Majestic Tambora, Film Dokumenter yang Tampilkan Keindahan Gunung Tambora
loading...
A
A
A
JAKARTA - Majestic Tambora menampilkan keindahan Gunung Tambora yang terletak di Nusa Tenggara Barat (NTB). Film dokumenter ini menceritakan napak tilas perjalanan Heinrich Zollinger, seorang ahli botani berkebangsaan Swiss yang pernah datang ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada 1847.
Heinrich Zollinger datang untuk melakukan riset usai meletusnya Gunung Tambora. Letusan kolosal Gunung Tambora di Semenanjung Sanggar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada 10 April 1815, diketahui menjadi salah satu letusan gunung berapi terbesar di dunia dalam sejarah manusia modern.
Hal tersebut diceritakan oleh pendaki pertama Gunung Tambora pasca erupsinya, Henrich Zollinger, naturalis dan ilmuwan dalam catatan jurnal penelitiannya terhadap letusan Gunung Tambora yang melegenda. Film berdurasi 30 menit ini merupakan kolaborasi Arei Outdoor Gear dengan penulis, penggiat alam, Harley Sastha, yang bertindak selaku konseptor sekaligus produser.
"Konsep dan ide yang dituangkannya dalam dokumenter Majestic Tambora tujuannya sama dengan visi kami, yakni sama-sama berkomitmen peduli terhadap lingkungan alam di seluruh Indonesia. Arei harus menjadi perahu untuk para pecinta alam untuk menjaga dan merawat kelestarian alam kita,” kata CEO Arei Outdoor Gear Billy Andreas Budijanto dalam keterangan resminya, Kamis (10/2/2022).
Film dokumenter Majestic Tambora menunjukkan budaya, edukasi dan keindahan potensi alam Indonesia. Harley Sastha menjelaskan sebagai pendaki gunung dan penulis perjalanan, Gunung Tambora mempunyai tempat khusus dalam dirinya. Tidak heran jika dirinya, berkali-kali mendakinya melalui jalur yang berbeda.
Namun kali ini, ia memulai pendakiannya dengan menelusuri route Henrich Zollinger di Piong, kemudian mendatangi Doroncanga, Pancasila dan Kawinda To’i. Dengan tujuan untuk mencari jawaban dari pertanyaan, benarkah letusan Tambora begitu dahsyatnya.
“Salah satu pesan yang tersirat adalah menyadarkan kembali bahwa taman nasional yang ada di Indonesia seperti Gunung Tambora, punya segudang cerita sejarah dunia yang sangat penting. Proses pengambilan gambarnya ada di tiga lokasi yakni Gunung Tambora, Jakarta dan Bandung dan perlu waktu hampir 2 tahun saya meneliti sekaligus membuat dokumenter ini," kelas Harley Sastha.
"Tidak berlebihan rasanya kalau Gunung Tambora dikatakan sebagai salah satu ‘aboratorium gunung api dunia, yang menyimpan banyak misteri untuk dapat dipecahkan secara sains. Letusan Tambora juga bisa dikatakan sebagai salah satu aset bangsa yang potensial dan berdampak luas, mengingat sejarah panjang Tambora yang unik serta kekayaan potensi yang dimilikinya," sambungnya.
Sampai saat ini, Majestic Tambora telah diputar dan disaksikan oleh tokoh-tokoh pecinta alam pada akhir bulan Januari lalu di Perpustakaan Nasional Jakarta. Kedepannya Arei juga akan menggelar pemutaran dokumenter tersebut diseluruh toko Arei dan juga keberbagai komunitas pecinta alam lainnya diseluruh Indonesia.
“Selain itu kami akan melanjutkan perjuangan untuk membuat Shelter Emergency di salah satu wilayah pegunungan Indonesia yang sebentar lagi akan kami rilis,” papar Co CEO Arei George Johanes Budijanto.
Heinrich Zollinger datang untuk melakukan riset usai meletusnya Gunung Tambora. Letusan kolosal Gunung Tambora di Semenanjung Sanggar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada 10 April 1815, diketahui menjadi salah satu letusan gunung berapi terbesar di dunia dalam sejarah manusia modern.
Hal tersebut diceritakan oleh pendaki pertama Gunung Tambora pasca erupsinya, Henrich Zollinger, naturalis dan ilmuwan dalam catatan jurnal penelitiannya terhadap letusan Gunung Tambora yang melegenda. Film berdurasi 30 menit ini merupakan kolaborasi Arei Outdoor Gear dengan penulis, penggiat alam, Harley Sastha, yang bertindak selaku konseptor sekaligus produser.
"Konsep dan ide yang dituangkannya dalam dokumenter Majestic Tambora tujuannya sama dengan visi kami, yakni sama-sama berkomitmen peduli terhadap lingkungan alam di seluruh Indonesia. Arei harus menjadi perahu untuk para pecinta alam untuk menjaga dan merawat kelestarian alam kita,” kata CEO Arei Outdoor Gear Billy Andreas Budijanto dalam keterangan resminya, Kamis (10/2/2022).
Film dokumenter Majestic Tambora menunjukkan budaya, edukasi dan keindahan potensi alam Indonesia. Harley Sastha menjelaskan sebagai pendaki gunung dan penulis perjalanan, Gunung Tambora mempunyai tempat khusus dalam dirinya. Tidak heran jika dirinya, berkali-kali mendakinya melalui jalur yang berbeda.
Namun kali ini, ia memulai pendakiannya dengan menelusuri route Henrich Zollinger di Piong, kemudian mendatangi Doroncanga, Pancasila dan Kawinda To’i. Dengan tujuan untuk mencari jawaban dari pertanyaan, benarkah letusan Tambora begitu dahsyatnya.
“Salah satu pesan yang tersirat adalah menyadarkan kembali bahwa taman nasional yang ada di Indonesia seperti Gunung Tambora, punya segudang cerita sejarah dunia yang sangat penting. Proses pengambilan gambarnya ada di tiga lokasi yakni Gunung Tambora, Jakarta dan Bandung dan perlu waktu hampir 2 tahun saya meneliti sekaligus membuat dokumenter ini," kelas Harley Sastha.
"Tidak berlebihan rasanya kalau Gunung Tambora dikatakan sebagai salah satu ‘aboratorium gunung api dunia, yang menyimpan banyak misteri untuk dapat dipecahkan secara sains. Letusan Tambora juga bisa dikatakan sebagai salah satu aset bangsa yang potensial dan berdampak luas, mengingat sejarah panjang Tambora yang unik serta kekayaan potensi yang dimilikinya," sambungnya.
Sampai saat ini, Majestic Tambora telah diputar dan disaksikan oleh tokoh-tokoh pecinta alam pada akhir bulan Januari lalu di Perpustakaan Nasional Jakarta. Kedepannya Arei juga akan menggelar pemutaran dokumenter tersebut diseluruh toko Arei dan juga keberbagai komunitas pecinta alam lainnya diseluruh Indonesia.
“Selain itu kami akan melanjutkan perjuangan untuk membuat Shelter Emergency di salah satu wilayah pegunungan Indonesia yang sebentar lagi akan kami rilis,” papar Co CEO Arei George Johanes Budijanto.
(dra)