Tips Puasa di Tengah Pandemi, Jaga Gizi Seimbang dan Berpikir Positif
loading...
A
A
A
RAMADHAN tahun ini hadir dengan suasana berbeda, karena dunia tengah dilanda wabah virus corona (Covid-19). Tidak sedikit dari umat Islam yang khawatir akan hal itu. Pasalnya, untuk melawan virus corona dibutuhkan stamina kuat dan daya tahan tubuh yang prima.
Sebagian orang berpikir, untuk mendapatkan tubuh yang prima harus didukung dengan mengkonsumsi makanan yang cukup, serta vitamin atau suplemen yang baik. Namun, bagaimana cara tetap sehat selama berpuasa di tengah pandemi virus korona?
Menjalankan ibadah puasa di tengah wabah covid-19 memang memiliki tantangan tersendiri. Namun, ternyata puasa dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh seseorang.
Hal ini pun ditegaskan dokter spesialis gizi, Cut Hafifah. Menurutnya, imunitas adalah benteng utama tubuh manusia untuk mencegah penularan penyakit, seperti virus corona. Namun, yang harus diketahui, puasa harus dilakukan dengan benar.
"Melakukan puasa dengan baik, bisa memperbaiki jaringan-jaringan sel yang rusak. Selain itu, berpuasa juga bisa mengurangi massa lemak, khususnya lemak jahat pada tubuh. Jika kita berpuasa dengan benar, maka itu bisa meningkatkan daya tahan tubuh," kata Cut Hafifah‎.
Cut Hafifah juga menegaskan bahwa berpuasa dapat memperbaiki imun seseorang dan dapat memperbaiki jaringan-jaringan sel yang rusak serta massa lemak. Namun, syarat puasanya harus benar, yaitu makan dan minum secara benar dan seimbang pula saat berbuka.
Mengkonsumsi asupan seimbang agar tetap sehat selama Ramadan juga ditegaskan dokter spesialis gizi, Hilna Khairunisa. Dia menjelaskan, hendaknya selama berpuasa di tengah pandemi covid-19 ini harus benar-benar memperhatikan asupan gizi yang seimbang untuk lebih meningkatkan imunitas tubuh.
"Sebenarnya asupan gizi bagi orang yang berpuasa di tengah pandemi sama dengan anjuran gizi seimbang. Hanya, pada bulan Ramadan terjadi perubahan waktu makan, di pagi sampai sore hari melakukan puasa. Saat bulan Ramadan yang mungkin terjadi adalah dehidrasi dan kekurangan mikronutrien," jelas Hilna.
Hilna menambahkan, jadi kalau sebelum pandemi sudah makan gizi seimbang, maka pada saat pandemi juga harus makan dengan gizi seimbang tubuh agar tetap sehat. Hanya, pada saat makan sahur asupan nutrisi harus benar-benar dipenuhi.
"Saat sahur penuhi karbohidrat, protein, dan lemak sehat. Misalnya dari ikan, kacang-kacangan, dikombinasikan dengan mikronutrien dari sayur kemudian mineral. 40 sampai 50% harus terpenuhi saat sahur, supaya bisa menahan selama 12 jam," ungkapnya.
Di sisi lain, saat berbuka puasa digunakan untuk memenuhi 10 sampai 20% kebutuhan energi dengan nutrisi lengkap. Menyantap makanan manis seperti madu, kurma, dan yoghurt sangat dianjurkan untuk berbuka puasa, tentu dengan proporsi secukupnya.
"Saat berbuka, isi perut kita dengan nutrisi yang lengkap. Makanan manis usahakan terbatas, dua sendok makan gula sudah cukup," sarannya.
Saat berpuasa, yang berubah hanya jam makan, jadi sebisa mungkin asupan nutrisi tidak berubah porsinya. ‎Perubahan asupan gizi hanya terjadi kalau tubuh mendapatkan pemicu dari luar.
‎Pemicu dari luar bisa berupa infeksi, luka, baik infeksi korona maupun penyakit lainnya. "Kalau tubuh kita sehat,tidak ada infeksi, tidak ada luka, maka kebutuhan asupan gizi kita sama saja, tidak perlu ada perbedaan," tambahnya. ‎
Meskipun dilanda wabah berkepanjangan, namun tidak ada anjuran khusus untuk menjalankan puasa kali ini. Hal terpenting adalah menjaga tubuh agar tidak terinfeksi virus ataupun bakteri.
Menerapkan pola makan seimbang dan bervariasi selama sahur dan berbuka bisa jadi alternatif untuk membuat tubuh tetap segar selama berpuasa. Selain itu juga menghindari makanan yang bersifat proinflamasi seperti mengandung gula tambahan dan minyak jenuh berlebihan.
"Bila pola hidup bersih dan konsumsi makanan yang bernutrisi seperti konsumsi buah dan sayuran, serta istirahat cukup sudah dilakukan, maka tidak perlu lagi mengonsumsi suplemen," tegas Hilna.‎
Sementara itu, Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Sapurta mengungkapkan, berpuasa pada masa Covid-19 tidak hanya menjaga pola makan seimbang saja, juga harus tetap melakukan aktivitas lainnya yang tak kalah penting seperti berolahraga kecil di dalam rumah.
"Olahraga harus tetap dilakukan, saat berpuasa kita bisa mengganti waktunya. Misalkan pagi seusai sahur dan sore menjelang berbuka. Untuk durasinya cukup 30 menit," ungkapnya.
Olahraga kecil seperti jogging ringan, bermain bola, bercanda dengan buah hati bisa membuat fisik menjadi lebih produktif dan mampu mengurangi stres.
"Dengan memperbanyak aktivitas fisik itu bisa melatih menjauhkan diri dari pikiran stres. Jika pikiran kita sehat, secara otomatis akan berpengaruh terhadap kesehatan badan kita," pungkasnya.
Hal senada diungkapkan Psikolog Irma Gustiana. Dia mengatakan, dengan berpikir positif akan memberikan kesehatan untuk badan dan pikiran kita selama berpuasa.
"Karena pikiran dan perasaan itu akan mempengaruhi badan. Kalau misalkan kita terlalu banyak berpikir yang jelek, maka akan mempengaruhi imunitas kita. Kalau imunitasnya sudah turun, nanti badannya menjadi sakit dan puasanya akan terganggu," jelasnya.
Dia menambahkan, masyarakat pun harus memilih-milih informasi yang diterima. Pastikan semua informasi tersebut memberikan dampak baik bagi perasaan. Lebih baik, selama Ramadan mendengarkan berita-berita yang menyenangkan atau mengikuti kuliah agama melalui media sosial.
"Kita bisa membuat daftar hal apa saja yang ingin kita lakukan untuk mengisi kegiatan Ramadan ini. Itu supaya kita tidak bingung puasa kali ini mau diisi dengan apa," paparnya. (Aprilia S Andyna)
Sebagian orang berpikir, untuk mendapatkan tubuh yang prima harus didukung dengan mengkonsumsi makanan yang cukup, serta vitamin atau suplemen yang baik. Namun, bagaimana cara tetap sehat selama berpuasa di tengah pandemi virus korona?
Menjalankan ibadah puasa di tengah wabah covid-19 memang memiliki tantangan tersendiri. Namun, ternyata puasa dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh seseorang.
Hal ini pun ditegaskan dokter spesialis gizi, Cut Hafifah. Menurutnya, imunitas adalah benteng utama tubuh manusia untuk mencegah penularan penyakit, seperti virus corona. Namun, yang harus diketahui, puasa harus dilakukan dengan benar.
"Melakukan puasa dengan baik, bisa memperbaiki jaringan-jaringan sel yang rusak. Selain itu, berpuasa juga bisa mengurangi massa lemak, khususnya lemak jahat pada tubuh. Jika kita berpuasa dengan benar, maka itu bisa meningkatkan daya tahan tubuh," kata Cut Hafifah‎.
Cut Hafifah juga menegaskan bahwa berpuasa dapat memperbaiki imun seseorang dan dapat memperbaiki jaringan-jaringan sel yang rusak serta massa lemak. Namun, syarat puasanya harus benar, yaitu makan dan minum secara benar dan seimbang pula saat berbuka.
Mengkonsumsi asupan seimbang agar tetap sehat selama Ramadan juga ditegaskan dokter spesialis gizi, Hilna Khairunisa. Dia menjelaskan, hendaknya selama berpuasa di tengah pandemi covid-19 ini harus benar-benar memperhatikan asupan gizi yang seimbang untuk lebih meningkatkan imunitas tubuh.
"Sebenarnya asupan gizi bagi orang yang berpuasa di tengah pandemi sama dengan anjuran gizi seimbang. Hanya, pada bulan Ramadan terjadi perubahan waktu makan, di pagi sampai sore hari melakukan puasa. Saat bulan Ramadan yang mungkin terjadi adalah dehidrasi dan kekurangan mikronutrien," jelas Hilna.
Hilna menambahkan, jadi kalau sebelum pandemi sudah makan gizi seimbang, maka pada saat pandemi juga harus makan dengan gizi seimbang tubuh agar tetap sehat. Hanya, pada saat makan sahur asupan nutrisi harus benar-benar dipenuhi.
"Saat sahur penuhi karbohidrat, protein, dan lemak sehat. Misalnya dari ikan, kacang-kacangan, dikombinasikan dengan mikronutrien dari sayur kemudian mineral. 40 sampai 50% harus terpenuhi saat sahur, supaya bisa menahan selama 12 jam," ungkapnya.
Di sisi lain, saat berbuka puasa digunakan untuk memenuhi 10 sampai 20% kebutuhan energi dengan nutrisi lengkap. Menyantap makanan manis seperti madu, kurma, dan yoghurt sangat dianjurkan untuk berbuka puasa, tentu dengan proporsi secukupnya.
"Saat berbuka, isi perut kita dengan nutrisi yang lengkap. Makanan manis usahakan terbatas, dua sendok makan gula sudah cukup," sarannya.
Saat berpuasa, yang berubah hanya jam makan, jadi sebisa mungkin asupan nutrisi tidak berubah porsinya. ‎Perubahan asupan gizi hanya terjadi kalau tubuh mendapatkan pemicu dari luar.
‎Pemicu dari luar bisa berupa infeksi, luka, baik infeksi korona maupun penyakit lainnya. "Kalau tubuh kita sehat,tidak ada infeksi, tidak ada luka, maka kebutuhan asupan gizi kita sama saja, tidak perlu ada perbedaan," tambahnya. ‎
Meskipun dilanda wabah berkepanjangan, namun tidak ada anjuran khusus untuk menjalankan puasa kali ini. Hal terpenting adalah menjaga tubuh agar tidak terinfeksi virus ataupun bakteri.
Menerapkan pola makan seimbang dan bervariasi selama sahur dan berbuka bisa jadi alternatif untuk membuat tubuh tetap segar selama berpuasa. Selain itu juga menghindari makanan yang bersifat proinflamasi seperti mengandung gula tambahan dan minyak jenuh berlebihan.
"Bila pola hidup bersih dan konsumsi makanan yang bernutrisi seperti konsumsi buah dan sayuran, serta istirahat cukup sudah dilakukan, maka tidak perlu lagi mengonsumsi suplemen," tegas Hilna.‎
Sementara itu, Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Sapurta mengungkapkan, berpuasa pada masa Covid-19 tidak hanya menjaga pola makan seimbang saja, juga harus tetap melakukan aktivitas lainnya yang tak kalah penting seperti berolahraga kecil di dalam rumah.
"Olahraga harus tetap dilakukan, saat berpuasa kita bisa mengganti waktunya. Misalkan pagi seusai sahur dan sore menjelang berbuka. Untuk durasinya cukup 30 menit," ungkapnya.
Olahraga kecil seperti jogging ringan, bermain bola, bercanda dengan buah hati bisa membuat fisik menjadi lebih produktif dan mampu mengurangi stres.
"Dengan memperbanyak aktivitas fisik itu bisa melatih menjauhkan diri dari pikiran stres. Jika pikiran kita sehat, secara otomatis akan berpengaruh terhadap kesehatan badan kita," pungkasnya.
Hal senada diungkapkan Psikolog Irma Gustiana. Dia mengatakan, dengan berpikir positif akan memberikan kesehatan untuk badan dan pikiran kita selama berpuasa.
"Karena pikiran dan perasaan itu akan mempengaruhi badan. Kalau misalkan kita terlalu banyak berpikir yang jelek, maka akan mempengaruhi imunitas kita. Kalau imunitasnya sudah turun, nanti badannya menjadi sakit dan puasanya akan terganggu," jelasnya.
Dia menambahkan, masyarakat pun harus memilih-milih informasi yang diterima. Pastikan semua informasi tersebut memberikan dampak baik bagi perasaan. Lebih baik, selama Ramadan mendengarkan berita-berita yang menyenangkan atau mengikuti kuliah agama melalui media sosial.
"Kita bisa membuat daftar hal apa saja yang ingin kita lakukan untuk mengisi kegiatan Ramadan ini. Itu supaya kita tidak bingung puasa kali ini mau diisi dengan apa," paparnya. (Aprilia S Andyna)
(ysw)