Pengalaman Jadi TKW Antarkan Gelar Profesor

Rabu, 01 April 2015 - 09:50 WIB
Pengalaman Jadi TKW Antarkan Gelar Profesor
Pengalaman Jadi TKW Antarkan Gelar Profesor
A A A
Barang siapa bersungguhsungguh, pasti akan mendapat hasilnya. Ungkapan itu pantas disematkan kepada sosok perempuan yang kemarin baru dikukuhkan sebagai guru besar Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Melalui perjuangan dan pengorbanan yang cukup panjang, perempuan yang dikenal dengan nama Siti Mujibatun ini mampu menyelesaikan jenjang pendidikannya hingga mendapat gelar profesor. KepadaKORAN SINDO, perempuan kelahiran Klaten 13 April 1959 ini menceritakan kisah perjuangannya yang berliku-liku. Untuk mewujudkan cita-citanya, Siti terpaksa harus menjadi seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.

“Sebagai seorang perempuan dari desa yang tidak paham dunia kampus dan bermodal pas-pasan, menjadi seorang profesor tidaklah mudah saya gapai. Namun karena tekad yang kuat, maka saya akan melakukan apapun agar citacita saya itu terwujud,” katanya mengawali obrolan. Kisahnya menjadi seorang TKI berawal saat dirinya lulus S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang yang kini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Saat itu Siti ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi (S2), tapi terkendala biaya.

“Proses menunggu beasiswa sulit sekali dan lama. Akhirnya saya diperintahkan oleh dosen saya saat itu untuk mencari pengalaman yang bermanfaat untuk karier ke depan. Akhirnya saya nekat mendaftarkan diri menjadi TKI ke Arab Saudi,” kata ibu dari Fatih Ashthifani dan Addina Filwa Putri ini tersenyum. Tahun 1985 dia berhasil berangkat ke Arab Saudi sebagai TKI. Di sana dia bekerja kepada seorang majikan di kota Riyadh.

Karena jenjang pendidikannya cukup tinggi, akhirnya Mujibatun tidak bekerja seperti layaknya TKW lain. Dia dipercaya mengajari anak-anak majikannya untuk baca tulis dan pelajaran lainnya. “Ya sejenis les privat , setiap hari mengajari anak-anak baca tulis,” ujar warga Jalan Tanjungsari 31 RT 7/RW5 Tambakaji, Ngaliyan, Semarang ini. Selama 18 bulan Mujibatun bekerja sebagai TKW di Arab Saudi.

Selama bekerja, Mujibatun mengaku banyak pengalaman yang didapat, termasuk mendalami kebudayaan negara yang menjadi tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW itu. Tak hanya itu, di lokasi itulah Mujibatun menemukan tambatan hatinya, Najamuddin dan membangun mahligai rumah tangga. “Tak hanya itu, dari menjadi TKW itu juga saya dapat menunaikan ibadah haji gratis. Awalnya ditawari jadi TKI di Italia, tapi karena saya terobsesi dapat naik haji, jadi saya memilih di Arab Saudi,” ucapnya sambil tertawa.

Setelah dirasa cukup, Mujibatun kemudian kembali ke Indonesia. Di Indonesia, dia kemudian diminta IAIN Walisongo Semarang mengabdikan ilmunya sebagai dosen. “Dari menjadi dosen dan hasil bekerja selama di Arab Saudi itu, saya melanjutkan jenjang pendidikan S-2 dan S- 3 di sini. Dan sekarang alhamdulillah saya semua itu sudah saya lewati. Ini adalah puncak karier dalam hidup saya, menjadi seorang guru besar,” kata Mujibatun.

Sementara itu, Rektor UIN Walisongo Semarang Muhibbin dalam sambutannya mengatakan, kisah perjalanan Siti Mujibatun merupakan kisah inspiratif yang dapat menjadi pelecut semangat orang lain, baik dosen dan mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Khusus untuk para dosen, Muhibbin berharap kisah kesuksesan Siti Mujibatun dapat dijadikan semangat melanjutkan studi.

“Di UIN Walisongo ini sudah banyak dosen bergelar doktor. Semoga dengan kisah inspiratif ibu Siti Mujibatun, banyak doktor-doktor lain yang semangat menjadi profesor. Saya harap di tahun depan, akan lahir 10-15 profesor di lingkungan UIN Walisongo agar kualitas pendidikan di sini semakin baik,” katanya.

Andika Prabowo
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6406 seconds (0.1#10.140)