John Frusciante Pensiun dari Industri Musik
A
A
A
LOS ANGELES - John Frusciante, mantan gitaris Red Hot Chili Peppers, mengungkapkan tidak akan merilis musik secara komersial. Album Trickfinger, yang dirilis April lalu, akan menjadi rekaman komersial terakhirnya.
John menyebut perilisan Trickfinger itu adalah sebuah kesalahan. Gitaris berusia 45 tahun itu juga mengatakan, berniat menghabiskan sisa kariernya untuk bereksperimen dengan musik, bukannya membuat musik yang bisa masuk tangga lagu.
“Selama 1,5 tahun terakhir, saya memutuskan berhenti membuat musik untuk semua orang dan tidak berniat merilisnya, seperti yang saya lakukan antara 2008—2012. Saya merasa kalau saya membawanya ke ranah publik, saya tidak akan berkembang dan saya tidak akan belajar. Menjadi seorang musikus elektronik itu berarti saya harus mengurung diri selama beberapa waktu. Jadi saya punya banyak material bagus dari periode itu yang belum pernah dirilis,” papar John, kepada Electronic Beats.
Sepanjang kariernya, John telah merilis sejumlah album solo. Album pertama dirilis ketika dia kali pertama keluar dari Red Hot Chili Peppers pada 1994, yaitu Niandra Lades and Usually Just a T-Shirt. Gitaris ini kemudian kembali ke band tersebut pada 1998 dan merilis Californication bersama Anthony Kiedis, Flea dan Chad Smith.
“Saya sudah membuat sampel musik abstrak. Saya tidak punya ide atas apa yang akan saya lakukan saat masuk ke sana. Saya hanya membiarkan sampel itu memandu saya dan pada akhirnya menambahkan synthesizers dan drum untuk mewarnainya,” ujar John.
John tetap membuat rekaman solo sejak kembali bersama Red Hot Chili Peppers. Pada 2004, dia mengeluarkan album solonya, Shadow Collide with People.
Sejak memutuskan kembali hengkang dari Red Hot Chili Peppers pada 2009, John juga disibukkan dengan banyak proyek pribadi dan untuk orang lain. Salah satunya, dia terlibat dalam album baru Duran Duran.
“Pada titik ini, saya tidak punya audiens. Saya membuat lagu dan saya tidak menyelesaikannya atau mengirimnya ke siapa pun. Dan, konsekuensinya, saya harus hidup dengan musik. Musik menjadi atmosfir hidup saya. Saya membuat musik yang benar-benar cantik yang datang dari (musik) klasik, atau saya membuat musik dimana temponya bergerak sepanjang waktu dan tidak ada pusat melodik atau ritmiknya. Hanya mendisorientasikan musik yang berantakan,” tutur dia.
John menyebut perilisan Trickfinger itu adalah sebuah kesalahan. Gitaris berusia 45 tahun itu juga mengatakan, berniat menghabiskan sisa kariernya untuk bereksperimen dengan musik, bukannya membuat musik yang bisa masuk tangga lagu.
“Selama 1,5 tahun terakhir, saya memutuskan berhenti membuat musik untuk semua orang dan tidak berniat merilisnya, seperti yang saya lakukan antara 2008—2012. Saya merasa kalau saya membawanya ke ranah publik, saya tidak akan berkembang dan saya tidak akan belajar. Menjadi seorang musikus elektronik itu berarti saya harus mengurung diri selama beberapa waktu. Jadi saya punya banyak material bagus dari periode itu yang belum pernah dirilis,” papar John, kepada Electronic Beats.
Sepanjang kariernya, John telah merilis sejumlah album solo. Album pertama dirilis ketika dia kali pertama keluar dari Red Hot Chili Peppers pada 1994, yaitu Niandra Lades and Usually Just a T-Shirt. Gitaris ini kemudian kembali ke band tersebut pada 1998 dan merilis Californication bersama Anthony Kiedis, Flea dan Chad Smith.
“Saya sudah membuat sampel musik abstrak. Saya tidak punya ide atas apa yang akan saya lakukan saat masuk ke sana. Saya hanya membiarkan sampel itu memandu saya dan pada akhirnya menambahkan synthesizers dan drum untuk mewarnainya,” ujar John.
John tetap membuat rekaman solo sejak kembali bersama Red Hot Chili Peppers. Pada 2004, dia mengeluarkan album solonya, Shadow Collide with People.
Sejak memutuskan kembali hengkang dari Red Hot Chili Peppers pada 2009, John juga disibukkan dengan banyak proyek pribadi dan untuk orang lain. Salah satunya, dia terlibat dalam album baru Duran Duran.
“Pada titik ini, saya tidak punya audiens. Saya membuat lagu dan saya tidak menyelesaikannya atau mengirimnya ke siapa pun. Dan, konsekuensinya, saya harus hidup dengan musik. Musik menjadi atmosfir hidup saya. Saya membuat musik yang benar-benar cantik yang datang dari (musik) klasik, atau saya membuat musik dimana temponya bergerak sepanjang waktu dan tidak ada pusat melodik atau ritmiknya. Hanya mendisorientasikan musik yang berantakan,” tutur dia.
(alv)