada kemungkinan terjadi peradangan dalam tubuh yang lebih luas dari yang pertama dan kemungkinan pasien mengalami badai sitokin."
Pembahasan mengenai second-week crash sebetulnya sudah sangat ramai di dunia medis. Banyak dokter melaporkan keparahan pasien mulai terjadi di momen ini. Karena itu, situasi ini mesti ditangani dengan benar agar bisa menyelamatkan nyawa pasien Covid-19.
Menjadi pertanyaan sekarang, mengapa demam minggu kedua Covid-19 itu bisa mematikan?
Menurut laporan The Washington Post, ada sedikit konsensus di antara dokter dan ahli tentang mengapa demam hari kelima hingga kesepuluh tampak sangat berbahaya bagi pasien Covid-19.
Ebbing Lautenbach, Kepala Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran Perelman University of Pennsylvania, berspekulasi bahwa second-week crash berbahaya karena adanya pengaruh gen individu, efek virus pada jaringan paru-paru, imun yang terlalu aktif, pembekuan darah, hingga dampak dari penggunaan ventilator yang digunakan.
Lebih lanjut, menurut Naftali Kaminski, Kepala Perawatan Kritis Paru dan Obat Tidur di Yale School of Medicine yang mempelajari genomik penyakit paru-paru menyatakan bahwa demam minggu kedua Covid-19 berbahaya karena pengaruh tahap awal virus masuk dan menginfeksi.
"Jadi, dapat digambarkan virus yang sudah ada dalam tubuh dan menginfeksi, terus mendorong lebih banyak sel untuk membiarkan masuk dan terus menginfeksi lebih parah lagi," terangnya, dikutip Selasa (24/8).