Kebun Raya Bogor, Destinasi Wisata Konservasi Tertua se-Asia Tenggara yang Terus Berevolusi
loading...
A
A
A
Di usianya sekarang ini, Kebun Raya Bogor yang telah berusia 204 tahun memiliki koleksi tumbuhan sekitar 222 suku (famili), 1.257 Marga, 3.423 jumlah spesies dan 13.684 spesimen, Kebun Raya Bogor telah menjadi tujuan wisata bagi banyak wisatawan Indonesia dan dunia.
Kepala Kantor Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Sukma Surya Kusumah mengatakan saat ini, Kebun Raya menopang lima fungsi terdiri dari konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata dan jasa lingkungan tetap dijalankan yang saling bersinergi satu dengan lainnya.
"Setelah LIPI bertransformasi menjadi BRIN, terjadi penataan organisasi di dalamnya termasuk Kebun Raya Bogor," kata Sukma dalam keterangannya yang dikutip SINDONews, Selasa (5/10/2021).
Kata dia, saat ini lebih fokus melakukan riset dan konservasi tumbuhan, pengelolaan infrastruktur di Kebun Raya dilakukan oleh Kedeputian Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN. Sedangkan, fungsi eduwisata dikerjasamakan dengan pihak swasta dengan harapan dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada.
Terkait penyelenggaraan Glow, tim peneliti flora dan fauna BRIN sudah mulai melakukan kajian untuk meminialisir dampak penyelenggaraan kegiatan tersebut. "Kami sudah menginventarisasi jenis flora apa saja yang ada di area Glow untuk kemudian di monitor," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB Hefni Effendi, menilai bahwa inovasi edukasi konservasi dalam program Glow dapat menjadi daya tarik kaum milenial untuk datang dan mengenal sejarah, budaya dan kekayaan koleksi Kebun Raya Bogor.
"Khusus untuk Kebun Raya Bogor sebaiknya tetap dilakukan kajian selama penyelenggaraan Glow, untuk mitigasinya sementara dapat dilakukan melalui studi referensi publikasi ilmiah atau jurnal-jurnal," jelasnya.
Kepala Kantor Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Sukma Surya Kusumah mengatakan saat ini, Kebun Raya menopang lima fungsi terdiri dari konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata dan jasa lingkungan tetap dijalankan yang saling bersinergi satu dengan lainnya.
"Setelah LIPI bertransformasi menjadi BRIN, terjadi penataan organisasi di dalamnya termasuk Kebun Raya Bogor," kata Sukma dalam keterangannya yang dikutip SINDONews, Selasa (5/10/2021).
Kata dia, saat ini lebih fokus melakukan riset dan konservasi tumbuhan, pengelolaan infrastruktur di Kebun Raya dilakukan oleh Kedeputian Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN. Sedangkan, fungsi eduwisata dikerjasamakan dengan pihak swasta dengan harapan dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada.
Terkait penyelenggaraan Glow, tim peneliti flora dan fauna BRIN sudah mulai melakukan kajian untuk meminialisir dampak penyelenggaraan kegiatan tersebut. "Kami sudah menginventarisasi jenis flora apa saja yang ada di area Glow untuk kemudian di monitor," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB Hefni Effendi, menilai bahwa inovasi edukasi konservasi dalam program Glow dapat menjadi daya tarik kaum milenial untuk datang dan mengenal sejarah, budaya dan kekayaan koleksi Kebun Raya Bogor.
"Khusus untuk Kebun Raya Bogor sebaiknya tetap dilakukan kajian selama penyelenggaraan Glow, untuk mitigasinya sementara dapat dilakukan melalui studi referensi publikasi ilmiah atau jurnal-jurnal," jelasnya.
(hri)