Agar Bisa Digunakan 2030 Mendatang, Inggris Percepat Penelitian Vaksin Kanker mRNA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Negara Inggris belakangan ini sedang memulai rencana ambisiusnya untuk mempercepat penelitian vaksin kanker mRNA, dengan perusahaan farmasi Jerman BioNTech.
Rencana ini menyusul kesuksesan teknologi mRNA yang telah digunakan dalam pembuatan vaksin Covid-19 yakni vaksin Pfizer-BioNTech dan vaksin Moderna.
Sehingga pada penelitian vaksin mRNA kali ini para ilmuwan tidak akan menargetkan virus corona, melainkan sel kanker.
Mereka berharap dapat memberikan jenis perawatan yang dipersonalisasi ini kepada sekitar 10.000 pasien pada tahun 2030 mendatang.
Inggris menjadi negara pertama yang menandatangani kemitraan ini. BioNTech sendiri memiliki beberapa uji coba vaksin kanker internasional yang sedang berlangsung.
Namun, menurut BioNTech Inggris merupakan salah satu negara yang ideal karena memiliki rekam jejak dan infrastruktur yang bagus untuk penelitian medis.
"Inggris adalah mitra yang hebat untuk upaya ini. Kami telah melihat dalam pandemi Covid-19 dengan persetujuan cepat vaksin di Inggris bahwa otoritas regulasi luar biasa,” ujar salah satu pendiri BioNTech, Prof Ozlem Tureci, Jumat, (6/1/2023).
“Dan kemudian ada kemampuan analisis genom. Inggris adalah salah satu negara terkemuka dalam hal itu. Konsepnya di sini adalah menggunakan fitur molekuler spesifik pada kanker individu pasien untuk menyandikannya ke dalam vaksin mRNA dan melatih sistem kekebalan untuk menyerang,” lanjutnya.
Beberapa pasien uji coba merupakan penderita kanker yang sebelumnya telah melakukan pengobatan, dan vaksin ini diharapkan akan mencegah penyakit kanker tersebut datang kembali.
Selain itu, uji coba juga akan dilakukan terhadap pasien kanker dengan stadium lanjut, sehingga uji coba vaksin ini diharapkan dapat membantu mengurangi dan mengendalikan gejala penyakit kanker tersebut.
Tidak seperti kemoterapi yang pengobatannya akan menyerang banyak sel kanker, pengobatan mRNA dibuat khusus untuk individu dan memberikan sistem kekebalan dengan potongan kode genetik dari kanker tertentu sehingga hanya dapat menyerang tumor.
Hal inilah yang membuatnya lebih mahal untuk diproduksi. Namun BioNTech memastikan bahwa pengobatan ini termasuk cukup terjangkau untuk sistem perawatan kesehatan para penderita kanker.
Lihat Juga: Masih Disubsidi Negara, Padahal Keluarga Kerajaan Inggris Raih Rp470 Miliar dari Bisnis Properti
Rencana ini menyusul kesuksesan teknologi mRNA yang telah digunakan dalam pembuatan vaksin Covid-19 yakni vaksin Pfizer-BioNTech dan vaksin Moderna.
Sehingga pada penelitian vaksin mRNA kali ini para ilmuwan tidak akan menargetkan virus corona, melainkan sel kanker.
Mereka berharap dapat memberikan jenis perawatan yang dipersonalisasi ini kepada sekitar 10.000 pasien pada tahun 2030 mendatang.
Inggris menjadi negara pertama yang menandatangani kemitraan ini. BioNTech sendiri memiliki beberapa uji coba vaksin kanker internasional yang sedang berlangsung.
Namun, menurut BioNTech Inggris merupakan salah satu negara yang ideal karena memiliki rekam jejak dan infrastruktur yang bagus untuk penelitian medis.
"Inggris adalah mitra yang hebat untuk upaya ini. Kami telah melihat dalam pandemi Covid-19 dengan persetujuan cepat vaksin di Inggris bahwa otoritas regulasi luar biasa,” ujar salah satu pendiri BioNTech, Prof Ozlem Tureci, Jumat, (6/1/2023).
“Dan kemudian ada kemampuan analisis genom. Inggris adalah salah satu negara terkemuka dalam hal itu. Konsepnya di sini adalah menggunakan fitur molekuler spesifik pada kanker individu pasien untuk menyandikannya ke dalam vaksin mRNA dan melatih sistem kekebalan untuk menyerang,” lanjutnya.
Beberapa pasien uji coba merupakan penderita kanker yang sebelumnya telah melakukan pengobatan, dan vaksin ini diharapkan akan mencegah penyakit kanker tersebut datang kembali.
Selain itu, uji coba juga akan dilakukan terhadap pasien kanker dengan stadium lanjut, sehingga uji coba vaksin ini diharapkan dapat membantu mengurangi dan mengendalikan gejala penyakit kanker tersebut.
Tidak seperti kemoterapi yang pengobatannya akan menyerang banyak sel kanker, pengobatan mRNA dibuat khusus untuk individu dan memberikan sistem kekebalan dengan potongan kode genetik dari kanker tertentu sehingga hanya dapat menyerang tumor.
Hal inilah yang membuatnya lebih mahal untuk diproduksi. Namun BioNTech memastikan bahwa pengobatan ini termasuk cukup terjangkau untuk sistem perawatan kesehatan para penderita kanker.
Lihat Juga: Masih Disubsidi Negara, Padahal Keluarga Kerajaan Inggris Raih Rp470 Miliar dari Bisnis Properti
(hri)