Perhimpunan Farmasi Militer Resmi Berdiri di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sedikit tertinggal dalam hal pengembangan Perhimpunan Farmasi Militer (PFM). Padahal negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura saja sudah lebih dulu memilikinya.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Apt Drs Nurul Falah Eddy Pariang saat melantik Perhimpunan Farmasi Militer dan Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia, kemarin (25/8).
"Setiap kali pertemuan FIP (The International Pharmaceutical Federation, red), organisasi farmasi sedunia, selalu ada seksi farmasi militer. Kedua negara tetangga kita itu selalu menghadirkan perwakilannya dengan menggunakan seragam militer lengkap. Alhamdulillah, kini Indonesia juga sudah memiliki Perhimpunan Farmasi Militer," kata Nurul Falah di depan sidang pleno Rakernas IAI 2021 yang digelar secara daring.
Hal senada disampaikan Prof. Dr. Apt. Yahdiana Harahap, MSi yang merupakan salah satu pelindung PFM.
"FIP sudah memiliki seksi farmasi militer sejak 1952. Jadi kalau Indonesia baru memiliki sekarang, sebenarnya bisa dikatakan terlambat. Pendidikan farmasi militer sangat berbeda dibanding pendidikan farmasi pada umumnya. Di farmasi militer ada kurikulum pendidikan kemiliteran," terang pria yang menjabat Guru Besar Fakultas Farmasi UI sekaligus Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pertahanan itu.
Pada kesempatan tersebut, Nurul Falah melantik Ketua Perhimpunan Farmasi Militer Kolonel Kes Dr Apt Drs Yuli Subiakto, MSi, Sekretaris Dr Apt Bantari Wisnu KW, M.Biomed, Bendahara Apt Editha Romesten, MSc, dengan Dewan Penasihat antara lain Rektor Universitas Pertahanan, Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Kepala Puskes TNI, Kepala Puskes AD, dan Dekan Fakultas Farmasi Militer Universitas Pertahanan.
Sementara dalam kepengurusan Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia, ketuanya adalah Apt Firzan Naimu, M. Biomed.Sc, PhD, sekretaris Apt Muh Akbar Bahar, M.Pharm, PhD, dan bendahara Apt Eka Noviana, MS, PhD. Adapun Dewan Penasihat terdiri atas Prof Dr Apt Yahdiana Harahap, MS, Prof Dr Apt Elly Wahyudin, DEA, dan Prof Dr Apt Edy Meiyanto, MSi.
Yuli Subiakto di kesempatan yang sama menyampaikan pentingnya dibentuk Perhimpunan Farmasi Militer mengingat prajurit TNI bekerja dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan masyarakat kebanyakan. Perubahan lingkungan kerja itu berdampak pada fisiologis tubuh, nasib obat dalam tubuh, serta nasib makanan dan minuman sehingga prajurit TNI perlu dilatih indoktrinasi dan latihan fisiologi.
Menurut Yuli, saat ini kemandirian farmasi nasional masih merupakan cita-cita bangsa dalam wujudkan kedaulatan bidang kesehatan. Upaya mengembangkan formula sediaan farmasi, bahan baku aktif, bahan tambahan, bahan pengemas (antibiotika), nonantibiotika, simtomatik, suplemen, PKRT, dan alkes habis pakai adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam.
Pengembangan farmasi militer dilakukan dalam rangka dukungan kesehatan, kosmetika militer, nutrasetikal militer, toksikologi militer, ransum militer, bahan dekontaminasi CBRNE, pengendali huru-hara yang aman, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Untuk itu Kemhan dan TNI mengembangkan industri farmasi, biomedis dan vaksin, antara lain melalui Lembaga Farmasi Puskesad, Lembaga Biomedis Puskesad, Lembaga Biologi dan Vaksin Puskesad, Lembaga Farmasi Angkatan Laut, dan Lembaga Farmasi Angkatan Udara.
Lihat Juga: Buka Rakernas IAI 2023, Ganjar Ajak Apoteker Riset dan Kolaborasi untuk Antisipasi Penyakit
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Apt Drs Nurul Falah Eddy Pariang saat melantik Perhimpunan Farmasi Militer dan Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia, kemarin (25/8).
"Setiap kali pertemuan FIP (The International Pharmaceutical Federation, red), organisasi farmasi sedunia, selalu ada seksi farmasi militer. Kedua negara tetangga kita itu selalu menghadirkan perwakilannya dengan menggunakan seragam militer lengkap. Alhamdulillah, kini Indonesia juga sudah memiliki Perhimpunan Farmasi Militer," kata Nurul Falah di depan sidang pleno Rakernas IAI 2021 yang digelar secara daring.
Hal senada disampaikan Prof. Dr. Apt. Yahdiana Harahap, MSi yang merupakan salah satu pelindung PFM.
"FIP sudah memiliki seksi farmasi militer sejak 1952. Jadi kalau Indonesia baru memiliki sekarang, sebenarnya bisa dikatakan terlambat. Pendidikan farmasi militer sangat berbeda dibanding pendidikan farmasi pada umumnya. Di farmasi militer ada kurikulum pendidikan kemiliteran," terang pria yang menjabat Guru Besar Fakultas Farmasi UI sekaligus Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pertahanan itu.
Pada kesempatan tersebut, Nurul Falah melantik Ketua Perhimpunan Farmasi Militer Kolonel Kes Dr Apt Drs Yuli Subiakto, MSi, Sekretaris Dr Apt Bantari Wisnu KW, M.Biomed, Bendahara Apt Editha Romesten, MSc, dengan Dewan Penasihat antara lain Rektor Universitas Pertahanan, Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Kepala Puskes TNI, Kepala Puskes AD, dan Dekan Fakultas Farmasi Militer Universitas Pertahanan.
Sementara dalam kepengurusan Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia, ketuanya adalah Apt Firzan Naimu, M. Biomed.Sc, PhD, sekretaris Apt Muh Akbar Bahar, M.Pharm, PhD, dan bendahara Apt Eka Noviana, MS, PhD. Adapun Dewan Penasihat terdiri atas Prof Dr Apt Yahdiana Harahap, MS, Prof Dr Apt Elly Wahyudin, DEA, dan Prof Dr Apt Edy Meiyanto, MSi.
Yuli Subiakto di kesempatan yang sama menyampaikan pentingnya dibentuk Perhimpunan Farmasi Militer mengingat prajurit TNI bekerja dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan masyarakat kebanyakan. Perubahan lingkungan kerja itu berdampak pada fisiologis tubuh, nasib obat dalam tubuh, serta nasib makanan dan minuman sehingga prajurit TNI perlu dilatih indoktrinasi dan latihan fisiologi.
Menurut Yuli, saat ini kemandirian farmasi nasional masih merupakan cita-cita bangsa dalam wujudkan kedaulatan bidang kesehatan. Upaya mengembangkan formula sediaan farmasi, bahan baku aktif, bahan tambahan, bahan pengemas (antibiotika), nonantibiotika, simtomatik, suplemen, PKRT, dan alkes habis pakai adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam.
Pengembangan farmasi militer dilakukan dalam rangka dukungan kesehatan, kosmetika militer, nutrasetikal militer, toksikologi militer, ransum militer, bahan dekontaminasi CBRNE, pengendali huru-hara yang aman, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Untuk itu Kemhan dan TNI mengembangkan industri farmasi, biomedis dan vaksin, antara lain melalui Lembaga Farmasi Puskesad, Lembaga Biomedis Puskesad, Lembaga Biologi dan Vaksin Puskesad, Lembaga Farmasi Angkatan Laut, dan Lembaga Farmasi Angkatan Udara.
Lihat Juga: Buka Rakernas IAI 2023, Ganjar Ajak Apoteker Riset dan Kolaborasi untuk Antisipasi Penyakit
(tsa)