Modernitas Interpretasi Batik

Selasa, 14 April 2015 - 10:09 WIB
Modernitas Interpretasi Batik
Modernitas Interpretasi Batik
A A A
Panggung kolaborasi desainer dua negara yang mengusung ide batik menjadi tampilan busana modern mengisi pembukaan gelaran mode tahunan Fashion Nation, yang dihelat pada Kamis (9/4) di Senayan City, Jakarta.

Mel Ahyar dari Indonesia dan Ek Thongprasert dari Thailand sama-sama menunjukan kepiawaiannya mengemas inspirasi batik dalam sebuah panggung yang ditata begitu artistik mirip taman dan dihiasi bungabunga. Koleksi pertama muncul dari Ek Thongprasert yang baru pertama kali mengolah batik. Esensi dari filosofi desain Ek Thongprasert dibuat dengan pendekatan yang kuat terhadap aspek konseptual.

Koleksi masing-masing merupakan kombinasi kompleks elemen desain pemikiran yang berasal dari analisa yang jauh ke dalam konsep. “Sehingga hasil koleksi ini adalah kumpulan karya yang murni unik dan orisinalitas setiap siluet memberikan pesan yang berbeda melalui bentuk warna detail dan cuttingyang bersamaan muncul di keseluruhan cerita secara lengkap,” ungkap Ek Thongprasert. Kelihaiannya mewujudkan ide desain batik pun ditampilkan dalam kesan modern dan futuristik.

Dengan kemunculan rancangan pertama sebuah padanan atasan batik berwarna hijau bersama penempatan aksen tali di bagian belakang yang dipadu bawahan celana midi. Selanjutnya ada beberapa dress dengan punggung terbuka dan penempatan kemben di luarnya bersama paduan rok bentuk pensil. Aksesori kalung sesekali disematkan pada tampilan dalam bentuk yang tak terlalu rumit tapi ukurannya agak masif.

Tampilan cenderung beragam, seperti ada paduan rok maxi , penggabungan stocking dengan celana midi hitam, dan busana model kemben yang diberi tambahan tali. Berikut setelan jas kulit printed ular dengan kemben dikenakan di bagian luar. Banyak pula ditemukan busana dengan mengolah titik sentral di seputaran pinggang. Di sini juga dapat ditemukan busana pria yang cenderung santai.

Menariknya dalam karya Ek Thongprasert, motif batik juga dibuat dalam bentuk pola batik yang tidak hanya dicetak. Kesan keseluruhan busananya menjadi demikian modern karena siluet dan material kulit yang dipakai. Pada babak kedua, sebelum masuk presentasi dari karya Mel Ahyar, ada pertunjukan musik akustik bernuansa irama Betawi, yang selanjutnya mengiringi deretan busana.

Inspirasi keseluruhan baju yang berasal dari motif batik Belanda ini pun berhasil mendapat tepuk tangan riuh dari para tamu undangan. Dalam membuat koleksi tersebut, Mel kali ini berkolaborasi dengan ilustrator Ammy Tawaqal. Dari motif batik Chintz yang lahir tahun 1840-an, para tamu yang hadir tidak disuguhi motif batik seperti biasanya.

Justru motif bertema musim semi diaplikasikan lewat beberapa gambar kupukupu, bunga, dan burung. “Motif batik Belanda tak seperti batik milik Indonesia dengan corak yang penuh arti,” ungkap Mel. Bunga, burung, kupukupu, cerita perang, bahkan dongeng anak Eropa diaplikasikan dalam teknik batik Indonesia. Pengaruh Eropa pun dibawa dengan penggunaan bahan lace dijadikan sebagai aksen.

Tema motif ala Belanda juga diaplikasikan sebagai teknik print dan dibuat tangan untuk menciptakan teknik tiga dimensi yang modern. Tampil berbeda dari biasanya, di koleksi ini Mel juga tak lagi mendominasi rancangannya dengan busana serba hitam.

Dyah ayu pamela
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3492 seconds (0.1#10.140)