Film Pendek Terbenam di Udara Kering: Hidup Segan, Mati pun Sulit
loading...

Film pendek Terbenam di Udara Kering menceritakan sulitnya hidup, begitu pun dengan mati. Foto/Goplay
A
A
A
JAKARTA - Buat apa terus memelihara nyawa kalau hidup yang dijalani rasanya sudah tidak tertahankan lagi? Toh, pada akhirnya nanti semua orang pasti akan mati.
Apa salahnya menjemput kematian supaya datang lebih cepat?
Suara sirene yang meraung di kejauhan nyatanya tak mampu meredam panggilan kematian yang terus menerus berbisik di telinga Sang. Pria paruh baya berjenggot itu sudah mencoba gantung diri, tetapi gagal karena tak tahan menanggung sakitnya.
Ia lantas berusaha meminta bantuan dokter, tetapi ditolak. Jelas, dokter itu tak ingin terjerat pasal 344 KUHP karena membantu Sang menghilangkan nyawanya. Pantang menyerah, Sang mencoba mengajukan gugatan uji materi ke pengadilan mengenai Pasal 344 KUHP mengenai Euthanasia itu, tapi lagi-lagi gagal.
![Film Pendek Terbenam di Udara Kering: Hidup Segan, Mati pun Sulit]()
Foto: Goplay
Pria paruh baya itu pun kini kembali sendiri, bergumul dengan niatnya untuk menjemput maut lebih dini.
Baca Juga: Film Suara dari Kehilangan, Kisah di Balik Pemberontakan di Indonesia
Entah apa sebenarnya yang menyebabkan Sang begitu ngotot ingin mengakhiri hidupnya. Sekilas, pria yang berpenampilan seperti seorang seniman itu terlihat cukup sehat. Namun, siapa yang tahu, bukan?
Sebagian orang begitu ahli untuk selalu tampil sehat dan segar, tetapi sebenarnya sedang sakit. Bukan hanya sakit secara fisik, melainkan juga psikis, mental, kantong, atau yang lainnya.
Dialog para tokoh dalam film pendek yang tayang di Goplay berdurasi kurang lebih 15 menit ini banyak menyuarakan ungkapan yang menyentil pemikiran. Sejumlah adegan yang ditampilkannya pun cukup mengesankan.
Apa salahnya menjemput kematian supaya datang lebih cepat?
Suara sirene yang meraung di kejauhan nyatanya tak mampu meredam panggilan kematian yang terus menerus berbisik di telinga Sang. Pria paruh baya berjenggot itu sudah mencoba gantung diri, tetapi gagal karena tak tahan menanggung sakitnya.
Ia lantas berusaha meminta bantuan dokter, tetapi ditolak. Jelas, dokter itu tak ingin terjerat pasal 344 KUHP karena membantu Sang menghilangkan nyawanya. Pantang menyerah, Sang mencoba mengajukan gugatan uji materi ke pengadilan mengenai Pasal 344 KUHP mengenai Euthanasia itu, tapi lagi-lagi gagal.

Foto: Goplay
Pria paruh baya itu pun kini kembali sendiri, bergumul dengan niatnya untuk menjemput maut lebih dini.
Baca Juga: Film Suara dari Kehilangan, Kisah di Balik Pemberontakan di Indonesia
Entah apa sebenarnya yang menyebabkan Sang begitu ngotot ingin mengakhiri hidupnya. Sekilas, pria yang berpenampilan seperti seorang seniman itu terlihat cukup sehat. Namun, siapa yang tahu, bukan?
Sebagian orang begitu ahli untuk selalu tampil sehat dan segar, tetapi sebenarnya sedang sakit. Bukan hanya sakit secara fisik, melainkan juga psikis, mental, kantong, atau yang lainnya.
Dialog para tokoh dalam film pendek yang tayang di Goplay berdurasi kurang lebih 15 menit ini banyak menyuarakan ungkapan yang menyentil pemikiran. Sejumlah adegan yang ditampilkannya pun cukup mengesankan.