Marketplace untuk Calon Pengantin
A
A
A
Setiap orang sudah memiliki bayangan seperti apa pernikahan mereka nantinya. Tapi, tidak semua wedding vendor atau penyedia perlengkapan pernikahan mampu mewujudkan bayangan tersebut, terutama dalam hal bujet dan keinginan.
MELIHAT kondisi seperti itu, terbersitlah di kepala Kevin Mintaraga sebuah marketplace yang mempertemukan wedding vendor dengan konsumennya, yakni para calon pengantin.
”Ketika akan menikah, sulit bagi saya mencari wedding vendor yang bagus dan berkualitas seperti yang diinginkan. Akhirnya kepikiran membuat marketplace bernama Bridestory.com,” tutur Kevin Mintaraga, pendiri Bridestory. Bridestory dirancang Kevin untuk menjadi one stop shopping site. Bedanya, segala hal yang ditawarkan tidak jauh dari pernikahan.
”Kategori di Bridestory cukup lengkap, mulai dekorasi, makanan, desain undangan atau pernak-pernik souvenir, hingga MC dari kalangan artis,” paparnya. Startup yang berdiri sejak April 2014 ini sudah dikunjungi lebih dari 3 juta calon pengantin. Mereka juga sempat mendapat pendanaan dari salah satu venture capital ternama. ”Jumlah pengguna yang terdaftar di Bridestory.com sudah mencapai lebih dari 50.000 pasangan pengantin dan hampir 10.000 wedding vendor yang menawarkan layanan mereka,” papar Kevin.
Selain halaman website didesain menarik dan menyerupai tampilan Pinterest, Bridestory juga memiliki berbagai fitur yang mempermudah pencarian. Misalnya kategori wedding vendor hingga filter warna. Fitur-fitur yang diberikan tidak hanya memudahkan calon pengantin, tapi juga si penyedia layanan pernikahan. Calon pengantin juga diberikan fitur untuk menentukan kisaran budget dan lokasi, sehingga diperoleh vendor yang sesuai keinginan.
Selain itu, calon pengantin juga dapat memberikan tulisan atau ulasan dari layanan wedding vendor tertentu, misalnya memberi nilai dalam skala berapa bintang dan membubuhkan ”love” di vendor tersebut sehingga nantinya dapat menjadi referensi bagi calon pengantin lain maupun si wedding vendor. Di satu sisi, Bridestory juga menjadi tempat yang cocok bagi wedding vendor untuk memasarkan bisnis mereka.
“Profil bisnis di Bridestory dapat dibuat dengan mudah. Bisa langsung memindahkan portfolio dari Instagram dan Facebook. Di satu sisi tentu mereka sangat terbantu dengan kehadiran Bridestory dalam memperoleh klien,” ujar Kevin. Karena kebutuhan akan wedding vendor tidak terbatas pada satu lokasi saja, menjadi tantangan bagi Bridestory untuk menyiapkan platform layanan agar dapat digunakan oleh pengguna dari berbagai negara atau global.
“Ya saat ini Bridestory berfokus untuk meningkatkan visibilitas layanannya sehingga dapat menerima klien dari negara-negara diluar negeri. Sehingga wedding vendor yang bergabung bersama kami pun dapat dikenal oleh klien dari luar,” ungkap Kevin.
Bridestory memang bukan satu-satunya marketplace penyedia wedding vendor di Indonesia. Namun, ”kami memberikan kategorisasi yang tidak hanya sebatas jenis-jenis wedding vendor tapi juga berbasis tema warna. Selain itu kami juga menampilkan tulisan di blog yang memberikan inspirasi atau insight bagi para calon pengantin yang telah kami kurasikan,” kata Kevin.
Cahyandaru kuncorojati
MELIHAT kondisi seperti itu, terbersitlah di kepala Kevin Mintaraga sebuah marketplace yang mempertemukan wedding vendor dengan konsumennya, yakni para calon pengantin.
”Ketika akan menikah, sulit bagi saya mencari wedding vendor yang bagus dan berkualitas seperti yang diinginkan. Akhirnya kepikiran membuat marketplace bernama Bridestory.com,” tutur Kevin Mintaraga, pendiri Bridestory. Bridestory dirancang Kevin untuk menjadi one stop shopping site. Bedanya, segala hal yang ditawarkan tidak jauh dari pernikahan.
”Kategori di Bridestory cukup lengkap, mulai dekorasi, makanan, desain undangan atau pernak-pernik souvenir, hingga MC dari kalangan artis,” paparnya. Startup yang berdiri sejak April 2014 ini sudah dikunjungi lebih dari 3 juta calon pengantin. Mereka juga sempat mendapat pendanaan dari salah satu venture capital ternama. ”Jumlah pengguna yang terdaftar di Bridestory.com sudah mencapai lebih dari 50.000 pasangan pengantin dan hampir 10.000 wedding vendor yang menawarkan layanan mereka,” papar Kevin.
Selain halaman website didesain menarik dan menyerupai tampilan Pinterest, Bridestory juga memiliki berbagai fitur yang mempermudah pencarian. Misalnya kategori wedding vendor hingga filter warna. Fitur-fitur yang diberikan tidak hanya memudahkan calon pengantin, tapi juga si penyedia layanan pernikahan. Calon pengantin juga diberikan fitur untuk menentukan kisaran budget dan lokasi, sehingga diperoleh vendor yang sesuai keinginan.
Selain itu, calon pengantin juga dapat memberikan tulisan atau ulasan dari layanan wedding vendor tertentu, misalnya memberi nilai dalam skala berapa bintang dan membubuhkan ”love” di vendor tersebut sehingga nantinya dapat menjadi referensi bagi calon pengantin lain maupun si wedding vendor. Di satu sisi, Bridestory juga menjadi tempat yang cocok bagi wedding vendor untuk memasarkan bisnis mereka.
“Profil bisnis di Bridestory dapat dibuat dengan mudah. Bisa langsung memindahkan portfolio dari Instagram dan Facebook. Di satu sisi tentu mereka sangat terbantu dengan kehadiran Bridestory dalam memperoleh klien,” ujar Kevin. Karena kebutuhan akan wedding vendor tidak terbatas pada satu lokasi saja, menjadi tantangan bagi Bridestory untuk menyiapkan platform layanan agar dapat digunakan oleh pengguna dari berbagai negara atau global.
“Ya saat ini Bridestory berfokus untuk meningkatkan visibilitas layanannya sehingga dapat menerima klien dari negara-negara diluar negeri. Sehingga wedding vendor yang bergabung bersama kami pun dapat dikenal oleh klien dari luar,” ungkap Kevin.
Bridestory memang bukan satu-satunya marketplace penyedia wedding vendor di Indonesia. Namun, ”kami memberikan kategorisasi yang tidak hanya sebatas jenis-jenis wedding vendor tapi juga berbasis tema warna. Selain itu kami juga menampilkan tulisan di blog yang memberikan inspirasi atau insight bagi para calon pengantin yang telah kami kurasikan,” kata Kevin.
Cahyandaru kuncorojati
(ars)