Pementasan Teater Musikal Tuanku Imam Bonjol
A
A
A
JAKARTA - Teater adalah salah satu cabang seni hiburan yang juga memiliki manfaat untuk menyampaikan pesan. Cerita-cerita yang cerdas, sarat akan kritik sosial, seringkali lebih kita temukan dalam naskah-naskah teater.
Namun tentu saja, selain sebagai salah satu sarana penyampai pesan, teater juga harus menyajikannya dengan cara yang menghibur, seperti yang akan dilakukan oleh komunitas Satujuan dengan pementasan teater musikal Tuanku Imam Bonjol.
Pentas yang akan diadakan pada tanggal 28 Mei 2015 ini menceritakan kembali kisah Tuanku Imam Bonjol, seorang pahlawan nasional yang berasal dari Minangkabau.
Patriotisme dan sikap heroismenya dalam melawan penjajah telah tercatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia. Perjuangannya melawan Belanda yang saat itu sering mengingkari janjinya, semakin mempersulit keadaannya untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Komunitas Satujuan merupakan komunitas suku Minangkabau yang dibawahi langsung oleh komunitas terbesar Minangkabau yaitu Komunitas Gebu Minang Pusat. Berdasarkan penjelasan dari John Rizal, ketua umum dari komunitas Satujuan, seluruh pemain dari pertunjukkan teater ini merupakan anggota komunitas tersebut.
Sementara untuk pemilihan tokoh Tuanku Imam Bonjol sebagai cerita besar dari pertunjukkan ini disepakati dengan alasan bahwa Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pahlawan yang paling terkenal dari Sumatra Barat.
“Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pahlawan paling terkenal dari Sumatera Barat sebagai pejuang kemerdekaan dari penjajah, sekaligus menyebarkan Islam dalam perjuangannya," ujar John.
“Semoga apa yang kami hadirkan, dengan cerita tentang Tuanku Imam Bonjol dapat memberi pengetahuan bagi para penonton. Kami juga berharap ini satu langkah untuk bisa berlanjut kepertunjukan internasional," tambahnya.
Dijelaskan pula bahwa nantinya pertunjukkan ini akan dibuka dengan ‘legaran randai’ (permainan tradisional asal Minangkabau) yang kemudian akan diikuti oleh percakapan Bandaro Kayo dengan Tuanku Imam Bonjol yang menyadari adanya politik adu domba yang dilakukan oleh Belanda.
Dari percakapan tersebut lahirlah sebuah gagasan yang telah dikenal oleh masyarakat Minangkabau sampai sekarang, ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai’ yang berarti ‘Adat berdasarkan hukum Islam, hukum Islam berdasarkan Al-Quran, segala sesuatnya diatur berdasarkan hukum Islam, dan pelaksanaannya dilakukan oleh adat’.
Pementasan ini akan digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) di gedung Teater Jakarta pada hari Kamis (28/05/2015) jam 20.00 WIB. Sedangkan untuk harga tiket dibagi menjadi tiga kelas, dimulai dari Rp100.000 (Kelas II), Rp200.000 (Kelas I) dan Rp300.000 (VIP).
Namun tentu saja, selain sebagai salah satu sarana penyampai pesan, teater juga harus menyajikannya dengan cara yang menghibur, seperti yang akan dilakukan oleh komunitas Satujuan dengan pementasan teater musikal Tuanku Imam Bonjol.
Pentas yang akan diadakan pada tanggal 28 Mei 2015 ini menceritakan kembali kisah Tuanku Imam Bonjol, seorang pahlawan nasional yang berasal dari Minangkabau.
Patriotisme dan sikap heroismenya dalam melawan penjajah telah tercatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia. Perjuangannya melawan Belanda yang saat itu sering mengingkari janjinya, semakin mempersulit keadaannya untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Komunitas Satujuan merupakan komunitas suku Minangkabau yang dibawahi langsung oleh komunitas terbesar Minangkabau yaitu Komunitas Gebu Minang Pusat. Berdasarkan penjelasan dari John Rizal, ketua umum dari komunitas Satujuan, seluruh pemain dari pertunjukkan teater ini merupakan anggota komunitas tersebut.
Sementara untuk pemilihan tokoh Tuanku Imam Bonjol sebagai cerita besar dari pertunjukkan ini disepakati dengan alasan bahwa Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pahlawan yang paling terkenal dari Sumatra Barat.
“Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pahlawan paling terkenal dari Sumatera Barat sebagai pejuang kemerdekaan dari penjajah, sekaligus menyebarkan Islam dalam perjuangannya," ujar John.
“Semoga apa yang kami hadirkan, dengan cerita tentang Tuanku Imam Bonjol dapat memberi pengetahuan bagi para penonton. Kami juga berharap ini satu langkah untuk bisa berlanjut kepertunjukan internasional," tambahnya.
Dijelaskan pula bahwa nantinya pertunjukkan ini akan dibuka dengan ‘legaran randai’ (permainan tradisional asal Minangkabau) yang kemudian akan diikuti oleh percakapan Bandaro Kayo dengan Tuanku Imam Bonjol yang menyadari adanya politik adu domba yang dilakukan oleh Belanda.
Dari percakapan tersebut lahirlah sebuah gagasan yang telah dikenal oleh masyarakat Minangkabau sampai sekarang, ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai’ yang berarti ‘Adat berdasarkan hukum Islam, hukum Islam berdasarkan Al-Quran, segala sesuatnya diatur berdasarkan hukum Islam, dan pelaksanaannya dilakukan oleh adat’.
Pementasan ini akan digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) di gedung Teater Jakarta pada hari Kamis (28/05/2015) jam 20.00 WIB. Sedangkan untuk harga tiket dibagi menjadi tiga kelas, dimulai dari Rp100.000 (Kelas II), Rp200.000 (Kelas I) dan Rp300.000 (VIP).
(nfl)