CERMIN: Filosofi Cinta, Persahabatan, dan Menjadi Manusia
loading...

Filosofi Kopi The Series menampilkan kisah persahabatan dan percintaan dalam sebuah perjalanan. Foto/Netflix
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2006. Di tengah kesibukan mengejar mimpi dan berhadapan dengan realitas, Dee Lestari memperkenalkan saya dengan Ben dan Jody.
Ben dan Jody pertama kali diperkenalkan ke publik melalui kumpulan cerpen Filosofi Kopi yang terbit pada 2006. Setelah novel Supernova yang superlaris, Dee Lestari menjadi perhatian pencinta buku. Sekali lagi Dee membuat banyak orang jatuh cinta dengan kopi, juga dengan Ben dan Jody.
Persahabatan dua orang laki-laki yang sangat berbeda satu sama lain menjadi daya tarik bagi banyak pembaca seperti saya. Perlahan saya mengidentifikasi diri, apakah saya sesungguhnya Ben atau Jody. Kedua karakter ini punya daya tariknya masing-masing, juga kelemahan masing-masing yang membuat mereka menjadi manusia biasa. Seperti kita.
Berselang sembilan tahun, akhirnya kita melihat wujud Ben dan Jody di layar lebar pada 2015. Chicco Jerikho menjadi Ben yang jago membuat kopi, punya karakter meledak-ledak dan susah betul diatur. Sementara Rio Dewanto menjadi Jody yang mengurusi manajemen, kalem dan sering menahan diri dan perasaannya demi Ben.
![CERMIN: Filosofi Cinta, Persahabatan, dan Menjadi Manusia]()
Foto: Netflix
Siapa coba yang tak senang melihat dua karakter sedemikian dan terasa dekat betul dengan kita akhirnya bisa kita lihat wujudnya? Angga Dwimas Sasongko menjadikan Chicco dan Rio seperti kita dalam keseharian yang tak selamanya ganteng cemerlang, tak selamanya baik ke semua orang, dan tak selamanya mendapatkan apa yang diinginkan.
Dalam Filosofi Kopi The Series yang tayang kembali di Netflix, kita diajak menikmati petualangan Ben dan Jody menyusuri berbagai kota di Jawa dan Bali. Berbekal sedikit pengetahuan, segudang kenekatan, mereka mencoba menjajakan kopi melintasi Bandung, Semarang, Salatiga, Yogya, Malang, hingga Bali. Sebuah perjalanan untuk menguji insting bisnis keduanya, yang ternyata pada akhirnya juga akan menguji persahabatan mereka.
Film-film bergenre road movie memang selalu menarik untuk ditonton. Film yang menyajikan perjalanan fisik dan juga batin dari karakter-karakter yang kita lihat di layar. Ketika mereka menyusuri jengkal demi jengkal jalan menyusuri masa kini, terkadang mereka dipaksa berbelok dan memutar arah menyusuri masa lalu.
Kejutan demi kejutan sering datang dalam perjalanan dan mereka dipaksa untuk berhadapan dengannya. Kita akan melihat bagaimana mereka akan menyelesaikan masalah demi masalah yang datang menerpa.
![CERMIN: Filosofi Cinta, Persahabatan, dan Menjadi Manusia]()
Foto: Netflix
Ben dan Jody pertama kali diperkenalkan ke publik melalui kumpulan cerpen Filosofi Kopi yang terbit pada 2006. Setelah novel Supernova yang superlaris, Dee Lestari menjadi perhatian pencinta buku. Sekali lagi Dee membuat banyak orang jatuh cinta dengan kopi, juga dengan Ben dan Jody.
Persahabatan dua orang laki-laki yang sangat berbeda satu sama lain menjadi daya tarik bagi banyak pembaca seperti saya. Perlahan saya mengidentifikasi diri, apakah saya sesungguhnya Ben atau Jody. Kedua karakter ini punya daya tariknya masing-masing, juga kelemahan masing-masing yang membuat mereka menjadi manusia biasa. Seperti kita.
Berselang sembilan tahun, akhirnya kita melihat wujud Ben dan Jody di layar lebar pada 2015. Chicco Jerikho menjadi Ben yang jago membuat kopi, punya karakter meledak-ledak dan susah betul diatur. Sementara Rio Dewanto menjadi Jody yang mengurusi manajemen, kalem dan sering menahan diri dan perasaannya demi Ben.

Foto: Netflix
Siapa coba yang tak senang melihat dua karakter sedemikian dan terasa dekat betul dengan kita akhirnya bisa kita lihat wujudnya? Angga Dwimas Sasongko menjadikan Chicco dan Rio seperti kita dalam keseharian yang tak selamanya ganteng cemerlang, tak selamanya baik ke semua orang, dan tak selamanya mendapatkan apa yang diinginkan.
Dalam Filosofi Kopi The Series yang tayang kembali di Netflix, kita diajak menikmati petualangan Ben dan Jody menyusuri berbagai kota di Jawa dan Bali. Berbekal sedikit pengetahuan, segudang kenekatan, mereka mencoba menjajakan kopi melintasi Bandung, Semarang, Salatiga, Yogya, Malang, hingga Bali. Sebuah perjalanan untuk menguji insting bisnis keduanya, yang ternyata pada akhirnya juga akan menguji persahabatan mereka.
Film-film bergenre road movie memang selalu menarik untuk ditonton. Film yang menyajikan perjalanan fisik dan juga batin dari karakter-karakter yang kita lihat di layar. Ketika mereka menyusuri jengkal demi jengkal jalan menyusuri masa kini, terkadang mereka dipaksa berbelok dan memutar arah menyusuri masa lalu.
Kejutan demi kejutan sering datang dalam perjalanan dan mereka dipaksa untuk berhadapan dengannya. Kita akan melihat bagaimana mereka akan menyelesaikan masalah demi masalah yang datang menerpa.

Foto: Netflix