Dramatari Panji Inu Padukan Konsep Tradisional & Teknologi
A
A
A
JAKARTA - Ary Suta Center (ASC) Dance Academy akan menggelar dramatari Panji Inu di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta, 12-13 Agustus mendatang. Seni budaya itu juga akan dikolaborasikan dengan teknologi video mapping, sehingga seni dramatari tersebut menjadi lebih hidup dan menggairahkan.
Menurut penanggung jawab kegiatan, MF Murti Haryati, kreativitas dramatari tersebut digagas sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan seni budaya Indonesia. Termasuk, sebagai salah satu langkah membangun karakter manusia yang berbangsa dan berbudaya. Karena itu, salah satunya dengan melibatkan tak kurang dari 100 orang generasi muda dalam kegiatan tersebut.
“Di tengah perkembangan teknologi informasi yang melanda dunia, budaya tradisi makin tergilas oleh arus budaya modern. Karena itu, kami ingin menggelar sendratari tersebut guna membantu menjaga kelestarian budaya bangsa,” ujar Murti, dalam pernyataan pers kepada Sindonews.
Sendratari itu sendiri akan melibatkan lintas generasi muda mulai anak sekolah, mahasiswa, para pekerja seni, hingga penari senior.
Langkah itu tak lepas dari upaya ASC untuk menanamkan kecintaan anak muda terhadap budaya tradisional Indonesia, sekaligus sebagai bagian dalam membantu pembentukan jati diri bangsa.
Sekadar informasi, dramatari Panji Inu tersebut menceritakan kisah akhir pemerintahan Prabu Airlangga sebagai penguasa Kerajaan Brawijaya. Kerajaan besar dibagi dua oleh Mpu Baradah menjadi Kediri dan Jenggala.
Hebatnya, dalam perjalanannya, kedua kerajaan itu kembali bersatu lewat janji perkawinan Pangeran Inu Kertapati dari Kediri dengan Putri Candra Kirana dari Jenggala. Uniknya, mereka menikah setelah keduanya sempat bertarung di arena sayembara menyusul penyamaran Putri Candra Kirana sebagai satria bernama Panji Semirang.
Cinta mereka pun terjalin hingga maut memisahkan. Bahkan, ketika wafat, kedua sejoli dilukiskan secara simbolis, Inu menjelma sebagai gunung, dan Candra Kirana menjadi awan yang selalu memeluk gunung tersebut.
Dramatari tersebut menjadi lebih menarik karena merupakan perpaduan dua budaya Indonesia yang digarap koreografer kondang asal Bali Ayu Bulantrisna Djelantik dan Dewi Sulastri yang kental dengan budaya Jawa-nya. Serta koreografer muda Bathara Saverigadi Dewandoro dan Agung Panji dengan komposer tabuh adalah Dedek Wahyudi dan I Ketut Saba.
Kemasan dramatari dua budaya berbeda tersebut diracik di atas panggung modern yang luar biasa, yakni tari Bali, Jawa, dan kontemporer menyatu. Apalagi, cerita menarik dramatari tersebut akan dipadukan teknologi video mapping garapan Adi Panuntun, anak muda berbakat yang tahun lalu menjadi juara dunia video mapping di Rusia.
Paduan seni tradisional dan keunggulan teknologi tersebut tentunya akan menjadi sajian spektakuler di ibu kota Jakarta jelang perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-70 tahun.
“Lewat event dramatari ini kami berharap proses pelestarian kesenian Indonesia dapat terus berlangsung dan tumbuh dalam kesadaran seluruh elemen bangsa,” ungkap Otie, panggilan akrab Murti.
Yang jelas, kreasi garapan ASC Dance Academy tersebut mendapat berbagai perhatian dari penggila seni. Bahkan, pemerhati seni Agus Santoso menilai roman Panji seakan bukan khayalan belaka, melainkan sebuah kenyataan hidup.
“Cerita Panji tidak bisa dilepaskan dengan konteks sosio-religius pada zamannya. Cerita itu tak lepas dari lango bahwa dia berfungsi menghantarkan para pemirsanya menikmati suasana keindahan dalam seni sampai akhirnya dapat berjumpa dengan Sang Hyang Widhi,” kata Agus.
Menurut penanggung jawab kegiatan, MF Murti Haryati, kreativitas dramatari tersebut digagas sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan seni budaya Indonesia. Termasuk, sebagai salah satu langkah membangun karakter manusia yang berbangsa dan berbudaya. Karena itu, salah satunya dengan melibatkan tak kurang dari 100 orang generasi muda dalam kegiatan tersebut.
“Di tengah perkembangan teknologi informasi yang melanda dunia, budaya tradisi makin tergilas oleh arus budaya modern. Karena itu, kami ingin menggelar sendratari tersebut guna membantu menjaga kelestarian budaya bangsa,” ujar Murti, dalam pernyataan pers kepada Sindonews.
Sendratari itu sendiri akan melibatkan lintas generasi muda mulai anak sekolah, mahasiswa, para pekerja seni, hingga penari senior.
Langkah itu tak lepas dari upaya ASC untuk menanamkan kecintaan anak muda terhadap budaya tradisional Indonesia, sekaligus sebagai bagian dalam membantu pembentukan jati diri bangsa.
Sekadar informasi, dramatari Panji Inu tersebut menceritakan kisah akhir pemerintahan Prabu Airlangga sebagai penguasa Kerajaan Brawijaya. Kerajaan besar dibagi dua oleh Mpu Baradah menjadi Kediri dan Jenggala.
Hebatnya, dalam perjalanannya, kedua kerajaan itu kembali bersatu lewat janji perkawinan Pangeran Inu Kertapati dari Kediri dengan Putri Candra Kirana dari Jenggala. Uniknya, mereka menikah setelah keduanya sempat bertarung di arena sayembara menyusul penyamaran Putri Candra Kirana sebagai satria bernama Panji Semirang.
Cinta mereka pun terjalin hingga maut memisahkan. Bahkan, ketika wafat, kedua sejoli dilukiskan secara simbolis, Inu menjelma sebagai gunung, dan Candra Kirana menjadi awan yang selalu memeluk gunung tersebut.
Dramatari tersebut menjadi lebih menarik karena merupakan perpaduan dua budaya Indonesia yang digarap koreografer kondang asal Bali Ayu Bulantrisna Djelantik dan Dewi Sulastri yang kental dengan budaya Jawa-nya. Serta koreografer muda Bathara Saverigadi Dewandoro dan Agung Panji dengan komposer tabuh adalah Dedek Wahyudi dan I Ketut Saba.
Kemasan dramatari dua budaya berbeda tersebut diracik di atas panggung modern yang luar biasa, yakni tari Bali, Jawa, dan kontemporer menyatu. Apalagi, cerita menarik dramatari tersebut akan dipadukan teknologi video mapping garapan Adi Panuntun, anak muda berbakat yang tahun lalu menjadi juara dunia video mapping di Rusia.
Paduan seni tradisional dan keunggulan teknologi tersebut tentunya akan menjadi sajian spektakuler di ibu kota Jakarta jelang perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-70 tahun.
“Lewat event dramatari ini kami berharap proses pelestarian kesenian Indonesia dapat terus berlangsung dan tumbuh dalam kesadaran seluruh elemen bangsa,” ungkap Otie, panggilan akrab Murti.
Yang jelas, kreasi garapan ASC Dance Academy tersebut mendapat berbagai perhatian dari penggila seni. Bahkan, pemerhati seni Agus Santoso menilai roman Panji seakan bukan khayalan belaka, melainkan sebuah kenyataan hidup.
“Cerita Panji tidak bisa dilepaskan dengan konteks sosio-religius pada zamannya. Cerita itu tak lepas dari lango bahwa dia berfungsi menghantarkan para pemirsanya menikmati suasana keindahan dalam seni sampai akhirnya dapat berjumpa dengan Sang Hyang Widhi,” kata Agus.
(nfl)