Sayang Kalau Dijual

Senin, 22 Juni 2015 - 10:33 WIB
Sayang Kalau Dijual
Sayang Kalau Dijual
A A A
Berawal dari cangkir teh, akhirnya menciptakan suatu komunitas kolektor cangkir teh di Ibu Kota. Lies Haraguchi boleh dibilang orang yang menularkan hobi ini di jejaring sosial.

Kebiasaan Lies mengunggah fotofoto koleksi cangkir tehnya rupanya mendapat sambutan positif para netizenyang akhirnya mengikuti jejak Lies. Dia pun menjadi sumber referensi bagi kolektor lain atau mereka yang baru memulai menekuni hobi ini. Meski begitu, Lies menekankan sebaiknya mereka yang berminat pada koleksi cangkir teh ini bukan hanya semata-mata mengikuti tren belaka.

“Saya selalu menganjurkan untuk dipakai dinikmati. Bukan hanya dipajang,” kata Lies yang hobi minum teh. Meiyana mengaku, awalnya ragu untuk memakai koleksi cangkir tehnya dalam keseharian. Terlebih harganya yang terbilang cukup mahal. “Tapi akhirnya saya merasakan ada kenikmatan sendiri ketika minum teh dari koleksi kita,” ujarnya.

Pernah suatu saat cangkir teh yang dia pakai retak, beruntung dia bisa memperbaiki dengan menggunakan lem. Untuk menambah koleksinya, Yana begitu dia biasa dipanggil, membeli lewat online shopseperti ebay atau di Instagram. “Serunya kita harus rebutan membelinya karena online shop-nya tidak ngasih tahu jamnya,” kata Yana yang mengaku koleksinya masih sedikit.

Dia mengkhususkan mengoleksi keluaran Paragon dari Inggris, Spode, Wileman Foley, dan Herend. Adapun Lingga sebelumnya mengoleksi parfum dan tas, kini fokus pada cangkir teh. “Saya juga awalnya hanya memajang koleksi cangkir teh saya. Namun, justru dengan memakainya sehari-hari jadi tidak bosan. Kalaupun pecah, ya anggap aja risiko,” sebutnya.

Bagi mereka yang baru memulai mengoleksi, baik Lingga maupun Yana, memberikan saran. Sebaiknya tidak perlu mengikuti tren cangkir teh yang sedang banyak diincar kolektor, tapi lebih baik punya selera sendiri. “Follow Instagram penggemar tea cups lainnya. Dan yang penting, jangan memaksakan kemampuan kita,” kata Yana.

Kendati mempunyai banyak koleksi, mereka enggan membocorkan berapa kocek yang sudah dikeluarkan untuk koleksinya. Yang pasti, sebanding dengan kepuasan yang mereka dapatkan. Mereka pun belum memiliki niatan untuk menjual koleksi teacup-nya atau menjadikannya investasi.

“Untuk sekarang memang belum. Paling hanya menjual ke sesama teman dekat, saya masih sayang untuk menjualnya,” kata Lies Haraguchi. Sementara Yana menjual koleksinya untuk membeli cangkir terbaru. Mereka kompak mengatakan masih akan menambah koleksi yang ada.

Sri noviarni
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6859 seconds (0.1#10.140)
pixels