Balinale 2022 Selesai Digelar, Film Preman Sabet Penghargaan Pilihan Komite
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ajang festival film bertaraf Internasional Bali International Film Festival (Balinale) 2022 selesai digelar, akhir pekan lalu.
Dewan Juri mengumumkan pemenang film di empat kategori kompetisi yaitu Dokumenter Pendek, Film Narasi Pendek, Drama Dokumenter, dan Film Narasi Panjang. Kehadiran pembuat film ternama turut merayakan pemberian penghargaan film-film terpilih di Balinale 2022.
Adapun latar belakang terpilihnya film didasari oleh beberapa faktor yakni Pencapaian teknis, filmis, kreativitas yang luar biasa, penceritaan yang memikat dan kualitas produksi yang luar biasa, menjadikan acara pemberian penghargaan semakin meninggalkan kesan mendalam atas pengakuan film-film terpilih.
Menariknya, Film Preman karya sineas tanah air Randolf Zaini (Indonesia) ini pun mendapatkan Penghargaan American Indonesian Culture and Education Foundation (AICEF). Film ini juga memenangkan Penghargaan Pilihan Komite.
"Preman merupakan unjuk kekuatan. Film yang luar biasa mengesankan bagi sutradara yang pertama kali berkarya. Dunia bawah vs jalan lurus, orang normal vs si Tuli – menjadi tema lintas budaya film ini. Karya menarik dari pembuat film yang unik, layak menjadi representasi penerima Penghargaan AICEF tahunan ke-2," kata Dewan Juri dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Selasa (14/6/2022).
Pada kategori Dokumenter Pendek dimenangkan oleh film Homebound garapan sutradara Ismail Fahmi Lubis (Indonesia).
Juri menganggap film ini dituturkan secara sederhana namun sangat mengena, menghadirkan karakter dengan segala kompleksitas permasalahan.
Mulai dari hidup sebagai buruh migran. COVID-19, orangtua tunggal. Serta penggunaan animasi dalam film dokumenter, menjadikan Homebound memiliki kebaruan bagi pembuat film dokumenter Indonesia. Hal inilah yang menjadikan gaya bertutur lebih efektif dan pilihan cerdas atas masalah keterbatasan pengambilan realita gambar di masa pandemi," kata Dewan Juri.
Untuk kategori Film Narasi Pendek dimenangkan oleh film Murder Tongueyang disutradarai Ali Sohail Jaura (Pakistan). Juri menyebut Murder Tongue merupakan film narasi pendek yang indah dan dikemas dengan begitu banyak letupan, terutama melalui eksplorasi tuturan yang kaya metafora, sekaligus keheningan.
"Melalui tata visual yang sangat tepat, menjadikan tampilan film begitu menyentuh saat menghadirkan kekerasan terhadap komunitas terpinggirkan. Murder Tongue mampu menegaskan tentang kuatnya politik etnis di Asia Selatan yang melewati konteks budaya dan dikemas melalui Bahasa yang sangat universal," ucap Juri.
Sementara di kategori Drama Dokumenter diraih film My Childhood, My Country – 20 Years in Afghanistan garapan sutradara Phil Grabsky dan Shoaib Sharifi (Inggris). Film ini dianggap memiliki kejelian dan ketekunan mengikuti karakter yang akhirnya menjadi simbol kehidupan seluruh negara.
"Struktur dimulai dengan peristiwa tragis sebelumnya, kemudian berlanjut pada karakter yang sama seperti anak berusia tujuh tahun, lalu terus mempertahankan ketegangan yang membuat film tetap memiliki tensi tingkat tinggi yang memungkinkan mendapatkan kepercayaan dari keluarga yang mengizinkan menuntaskan film melewati beberapa momen personal yang paling sensitif," papar Juri.
Di kategori Film Narasi Panjang dimenangkan Inside a Funeral Hall karya sutradara Ho-hyun Lee (Republik Korea). Inside a Funeral Hall disebut memiliki naskah skenario mengerikan dan mampu memperlihatkan karya penyutradaraan yang mengesankan.
"Menjadikan penonton bisa tetap terlibat secara mendalam terhadap begitu banyak karakter dan cerita sekaligus. Klaustrofobia unik dari pengaturan aula pemakaman dimanfaatkan begitu sempurna. Luar bisa menyeimbangkan emosi, intrik, serta humor yang sangat menghibur," jelas juri.
Balinale juga memberikan penghargaan khusus kepada film DUSK TILL DAWN (Da Boca da Noite Barra do Dia) karya sutradara Tiago Delácio (Brasil). Ada juga Penghargaan Juri Khusus untuk film Mentawai: Soul of the Forest yang disutradarai Joo Peter (Jerman).
"Mentawai mengundang kita memasuki dunia yang belum banyak orang temui. Dunia dengan kecantikan yang luar biasa. Perspektif luar biasa ini dihadirkan seorang penulis dan sutradara berbakat, Joo Peter dari Jerman, yang melalui visualnya mampu memberikan akses ke dunia fisik yang menakjubkan, kosmologi, serta keberanian orang-orang Mentawai sebagai penduduk asli terakhir kepulauan Sumatera," terangnya.
Dewan Juri mengumumkan pemenang film di empat kategori kompetisi yaitu Dokumenter Pendek, Film Narasi Pendek, Drama Dokumenter, dan Film Narasi Panjang. Kehadiran pembuat film ternama turut merayakan pemberian penghargaan film-film terpilih di Balinale 2022.
Adapun latar belakang terpilihnya film didasari oleh beberapa faktor yakni Pencapaian teknis, filmis, kreativitas yang luar biasa, penceritaan yang memikat dan kualitas produksi yang luar biasa, menjadikan acara pemberian penghargaan semakin meninggalkan kesan mendalam atas pengakuan film-film terpilih.
Menariknya, Film Preman karya sineas tanah air Randolf Zaini (Indonesia) ini pun mendapatkan Penghargaan American Indonesian Culture and Education Foundation (AICEF). Film ini juga memenangkan Penghargaan Pilihan Komite.
"Preman merupakan unjuk kekuatan. Film yang luar biasa mengesankan bagi sutradara yang pertama kali berkarya. Dunia bawah vs jalan lurus, orang normal vs si Tuli – menjadi tema lintas budaya film ini. Karya menarik dari pembuat film yang unik, layak menjadi representasi penerima Penghargaan AICEF tahunan ke-2," kata Dewan Juri dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Selasa (14/6/2022).
Pada kategori Dokumenter Pendek dimenangkan oleh film Homebound garapan sutradara Ismail Fahmi Lubis (Indonesia).
Juri menganggap film ini dituturkan secara sederhana namun sangat mengena, menghadirkan karakter dengan segala kompleksitas permasalahan.
Mulai dari hidup sebagai buruh migran. COVID-19, orangtua tunggal. Serta penggunaan animasi dalam film dokumenter, menjadikan Homebound memiliki kebaruan bagi pembuat film dokumenter Indonesia. Hal inilah yang menjadikan gaya bertutur lebih efektif dan pilihan cerdas atas masalah keterbatasan pengambilan realita gambar di masa pandemi," kata Dewan Juri.
Untuk kategori Film Narasi Pendek dimenangkan oleh film Murder Tongueyang disutradarai Ali Sohail Jaura (Pakistan). Juri menyebut Murder Tongue merupakan film narasi pendek yang indah dan dikemas dengan begitu banyak letupan, terutama melalui eksplorasi tuturan yang kaya metafora, sekaligus keheningan.
"Melalui tata visual yang sangat tepat, menjadikan tampilan film begitu menyentuh saat menghadirkan kekerasan terhadap komunitas terpinggirkan. Murder Tongue mampu menegaskan tentang kuatnya politik etnis di Asia Selatan yang melewati konteks budaya dan dikemas melalui Bahasa yang sangat universal," ucap Juri.
Sementara di kategori Drama Dokumenter diraih film My Childhood, My Country – 20 Years in Afghanistan garapan sutradara Phil Grabsky dan Shoaib Sharifi (Inggris). Film ini dianggap memiliki kejelian dan ketekunan mengikuti karakter yang akhirnya menjadi simbol kehidupan seluruh negara.
"Struktur dimulai dengan peristiwa tragis sebelumnya, kemudian berlanjut pada karakter yang sama seperti anak berusia tujuh tahun, lalu terus mempertahankan ketegangan yang membuat film tetap memiliki tensi tingkat tinggi yang memungkinkan mendapatkan kepercayaan dari keluarga yang mengizinkan menuntaskan film melewati beberapa momen personal yang paling sensitif," papar Juri.
Di kategori Film Narasi Panjang dimenangkan Inside a Funeral Hall karya sutradara Ho-hyun Lee (Republik Korea). Inside a Funeral Hall disebut memiliki naskah skenario mengerikan dan mampu memperlihatkan karya penyutradaraan yang mengesankan.
"Menjadikan penonton bisa tetap terlibat secara mendalam terhadap begitu banyak karakter dan cerita sekaligus. Klaustrofobia unik dari pengaturan aula pemakaman dimanfaatkan begitu sempurna. Luar bisa menyeimbangkan emosi, intrik, serta humor yang sangat menghibur," jelas juri.
Balinale juga memberikan penghargaan khusus kepada film DUSK TILL DAWN (Da Boca da Noite Barra do Dia) karya sutradara Tiago Delácio (Brasil). Ada juga Penghargaan Juri Khusus untuk film Mentawai: Soul of the Forest yang disutradarai Joo Peter (Jerman).
"Mentawai mengundang kita memasuki dunia yang belum banyak orang temui. Dunia dengan kecantikan yang luar biasa. Perspektif luar biasa ini dihadirkan seorang penulis dan sutradara berbakat, Joo Peter dari Jerman, yang melalui visualnya mampu memberikan akses ke dunia fisik yang menakjubkan, kosmologi, serta keberanian orang-orang Mentawai sebagai penduduk asli terakhir kepulauan Sumatera," terangnya.
(hri)