Peduli Lingkungan, CCFI Bangun Embung di Gunung Kidul
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagai bentuk upaya mempertahankan kelestarian air dan lingkungan, Coca-Cola Foundation Indonesia(CCFI), Coca-Cola System di Indonesia (Coca-Cola Indonesia dan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia) menjalankan sejumlah Community Water Program di berbagai wilayah di Indonesia.
Salah satu Community Water Program ini adalah pemanfaatan embung tadah hujan untuk daerah kering di Indonesia.CCFI kini bersama dengan Yayasan Obor Tani (YOT) menginisiasi pembangunan Embung Grigak, sebuah embung tadah hujan dengan lapisan geomembran untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan Pantai Grigak.
Director of Public Affairs, Communications and Sustainability of PT Coca-Cola Indonesia dan Ketua Pelaksana CCFI, Triyono Prijosoesilo mengatakan dengan pembangunan embung tadah hujan, pihaknya berharap dapat menjawab berbagai persoalan, khususnya akses air bagi masyarakat atau petani lokal, serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang.
Baca Juga : 13 Proyek Embung di Luwu Ditarget Rampung Oktober 2021
“Dan jika nantinya berdampak pada tumbuhnya pariwisata di dekat lokasi, tentunya menjadi nilai plus bagi para penduduk sekitar dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan mereka, dan kami turut senang telah ikut berperan,” ucap Triyono dalam Konferensi Pers Virtual, Selasa (31/8).
Embung Grigak yang terletak di Dukuh Karang,Kelurahan Girikato, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul ini merupakan daerah yang tandus dengan kondisi tanah yang berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, para petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.
Selain itu, Embung Grigak sendiri terletak 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap ke arah pantai. Pemandangan Embung Grigak yang sangat memukau membuka peluang bagi daerah tersebut untuk menjadi potensi lokasi wisata, serta berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi desa.
Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo mengungkapkan, Meskipun lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering, secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya akan mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman.“Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk tanaman,” ujar Pratomo.
Selain itu, berdasarkan hasil tes tanah, ditemukan bahwa tanah di kawasan Pantai Grigak cocok dimanfaatkan untuk penanaman tiga jenis tanaman buah, yaitu alpukat, kelengkeng dan mangga.Namun komoditas ini baru bisa berhasil tumbuh jika tersedia cukup air. Hadirnya embung tadah hujan ini diharapkan bisa membantu pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian agar para petani dapat hidup dari tanahnya.
Baca Juga : Merah Gelap, Pantai Coca Cola 'Hipnotis' Anak Muda Brasil
"Potensi lainnya dari adanya embung tadah hujan ini juga untuk menarik wisatawan. Ketiga sumber pendapatan potensial ini dipercayakan pengelolaannya kepada perkumpulan Eco-Camp Mangun Karsa milik masyarakat yang kebanyakan petani," ungkap tokoh pendamping masyarakat setempat, Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ.
Salah satu Community Water Program ini adalah pemanfaatan embung tadah hujan untuk daerah kering di Indonesia.CCFI kini bersama dengan Yayasan Obor Tani (YOT) menginisiasi pembangunan Embung Grigak, sebuah embung tadah hujan dengan lapisan geomembran untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan Pantai Grigak.
Director of Public Affairs, Communications and Sustainability of PT Coca-Cola Indonesia dan Ketua Pelaksana CCFI, Triyono Prijosoesilo mengatakan dengan pembangunan embung tadah hujan, pihaknya berharap dapat menjawab berbagai persoalan, khususnya akses air bagi masyarakat atau petani lokal, serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang.
Baca Juga : 13 Proyek Embung di Luwu Ditarget Rampung Oktober 2021
“Dan jika nantinya berdampak pada tumbuhnya pariwisata di dekat lokasi, tentunya menjadi nilai plus bagi para penduduk sekitar dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan mereka, dan kami turut senang telah ikut berperan,” ucap Triyono dalam Konferensi Pers Virtual, Selasa (31/8).
Embung Grigak yang terletak di Dukuh Karang,Kelurahan Girikato, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul ini merupakan daerah yang tandus dengan kondisi tanah yang berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, para petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.
Selain itu, Embung Grigak sendiri terletak 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap ke arah pantai. Pemandangan Embung Grigak yang sangat memukau membuka peluang bagi daerah tersebut untuk menjadi potensi lokasi wisata, serta berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi desa.
Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo mengungkapkan, Meskipun lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering, secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya akan mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman.“Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk tanaman,” ujar Pratomo.
Selain itu, berdasarkan hasil tes tanah, ditemukan bahwa tanah di kawasan Pantai Grigak cocok dimanfaatkan untuk penanaman tiga jenis tanaman buah, yaitu alpukat, kelengkeng dan mangga.Namun komoditas ini baru bisa berhasil tumbuh jika tersedia cukup air. Hadirnya embung tadah hujan ini diharapkan bisa membantu pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian agar para petani dapat hidup dari tanahnya.
Baca Juga : Merah Gelap, Pantai Coca Cola 'Hipnotis' Anak Muda Brasil
"Potensi lainnya dari adanya embung tadah hujan ini juga untuk menarik wisatawan. Ketiga sumber pendapatan potensial ini dipercayakan pengelolaannya kepada perkumpulan Eco-Camp Mangun Karsa milik masyarakat yang kebanyakan petani," ungkap tokoh pendamping masyarakat setempat, Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ.
(wur)