Tips Merawat Anak saat Sakit

Jum'at, 22 Mei 2015 - 07:51 WIB
Tips Merawat Anak saat Sakit
Tips Merawat Anak saat Sakit
A A A
MERAWAT bayi merupakan pengalaman yang spesial sekaligus menegangkan bagi para ibu baru.

Namun pada saat-saat tertentu, pengalaman ini justru akan menjadi hal yang sangat menyita waktu dan tak jarang akan berdampak stres bagi para orang tua baru dalam menghadapi tanggung jawab merawat bayi.

Keadaan ini akan semakin merepotkan saat bayi sedang terserang penyakit. Menurut Donna L Snyder MD FAAP, seorang dokter anak dari FDAs Division of Pediatric and Maternal Health, berkonsultasi dengan dokter atau penyedia pelayanan kesehatan merupakan cara yang baik dalam mencari sumber informasi terkait tanggung jawab sebagai orang tua.

Waktu yang baik untuk memeriksakan kesehatan anak adalah saat anak sehat sebagai bentuk upaya pencegahan penyakit. Lakukan terus sepanjang masa kecil anak hingga remaja. Keterangan ini dikutip dari situs Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat. Snyder mengatakan, ketika anak sakit atau orang tua memiliki pertanyaan, hubungi dokter untuk mengonfirmasi apa yang harus dilakukan.

Kemudian, pertimbangkan lima tips berikut ini: Pertama, minta saran atau rekomendasi dokter atau tenaga kesehatan sebelum memberikan tindakan seperti memberikan obat kepada anak. Obat-obat tertentu mungkin tidak sesuai untuk beberapa bayi. Dengan demikian, orang tua harus meminta rekomendasi penyedia layanan kesehatan atau dokter sebelum memberikan obat apa pun kepada anak.

Jika dia telah merekomendasikan obat, ajukan pertanyaan untuk memastikan penggunaan dosis yang tepat. Kedua, simpan semua bentuk obat dengan aman dan jauhkan dari jangkauan anak. Snyder mencatat, bayi dapat mulai merangkak saat berusia 5- 6 bulan. Oleh karena itu, orang tua harus lebih waspada saat menyimpan obat-obatan setelah digunakan. “Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan kemudian baca instruksi penyimpanannya,” ungkap Snyder.

Misalkan saja ada beberapa antibiotik perlu disimpan di lemari es. Jadi, pastikan menyimpan sesuai dengan petunjuk. “Jika Anda memiliki pertanyaan tentang cara aman menyimpan obat, hubungi apoteker atau penyedia layanan kesehatan lainnya,” tambah Snyder. Ketiga, berikan pengobatan dengan benar. Gunakan dosis yang tepat dan perangkat yang benar, misalnya apakah menggunakan sendok makan atau sendok teh, untuk memberikan jumlah dosis obat.

Beberapa produk dikemas dengan perangkat tersebut, tapi biasanya juga tersedia untuk pembelian di apotek. “Jika bayi Anda diberikan resep dengan jumlah, pastikan berikan jumlah tertentu menggunakan takaran sesuai dosis,” kata Snyder. Bicarakan dengan apoteker bayi Anda atau penyedia layanan kesehatan lainnya jika Anda memiliki pertanyaan lainnya. Keempat, minta saran dokter terkait pemberian obat dan ASI.

“Jika mendapat resep obat, penting untuk bertanya kepada dokter apakah tidak apa-apa untuk menyusui,” kata Leyla Sahin MD, seorang dokter kandungan dengan FDAs Division of Pediatric and Maternal Health. Para orang tua harus bertanya tentang resep produk, termasuk suplemen. Sahin menekankan, dengan menghentikan obat bisa berbahaya bagi beberapa wanita dengan masalah kesehatan kronis.

Namun, beberapa obat dengan tetap memberikan ASI mungkin tidak aman untuk bayi. Jadi, periksakan ke dokter apakah menyusui tetap baik dilakukan selama proses pengobatan. Kelima, jaga kesehatan diri sendiri. Kebanyakan orang tua menghabiskan banyak waktu menjaga bayi semalaman. Namun, coba luangkan waktu untuk istirahat sejenak. Kurang istirahat bisa menimbulkan masalah baru saat mengurus anak.

“Tidurlah saat bayi tertidur dan usahakan tidur pada siang hari,” pesan Sahin. “Jika seorang ibu selalu dilanda perasaan sedih terus-menerus, itu bisa menjadi tanda depresi postpartum ,” tambahnya. Oleh karena itu, orang tua harus berbicara dengan dokter untuk mendapatkan bantuan jika diperlukan. Juga penting untuk jadwal enam minggu setelah melahirkan dengan dokter Anda. Tahun pertama menjadi seorang ibu mungkin tidak sempurna, tapi pasti bisa menyesuaikan diri dengan tahap baru ini.

“Perlu diingat bahwa menjadi ibu baru merupakan periode transisi yang memungkinkan siapa pun menjadi stres,” ungkap Sahin. “Namun, menjadi ibu baru patut dirayakan,” tambahnya.

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8984 seconds (0.1#10.140)