Tato Bisa Memicu Masalah Kulit

Senin, 15 Juni 2015 - 09:20 WIB
Tato Bisa Memicu Masalah Kulit
Tato Bisa Memicu Masalah Kulit
A A A
Menghias kulit dengan tato telah menjadi tren sejak lama. Tak hanya pria, tato kini juga turut digandrungi oleh wanita. Tato merupakan seni yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit, biasanya pada kulit manusia.

Meskipun memberikan keindahan pada kulit, tato ternyata bisa menyebabkan masalah kulit, seperti ruam, gatalgatal, infeksi, dan pembengkakan. Menurut sebuah penelitian yang dilansir dalam situs Healthday, tato dapat membuat tubuh berisiko terhadap masalah kulit jangka panjang. “Kami agak khawatir terhadap laporan komplikasi kronis tingkat tinggi terkait dengan masalah yang ditimbulkan dari tato,” ungkap peneliti senior Dr Marie Leger, asisten profesor di departemen dermatologi di NYU Langone Medical Center di New York City.

“Mengingat semakin populernya pencinta tato, dokter, petugas kesehatan masyarakat, dan para konsumen harus menyadari risiko yang ditimbulkan,” kata Leger dalam rilis berita Langone. Para peneliti telah menyurvei sekitar 300 orang dewasa New York City yang berusia 18 sampai 69 tahun yang menggunakan tato. Sebagian besar dari mereka memiliki tidak lebih dari lima tato.

Lengan menjadi daerah situs tato paling populer (67%). Sekitar 6% dari partisipan pernah ditato dan kerap mengalami ruam, infeksi, gatal parah, atau pembengkakan yang kadang-kadang berlangsung lebih lama dari empat bulan. Peneliti mengungkapkan, dalam beberapa kasus, masalah ini bisa dialami selama bertahun-tahun.

Beberapa masalah kulit akibat tato dapat diobati dengan obat steroid anti-inflamasi. Namun, menurut Leger, untuk beberapa orang mungkin memerlukan operasi laser untuk penyembuhan akibat bahan kimia yang digunakan dalam tinta tato yang tidak standar atau benar diatur.

“Sampai saat ini belum diketahui apakah masalah kulit ini karena bahan kimia dalam tinta itu sendiri atau bahan kimia lainnya, seperti pengawet atau pewarna yang ditambahkan kepada mereka. Bisa jadi karena adanya kerusakan bahan kimia dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya database nasional atau persyaratan pelaporan juga menghalangi pemantauan secara akurat,” ungkap Leger.

Larissa huda
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6005 seconds (0.1#10.140)