Mesin Pengeruk Uang
A
A
A
Semua orang tahu Bon Jovi adalah grup musik yang melegenda. Seluruh penggemarnya dari era tahun 1980-an, 1990-an, hingga kini fasih melantunkan lagu-lagu yang mereka ciptakan.
Kreativitas, lagu-lagu terkenal, dan penggemar yang solid merupakan salah satu bagian yang membuat Bon Jovi sangat melegenda. Namun, itu baru sebagian . Karena hal lain yang membuat Bon Jovi begitu sukses adalah kerja keras, durabilitas sangat tinggi, dan pengelolaan uang yang efisien. Bon Jovi ibarat sebuah mobil balap Le Mans yang mampu mengitari Sirkuit Le Mans nonstop 24 jam dalam kecepatan tinggi.
Kerja keras dan durablitas itulah yang membuat Bon Jovi begitu sukses. Sudah 2.900 kali mereka tampil. Ada 55 negara yang telah mereka kunjungi. Beberapa program ngamen dari Bon Jovi malah kerap mencetak rekor penghasilan terbesar di dunia. Majalah Forbesmencatat selama 5 tahun terakhir, Bon Jovi mencetak 4 kali menjadi tur nomor satu dengan penghasilan terbesar di dunia.
Lalu apa yang membuat Bon Jovi menjadi begitu sukses dan kaya raya? Sosok yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan tersebut, tidak lain adalah sang vokalis John Francois Bongiovi Jr atau akrab disapa Jon Bon Jovi. “Jon adalah seorang pengusaha. Dia tahu sekali caranya membuat sebuah konser yang berkualitas tinggi. Yang paling penting, dia sangat efisien dalam mengelola uang,” ujar David Munns, co-managerBon Jovi.
Kecerdasan Jon Bon Jovi mengelola uang memang sangat melegenda. Bahkan, sempat tersiar kutipan bahwa setelah istrinya, hal yang paling dia cintai adalah uang. Jon Bon Jovi sangat percaya bahwa sukses itu selalu datang dari kerja keras. Inilah mengapa meski baru satu tahun Bon Jovi terbentuk, Jon Bon Jovi langsung membuat jadwal konser setahun penuh. Mereka langsung keliling Amerika.
“Tahun 1980-an, tahun yang paling sibuk. Kami datang ke mana saja dan ke negeri apa pun. Pokoknya terus keliling. Banyak orang berpikir hal tersebut tidak bisa kami lakukan. Nyatanya itu bisa,” kenang David Bryan, keyboardistBon Jovi. Kerja keras tidak akan maksimal tanpa kerja cerdas. Bon Jovi sangat menyadari hal itu. Di awal-awal mereka konser keliling, Jon Bon Jovi berusaha agar bisa ikut konser di mana yang jadi bintangnya adalah grup-grup musik besar.
Meski berbeda genre, mereka nekat tetap ikut asal grup musik utama adalah grup musik papan atas. “Saya ingat waktu di Kanada, kami jadi grup musik pembuka untuk Judas Priest. Awalnya, penggemar mereka terlihat kesal melihat kami. Tapi setelah itu kami berhasil memikat mereka,” ucap David Bryan. Setelah nama mereka semakin mentereng, Bon Jovi tetap bermain cerdas.
Mereka sadar bahwa efisiensi adalah cara yang paling mudah untuk meraih keuntungan besar. Salah satu caranya dengan tampil di kota yang sama secara berturut-turut. Ini pernah mereka lakukan ketika tampil di O2 Arena, London, Inggris pada 2011. Waktu itu mereka tampil 12 kali selama 19 hari di Inggris. Selama itu mereka bisa menghemat biaya transportasi hingga USD300.000 per konser.
Tampil di kota yang sama memang sangat menekan biaya. Mereka tidak perlu memindahkan segala barang yang mereka butuhkan ke tempat lain. Biaya penginapan pun tidak akan membengkak karena kru Bon Jovi memang tidak begitu banyak. Terlebih lagi, Jon Bon Jovi juga sangat ketat untuk urusan personal assistant. Setiap anggota Bon Jovi tidak memiliki personal assistantsetiap kali konser.
“Semuanya barang bawa sendiri,” ujar Jon Bon Jovi. Kerja keras mereka dalam meraup uang memang patut diacungi jempol. Namun, layaknya mesin, mereka pernah mencapai titik di mana mereka merasa tidak sanggup lagi. Hal itu terjadi ketika mereka menyelesaikan rangkaian konser New Jersey Syndicate Tour pada tahun 1989-1991. Bayangkan, rangkaian konser tersebut mencapai 232 konser.
“Benarbenar membunuh kami. Kami sampai tidak bisa bicara satu sama lain,” ucap Richie Sambora, mantan gitaris Bon Jovi. “Sementara, orang-orang di sekitar kami menginginkan kami untuk terus berjalan untuk mengeruk uang. Padahal, kami sudah tidak peduli lagi dengan uang,” sebut David Bryan. Pengorbanan di New Jersey Syndicate Tour akhirnya berujung pada kevakuman.
Personel Bon Jovi lebih memilih untuk istirahat. Tapi percayalah, selama ada Jon Bon Jovi, roda bisnis Bon Jovi akan terus berjalan. Inilah mengapa tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk kembali dan meluncurkan album berjudul “Keep the Faith”. Sesuai namanya, “Keep the Faith”, Bon Jovi tetap semangat untuk terus berjalan.
Dan buktinya, mereka akan mampir ke Jakarta setelah 25 tahun lalu pernah datang ke Ibu Kota. Hingga kini selama Jon Bon Jovi masih ada bisa jadi Bon Jovi tidak akan pernah berhenti mengeruk uang. Sejatinya, Jon Bon Jovi memang adalah orang yang sangat berpengaruh. Tidak hanya bagi grup musiknya, juga penggemarnya.
Wahyu sibarani
Kreativitas, lagu-lagu terkenal, dan penggemar yang solid merupakan salah satu bagian yang membuat Bon Jovi sangat melegenda. Namun, itu baru sebagian . Karena hal lain yang membuat Bon Jovi begitu sukses adalah kerja keras, durabilitas sangat tinggi, dan pengelolaan uang yang efisien. Bon Jovi ibarat sebuah mobil balap Le Mans yang mampu mengitari Sirkuit Le Mans nonstop 24 jam dalam kecepatan tinggi.
Kerja keras dan durablitas itulah yang membuat Bon Jovi begitu sukses. Sudah 2.900 kali mereka tampil. Ada 55 negara yang telah mereka kunjungi. Beberapa program ngamen dari Bon Jovi malah kerap mencetak rekor penghasilan terbesar di dunia. Majalah Forbesmencatat selama 5 tahun terakhir, Bon Jovi mencetak 4 kali menjadi tur nomor satu dengan penghasilan terbesar di dunia.
Lalu apa yang membuat Bon Jovi menjadi begitu sukses dan kaya raya? Sosok yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan tersebut, tidak lain adalah sang vokalis John Francois Bongiovi Jr atau akrab disapa Jon Bon Jovi. “Jon adalah seorang pengusaha. Dia tahu sekali caranya membuat sebuah konser yang berkualitas tinggi. Yang paling penting, dia sangat efisien dalam mengelola uang,” ujar David Munns, co-managerBon Jovi.
Kecerdasan Jon Bon Jovi mengelola uang memang sangat melegenda. Bahkan, sempat tersiar kutipan bahwa setelah istrinya, hal yang paling dia cintai adalah uang. Jon Bon Jovi sangat percaya bahwa sukses itu selalu datang dari kerja keras. Inilah mengapa meski baru satu tahun Bon Jovi terbentuk, Jon Bon Jovi langsung membuat jadwal konser setahun penuh. Mereka langsung keliling Amerika.
“Tahun 1980-an, tahun yang paling sibuk. Kami datang ke mana saja dan ke negeri apa pun. Pokoknya terus keliling. Banyak orang berpikir hal tersebut tidak bisa kami lakukan. Nyatanya itu bisa,” kenang David Bryan, keyboardistBon Jovi. Kerja keras tidak akan maksimal tanpa kerja cerdas. Bon Jovi sangat menyadari hal itu. Di awal-awal mereka konser keliling, Jon Bon Jovi berusaha agar bisa ikut konser di mana yang jadi bintangnya adalah grup-grup musik besar.
Meski berbeda genre, mereka nekat tetap ikut asal grup musik utama adalah grup musik papan atas. “Saya ingat waktu di Kanada, kami jadi grup musik pembuka untuk Judas Priest. Awalnya, penggemar mereka terlihat kesal melihat kami. Tapi setelah itu kami berhasil memikat mereka,” ucap David Bryan. Setelah nama mereka semakin mentereng, Bon Jovi tetap bermain cerdas.
Mereka sadar bahwa efisiensi adalah cara yang paling mudah untuk meraih keuntungan besar. Salah satu caranya dengan tampil di kota yang sama secara berturut-turut. Ini pernah mereka lakukan ketika tampil di O2 Arena, London, Inggris pada 2011. Waktu itu mereka tampil 12 kali selama 19 hari di Inggris. Selama itu mereka bisa menghemat biaya transportasi hingga USD300.000 per konser.
Tampil di kota yang sama memang sangat menekan biaya. Mereka tidak perlu memindahkan segala barang yang mereka butuhkan ke tempat lain. Biaya penginapan pun tidak akan membengkak karena kru Bon Jovi memang tidak begitu banyak. Terlebih lagi, Jon Bon Jovi juga sangat ketat untuk urusan personal assistant. Setiap anggota Bon Jovi tidak memiliki personal assistantsetiap kali konser.
“Semuanya barang bawa sendiri,” ujar Jon Bon Jovi. Kerja keras mereka dalam meraup uang memang patut diacungi jempol. Namun, layaknya mesin, mereka pernah mencapai titik di mana mereka merasa tidak sanggup lagi. Hal itu terjadi ketika mereka menyelesaikan rangkaian konser New Jersey Syndicate Tour pada tahun 1989-1991. Bayangkan, rangkaian konser tersebut mencapai 232 konser.
“Benarbenar membunuh kami. Kami sampai tidak bisa bicara satu sama lain,” ucap Richie Sambora, mantan gitaris Bon Jovi. “Sementara, orang-orang di sekitar kami menginginkan kami untuk terus berjalan untuk mengeruk uang. Padahal, kami sudah tidak peduli lagi dengan uang,” sebut David Bryan. Pengorbanan di New Jersey Syndicate Tour akhirnya berujung pada kevakuman.
Personel Bon Jovi lebih memilih untuk istirahat. Tapi percayalah, selama ada Jon Bon Jovi, roda bisnis Bon Jovi akan terus berjalan. Inilah mengapa tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk kembali dan meluncurkan album berjudul “Keep the Faith”. Sesuai namanya, “Keep the Faith”, Bon Jovi tetap semangat untuk terus berjalan.
Dan buktinya, mereka akan mampir ke Jakarta setelah 25 tahun lalu pernah datang ke Ibu Kota. Hingga kini selama Jon Bon Jovi masih ada bisa jadi Bon Jovi tidak akan pernah berhenti mengeruk uang. Sejatinya, Jon Bon Jovi memang adalah orang yang sangat berpengaruh. Tidak hanya bagi grup musiknya, juga penggemarnya.
Wahyu sibarani
(ars)