Saat Kebersihan Jadi Sikap Hidup
A
A
A
BAGI masyarakat Jepang, kebersihan merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bagi mereka, kebersihan adalah sikap hidup yang harus dipegang di mana pun mereka tinggal, termasuk di Jakarta.
Bagi masyarakat Jepang, menjaga lingkungan bukan tuntutan kehidupan semata. Menjaga lingkungan agar tetap bersih, hijau dan sehat, justru telah menjadi sikap hidup mereka. Prinsip ini malahan sudah ditanamkan kepada anak-anak Jepang sejak kecil. Sejak di sekolah dasar, anak-anak Jepang sudah diberikan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolahnya.
Menurut Hoshita, anggota Jakarta Osoji Club, di sekolah-sekolah Jepang tidak dipekerjakan pesuruh yang bertanggung jawab membersihkan lingkungan sekolah. Nah yang berkewajiban membersihkan area sekolah justru adalah anak-anak murid sekolah tersebut. Pendidikan kebersihan seperti ini ditanamkan sejak dini kepada anakanak dimulai dari rumah dan sekolah agar nantinya menjadi kebiasaan sampai dewasa.
Menurut Hoshita, sekitar 50 tahun lalu kondisi Jepang juga masih kotor dan banyak sampah. Lalu, pemerintah Jepang membuat imbauan terus-menerus dan mengampanyekan kebersihan terintegrasi dengan sistem pendidikan. “Memang yang kami perbuat sangat kecil (soal sampah) untuk membangun masalah besar, berdisiplin untuk seluruh warga bangsa, agar menjadi bangsa yang besar dan kuat. Meskipun sulit, bagaimanapun kita harus memulai,” ujar Hoshita.
Kecil teranja-anja, besar terbawabawa. Inilah yang akhirnya dirasakan oleh masyarakat Jepang. Kebiasaan mereka menjaga lingkungan agar tetap bersih memang tetap terbawa hingga mereka tua. Bahkan, ketika mereka berada di negeri orang, kebiasaan itu tetap terbawa. Di Jakarta, misalnya, mereka malah bergerak bersama-sama rutin dua minggu sekali membersihkan area Gelora Bung Karno (GBK).
Tsuyosi Asidah dari Jakarta Osoji Club mengatakan kelompok yang terbentuk pada 29 April 2012 itu secara sukarela melakukan kegiatan tersebut. “Harapannya kegiatan ini bisa menjadi teladan semua orang, khususnya untuk orang Indonesia agar tergerak hatinya untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” kata Asidah.
Tsuyoshi mengatakan, keanggotaan Jakarta Osoji Club sendiri bersifat terbuka. Tidak ada batasan warga negara ataupun usia. Nah yang penting bagi mereka adalah peduli pada kebersihan lingkungan. Nah, kalau teman-teman tertarik ikut komunitas ini, tinggal datang langsung saja pas acara bersih-bersih.
Silakan bawa sarung tangan sendiri. Kalau orang asing saja peduli terhadap kebersihan Jakarta, malu dong kalau kita enggak peduli!
wahyu sibarani
Bagi masyarakat Jepang, menjaga lingkungan bukan tuntutan kehidupan semata. Menjaga lingkungan agar tetap bersih, hijau dan sehat, justru telah menjadi sikap hidup mereka. Prinsip ini malahan sudah ditanamkan kepada anak-anak Jepang sejak kecil. Sejak di sekolah dasar, anak-anak Jepang sudah diberikan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolahnya.
Menurut Hoshita, anggota Jakarta Osoji Club, di sekolah-sekolah Jepang tidak dipekerjakan pesuruh yang bertanggung jawab membersihkan lingkungan sekolah. Nah yang berkewajiban membersihkan area sekolah justru adalah anak-anak murid sekolah tersebut. Pendidikan kebersihan seperti ini ditanamkan sejak dini kepada anakanak dimulai dari rumah dan sekolah agar nantinya menjadi kebiasaan sampai dewasa.
Menurut Hoshita, sekitar 50 tahun lalu kondisi Jepang juga masih kotor dan banyak sampah. Lalu, pemerintah Jepang membuat imbauan terus-menerus dan mengampanyekan kebersihan terintegrasi dengan sistem pendidikan. “Memang yang kami perbuat sangat kecil (soal sampah) untuk membangun masalah besar, berdisiplin untuk seluruh warga bangsa, agar menjadi bangsa yang besar dan kuat. Meskipun sulit, bagaimanapun kita harus memulai,” ujar Hoshita.
Kecil teranja-anja, besar terbawabawa. Inilah yang akhirnya dirasakan oleh masyarakat Jepang. Kebiasaan mereka menjaga lingkungan agar tetap bersih memang tetap terbawa hingga mereka tua. Bahkan, ketika mereka berada di negeri orang, kebiasaan itu tetap terbawa. Di Jakarta, misalnya, mereka malah bergerak bersama-sama rutin dua minggu sekali membersihkan area Gelora Bung Karno (GBK).
Tsuyosi Asidah dari Jakarta Osoji Club mengatakan kelompok yang terbentuk pada 29 April 2012 itu secara sukarela melakukan kegiatan tersebut. “Harapannya kegiatan ini bisa menjadi teladan semua orang, khususnya untuk orang Indonesia agar tergerak hatinya untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” kata Asidah.
Tsuyoshi mengatakan, keanggotaan Jakarta Osoji Club sendiri bersifat terbuka. Tidak ada batasan warga negara ataupun usia. Nah yang penting bagi mereka adalah peduli pada kebersihan lingkungan. Nah, kalau teman-teman tertarik ikut komunitas ini, tinggal datang langsung saja pas acara bersih-bersih.
Silakan bawa sarung tangan sendiri. Kalau orang asing saja peduli terhadap kebersihan Jakarta, malu dong kalau kita enggak peduli!
wahyu sibarani
(bbg)