Nokia Tanpa Mobile Phone
A
A
A
INDUSTRI dan ekonomi dunia memiliki ikatan yang sangat erat dan saling mempengaruhi.
Coba Anda cari perusahaan dan industri yang berdiri ratusan tahun dan masih bertahan hingga saat ini, apakah banyak? Saya yakin pasti sulit menemukan karena sedikit sekali jumlahnya. Nokia adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri dan bertahan hingga hari ini yang genap berusia 150 tahun. Perlu diketahui bahwa Nokia yang selama ini Anda dengar dan ketahui bukanlah Nokia yang sama. Nokia selalu berubah.
Perubahan tersebut bukan karena Nokia tidak memiliki pendirian atau bentuk, namun karena visinya yang ingin terus mengikuti perkembangan kebutuhan industri dan manusia saat itu. Tepatnya disebut dengan adaptasi. Pada abad ke-19 di Finlandia tepat sebuah kota bernama Nokia berdirilah perusahaan dengan nama yang sama yang bergerak di bidang industri kertas, kayu, dan karet.
Disinilah Nokia memiliki visi awal yang menjadi komitmennya, yakni terus hadir memenuhi kebutuhan industri lain, manusia, dan perekonomian dunia saat itu. Menurut mereka dengan cara itulah Nokia sebagai perusahaan dapat terus bertahan. Tahun 1960 menjadi titik tolak Nokia menjadi Nokia seperti yang kita kenal sekarang, yakni di industri elektronik dan IT.
Berpegang teguh pada pandangan dan komitmen awalnya beradaptasi dengan perkembangan dunia dan kebutuhan manusia saat itu. Nokia resmi memproduksi perangkat elektronik dari teknologi yang dimiliki, salah satunya yang kemudian menangkat nama Nokia adalah perangkat ponselnya. Saat itu Nokia tidak banyak memiliki kompetitor, sehingga menjadi “raja ponsel” di dunia untuk waktu yang cukup lama.
Pada 2005 Nokia berhasil menjual 1 miliar perangkat ponselnya sebelum akhirnya kompetitor lain mulai besar dan dapat menyaingi Nokia. Sempat bangkit lewat lini smartphone berbasis Windows Phone, tapi nyatanya tahun lalu divisi mobile phone Nokia harus rela dilepas ke Microsoft. Tapi bukan berarti kami tidak akan hadir kembali.
Dunia terus berubah dengan perkembangan teknologinya, kendati kami tidak memiliki divisi mobile phone, Nokia tidak akan jatuh. Alasannya karena Nokia memahami bahwa kami tidak bisa hanya bergantung pada divisi tersebut (mobile phone). Nokia saat ini memiliki tiga divisi lain, yakni network (jaringan), lisensi teknologi, serta teknologi lokasi dan pemetaan. Tiga divisi ini dikembangkan karena nyatanya ketiganya menopang industri lainnya.
Nokia Technologies adalah divisi yang berusaha untuk selalu menghadirkan teknologi yang dapat membantu manusia dan lingkungan, HERE Maps adalah divisi teknologi GPS dan pemetaan yang diminati industri automotif saat ini hingga memegang 50% market share. Lalu divisi yang masih erat dengan IT dan telekomunikasi adalah Nokia Networks dimana divisi ini mengembangkan jaringan yang mendukung seluruh operator dan pengguna ponsel untuk tetap terhubung, baik 2G, 3G, dan 4G bahkan ke depannya 10 tahun mendatang kami berencana menjadi pionir dari 5G.
Kami optimistis kendati Nokia tidak atau belum memproduksi ponsel lagi namun melalui Nokia Networks kami akan selalu dapat bertahan. Karena itulah bentuk adaptasi kami. Jika tidak lagi memproduksi ponsel, maka sediakan saja jaringan pendukung ponselnya, sederhana bukan. Prediksi kami di tahun 2025 akan ada 50 miliar perangkat di dunia yang terkoneksi dalam jaringan kami dan hanya 50% yang merupakan perangkat smartphone, tablet, smartwatch, komputer dan lainnya.
Karena sisanya adalah perangkat yang disebut sebagai internet of things. Perangkat ini yang nantinya akan sangat membantu manusia, misalnya seseorang dapat mendapatkan perawatan medis cukup dengan berada di rumahnya. Mewujudkan internet of things bukan sekadar pamer teknologi, tapi bagi Nokia kami memiliki filosofi untuk selalu menghadirkan teknologi yang membantu manusia dan membuat satu sama lain terhubung.
Jadi Nokia tanpa mobile phone bukan berarti mati, justru kami beradapatasi dengan menciptakan ekosistem yang mendukung seluruh operator serta mobile phone yang ada melalui Nokia Networks. Target kami untuk menjadi pionir jaringan 5G bukan sekedar target.
Karena nyatanya 13 dari 15 operator besar di dunia adalah pelanggan dari jaringan LTE yang digelar oleh Nokia. Bayangkan, 70% jaringan LTE di dunia disuplai oleh Nokia, tentu Nokia akan masih terus berdiri karenanya.
Dharmesh Malhotra,
Presiden Direktur NSN
Coba Anda cari perusahaan dan industri yang berdiri ratusan tahun dan masih bertahan hingga saat ini, apakah banyak? Saya yakin pasti sulit menemukan karena sedikit sekali jumlahnya. Nokia adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri dan bertahan hingga hari ini yang genap berusia 150 tahun. Perlu diketahui bahwa Nokia yang selama ini Anda dengar dan ketahui bukanlah Nokia yang sama. Nokia selalu berubah.
Perubahan tersebut bukan karena Nokia tidak memiliki pendirian atau bentuk, namun karena visinya yang ingin terus mengikuti perkembangan kebutuhan industri dan manusia saat itu. Tepatnya disebut dengan adaptasi. Pada abad ke-19 di Finlandia tepat sebuah kota bernama Nokia berdirilah perusahaan dengan nama yang sama yang bergerak di bidang industri kertas, kayu, dan karet.
Disinilah Nokia memiliki visi awal yang menjadi komitmennya, yakni terus hadir memenuhi kebutuhan industri lain, manusia, dan perekonomian dunia saat itu. Menurut mereka dengan cara itulah Nokia sebagai perusahaan dapat terus bertahan. Tahun 1960 menjadi titik tolak Nokia menjadi Nokia seperti yang kita kenal sekarang, yakni di industri elektronik dan IT.
Berpegang teguh pada pandangan dan komitmen awalnya beradaptasi dengan perkembangan dunia dan kebutuhan manusia saat itu. Nokia resmi memproduksi perangkat elektronik dari teknologi yang dimiliki, salah satunya yang kemudian menangkat nama Nokia adalah perangkat ponselnya. Saat itu Nokia tidak banyak memiliki kompetitor, sehingga menjadi “raja ponsel” di dunia untuk waktu yang cukup lama.
Pada 2005 Nokia berhasil menjual 1 miliar perangkat ponselnya sebelum akhirnya kompetitor lain mulai besar dan dapat menyaingi Nokia. Sempat bangkit lewat lini smartphone berbasis Windows Phone, tapi nyatanya tahun lalu divisi mobile phone Nokia harus rela dilepas ke Microsoft. Tapi bukan berarti kami tidak akan hadir kembali.
Dunia terus berubah dengan perkembangan teknologinya, kendati kami tidak memiliki divisi mobile phone, Nokia tidak akan jatuh. Alasannya karena Nokia memahami bahwa kami tidak bisa hanya bergantung pada divisi tersebut (mobile phone). Nokia saat ini memiliki tiga divisi lain, yakni network (jaringan), lisensi teknologi, serta teknologi lokasi dan pemetaan. Tiga divisi ini dikembangkan karena nyatanya ketiganya menopang industri lainnya.
Nokia Technologies adalah divisi yang berusaha untuk selalu menghadirkan teknologi yang dapat membantu manusia dan lingkungan, HERE Maps adalah divisi teknologi GPS dan pemetaan yang diminati industri automotif saat ini hingga memegang 50% market share. Lalu divisi yang masih erat dengan IT dan telekomunikasi adalah Nokia Networks dimana divisi ini mengembangkan jaringan yang mendukung seluruh operator dan pengguna ponsel untuk tetap terhubung, baik 2G, 3G, dan 4G bahkan ke depannya 10 tahun mendatang kami berencana menjadi pionir dari 5G.
Kami optimistis kendati Nokia tidak atau belum memproduksi ponsel lagi namun melalui Nokia Networks kami akan selalu dapat bertahan. Karena itulah bentuk adaptasi kami. Jika tidak lagi memproduksi ponsel, maka sediakan saja jaringan pendukung ponselnya, sederhana bukan. Prediksi kami di tahun 2025 akan ada 50 miliar perangkat di dunia yang terkoneksi dalam jaringan kami dan hanya 50% yang merupakan perangkat smartphone, tablet, smartwatch, komputer dan lainnya.
Karena sisanya adalah perangkat yang disebut sebagai internet of things. Perangkat ini yang nantinya akan sangat membantu manusia, misalnya seseorang dapat mendapatkan perawatan medis cukup dengan berada di rumahnya. Mewujudkan internet of things bukan sekadar pamer teknologi, tapi bagi Nokia kami memiliki filosofi untuk selalu menghadirkan teknologi yang membantu manusia dan membuat satu sama lain terhubung.
Jadi Nokia tanpa mobile phone bukan berarti mati, justru kami beradapatasi dengan menciptakan ekosistem yang mendukung seluruh operator serta mobile phone yang ada melalui Nokia Networks. Target kami untuk menjadi pionir jaringan 5G bukan sekedar target.
Karena nyatanya 13 dari 15 operator besar di dunia adalah pelanggan dari jaringan LTE yang digelar oleh Nokia. Bayangkan, 70% jaringan LTE di dunia disuplai oleh Nokia, tentu Nokia akan masih terus berdiri karenanya.
Dharmesh Malhotra,
Presiden Direktur NSN
(ars)