Hari Bahagia Anak Autis dan Difabel
A
A
A
BULAN April adalah bulan Peduli Autis Internasional. Untuk memperingatinya, Komunitas Sahabat Difabel bekerja sama dengan Pemkot (Dinas Sosial, Pemuda, dan Olahraga) dan TP PKK Kota Semarang menggelar Walk for Autism 2015 pada April lalu.
Didukung sekolah khusus Yogasmara, Walk for Autism Semarang 2015 memiliki serangkaian acara. Dimulai dari Fun walk for Autism , dilanjutkan dengan pelatihan pencegahan tantrum pada anak autis. Untuk kegiatan fun walk diselenggarakan di area car free day pada Minggu (26/4) dimulai di depan Balai Kota Semarang, dan dibuka oleh ibu Wali Kota, Tia Hendi.
“Fun Walk ini melibatkan 300 orang dari keluarga anak-anak autis dari berbagai sekolah dan pusat terapi serta masyarakat umum di sekitar area car free day ,” ujar Lani Setyadi, pendiri Komunitas Sahabat Difabel. Lani mengatakan, keikutsertaan masyarakat pada acara ini mengingatkan semua orang untuk lebih peduli pada autis dan tidak lagi menjadikan autisme sebagai guyonan.
Anak-anak autis dan berkebutuhan khusus yang berpartisipasi berasal dari sekolah dan pusat terapi, yakni sekolah khusus Yogasmara, SLB Negeri, SLB Talitakum, SLB Widya Bhakti, SD Suryo Bimo Kusumo, YPAC, Pusat Terapi Anagrya, Pusat Terapi Terang Bangsa, dan lain-lainnya. Selain jalan sehat, mereka juga mendapat pemeriksaan kesehatan umum dan gigi secara gratis oleh relawan dari FK Undip Semarang.
Tidak ketinggalan penampilan spesial dan demo masak oleh para anak autis. Bukan hanya itu, orang tua dan para pendamping diikutsertakan untuk mengikuti pelatihan sensori integrasi oleh tenaga ahli okupasi yang dipandu oleh Bapak Linggar. Juga pelatihan kemandirian untuk mengajarkan anak autis untuk memakai pakaian sendiri, yang dipimpin oleh sekolah khusus Yogasmara.
“Kami membagikan ilmu seputar anak autis seperti pencegahan tantrum pada anak autis, mengenal tantrum dan pemicunya, pengaruh diet pada tantrum dan bagaimana menyediakan makanan yang aman bagi anak autis untuk mencegah tantrum. Kami juga mengadakan pelatihan penanaman tanaman hidroponik untuk menyediakan makanan yang aman bagi anak autis,” kata Lani.
Materi pelatihan lainnya juga diberikan oleh relawan yang berasal dari mahasiswa Diffable Care Community UNNES, mahasiswa UIN Walisongo, serta Gerkatin Semarang (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia). Lani yang juga pemilik sekaligus pendidik anak-anak autis di pusat terapi dan Sekolah Yogasmara mengaku bangga karena acara yang baru pertama kali digelar ini menjadi acara besar dengan banyak peminat, utamanya dari masyarakat.
“Saya terharu tidak menyangka akan ramai, bahkan dari luar kota seperti Solo dan lainnya ikut bergabung. Semakin semangat untuk membuat acara seperti ini,” tutur ibu 3 anak itu. Juli mendatang rencananya Komunitas Sahabat Difabel menggelar kegiatan pelatihan bahasa isyarat versi Indonesia di Kota Semarang, kembali bekerja sama dengan Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga Kota Semarang.
Ananda nararya
Didukung sekolah khusus Yogasmara, Walk for Autism Semarang 2015 memiliki serangkaian acara. Dimulai dari Fun walk for Autism , dilanjutkan dengan pelatihan pencegahan tantrum pada anak autis. Untuk kegiatan fun walk diselenggarakan di area car free day pada Minggu (26/4) dimulai di depan Balai Kota Semarang, dan dibuka oleh ibu Wali Kota, Tia Hendi.
“Fun Walk ini melibatkan 300 orang dari keluarga anak-anak autis dari berbagai sekolah dan pusat terapi serta masyarakat umum di sekitar area car free day ,” ujar Lani Setyadi, pendiri Komunitas Sahabat Difabel. Lani mengatakan, keikutsertaan masyarakat pada acara ini mengingatkan semua orang untuk lebih peduli pada autis dan tidak lagi menjadikan autisme sebagai guyonan.
Anak-anak autis dan berkebutuhan khusus yang berpartisipasi berasal dari sekolah dan pusat terapi, yakni sekolah khusus Yogasmara, SLB Negeri, SLB Talitakum, SLB Widya Bhakti, SD Suryo Bimo Kusumo, YPAC, Pusat Terapi Anagrya, Pusat Terapi Terang Bangsa, dan lain-lainnya. Selain jalan sehat, mereka juga mendapat pemeriksaan kesehatan umum dan gigi secara gratis oleh relawan dari FK Undip Semarang.
Tidak ketinggalan penampilan spesial dan demo masak oleh para anak autis. Bukan hanya itu, orang tua dan para pendamping diikutsertakan untuk mengikuti pelatihan sensori integrasi oleh tenaga ahli okupasi yang dipandu oleh Bapak Linggar. Juga pelatihan kemandirian untuk mengajarkan anak autis untuk memakai pakaian sendiri, yang dipimpin oleh sekolah khusus Yogasmara.
“Kami membagikan ilmu seputar anak autis seperti pencegahan tantrum pada anak autis, mengenal tantrum dan pemicunya, pengaruh diet pada tantrum dan bagaimana menyediakan makanan yang aman bagi anak autis untuk mencegah tantrum. Kami juga mengadakan pelatihan penanaman tanaman hidroponik untuk menyediakan makanan yang aman bagi anak autis,” kata Lani.
Materi pelatihan lainnya juga diberikan oleh relawan yang berasal dari mahasiswa Diffable Care Community UNNES, mahasiswa UIN Walisongo, serta Gerkatin Semarang (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia). Lani yang juga pemilik sekaligus pendidik anak-anak autis di pusat terapi dan Sekolah Yogasmara mengaku bangga karena acara yang baru pertama kali digelar ini menjadi acara besar dengan banyak peminat, utamanya dari masyarakat.
“Saya terharu tidak menyangka akan ramai, bahkan dari luar kota seperti Solo dan lainnya ikut bergabung. Semakin semangat untuk membuat acara seperti ini,” tutur ibu 3 anak itu. Juli mendatang rencananya Komunitas Sahabat Difabel menggelar kegiatan pelatihan bahasa isyarat versi Indonesia di Kota Semarang, kembali bekerja sama dengan Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga Kota Semarang.
Ananda nararya
(ars)