Puluhan Aktor Papan Atas Akan Isi Podcast Sandiwara Sastra

Selasa, 07 Juli 2020 - 07:05 WIB
loading...
Puluhan Aktor Papan Atas Akan Isi Podcast Sandiwara Sastra
Taklimat Sandiwara Sastra di salah satu channel YouTube, Senin (6/7) malam. Foto/Video Capture YouTube
A A A
JAKARTA - Puluhan aktor dan aktris papan atas Indonesia akan mengisi siniar (podcast) sandiwara sastra yang didukung Kemendikbud . Mulai Nicholas Saputra, Tara Basro, Chicco Jerikho, hingga Pevita Pearce akan ikut berperan dalam 10 karya sastra yang direncanakan disiarkan melalui medium audio tersebut.

Sandiwara Sastra merupakan kolaborasi produksi antara Kemendikbud, Yayasan Titimangsa, serta KawanKawan Media dengan diproduseri oleh aktris Happy Salma dan produser film Yulia Evina Bhara. Sementara di kursi sutradara ada sutradara teater, aktor film, dan pendiri Teater Garasi Gunawan Maryanto. ( )

Sandiwara Sastra memberi ruang kepada aktor-aktor seperti Adinia Wirasti, Ario Bayu, Arswendy Bening Swara, Asmara Abigail, Atiqah Hasiholan, Chelsea Islan, Chicco Jerikho, Christine Hakim, Eva Celia, Happy Salma, Iqbaal Ramadhan, Jefri Nichol, Kevin Ardilova, Lukman Sardi, Lulu Tobing, Marsha Timothy, Mathias Muchus, Maudy Koesnaedi, Najwa Shihab, Nicholas Saputra, Nino Kayam, Oka Antara, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Rio Dewanto, Tara Basro, Vino G. Bastian, dan Widi Mulia untuk mengajak pendengar berkelana sekaligus mengembara mengikuti alunan suara serta masuk pada cerita melalui peran yang dimainkan.

Sebagai tahap pertama dari seri Sandiwara Sastra, 10 karya sastra yang dapat dinikmati masyarakat adalah adaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; novel Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq; cerita pendek (cerpen) Kemerdekaan karya Putu Wijaya; cerpen Menunggu Herman karya Dee Lestari; cerpen Berita dari Kebayoran karya Promoedya Ananta Toer; novel Lalita karya Ayu Utami; cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam; cerpen Persekot karya Eka Kurniawan; novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan novel Orang-Orang Oetimu karya Felix K. Nesi.

Kemendikbud meluncurkan podcast Sandiwara Sastra sebagai bentuk inovasi dan bagian dari program Belajar dari Rumah di masa pandemi COVID-19. Alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam medium audio ini ditujukan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya-karya sastra Indonesia.

“Sastra menempati posisi penting dalam pemajuan budaya dan pembentukan karakter bangsa,” ujar Mendikbud Nadiem Makarim dalam konferensi pers peluncuran siniar Sandiwara Sastra di Jakarta, kemarin (6/7).

Karya sastra pada hakikatnya tercipta dari situasi dan pergulatan diri. Pengalaman, pengamatan, serta pemaknaan situasi dan latar belakang sejarah dalam karya sastra merupakan bentuk penguatan karakter. Melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra, masyarakat dapat mengenal lebih dekat sifat kemanusiaan.

“Seperti sekarang, pandemi memberi waktu bagi kita memetik makna dan belajar menjadi manusia kuat yang mampu menyongsong masa depan,” jelas Mendikbud.

Lebih lanjut Mendikbud menyampaikan, “Sandiwara Sastra bukan hanya menjadi sebuah karya seni dan inovasi. Lebih dari itu, ini adalah jalan untuk mengangkat literasi.” ( )

Alih wahana sastra ke dalam bentuk sandiwara audio siniar ini dapat disimak mulai 8 Juli pukul 17.00 WIB melalui podcast audio @budayakita. Diperankan oleh aktor-aktor terkemuka Indonesia, sandiwara audio yang masing-masing berdurasi 30 menit ini juga akan disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) agar dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas.

“Saya mengajak seluruh pelajar dan mahasiswa kembali menghidupkan dan mengenal karya sastra terbaik Indonesia melalui Sandiwara Sastra,” kata Mendikbud.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid juga menyampaikan alasan Kemendikbud mengalihwahanakan karya sastra ke dalam format audio siniar dan siar.

“Sandiwara Sastra adalah langkah untuk mendekatkan khazanah sastra kita kepada publik. Di masa lalu, sandiwara audio yang disiarkan lewat radio sangat populer. Ketika muncul media audio-visual dan kemudian media sosial, bentuk ini mulai memudar popularitasnya. Tapi, belakangan dalam beberapa tahun terakhir, ada kebangkitan media audio seperti podcast,” ujar Hilmar.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2501 seconds (0.1#10.140)