Manfaat ASI untuk Perkembangan Anak
A
A
A
PENELITIAN menunjukkan, bayi yang diberi ASI memiliki perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik yang tinggi serta mengurangi gangguan mental pada anak dan remaja.
Sebagai makanan yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan pada bayi, air susu ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Tidak ada yang lebih alami daripada ASI. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik secara kualitas maupun kuantitas.
ASI memiliki banyak keunggulan dan sangat direkomendasikan untuk bayi sampai usia dua tahun, menyusui segera setelah lahir bayi melakukan inisiasi menyusui dini (IMD), enam bulan pertama secara eksklusif, enam bulan berikutnya diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan ASI diteruskan sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Penelitian menunjukkan, bayi yang diberi ASI memiliki perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik yang tinggi serta mengurangi gangguan mental pada anak dan remaja. Gangguan mental yang diselamatkan oleh ASI adalah menarik diri, gelisah, depresi, psychosomatic , gangguan perhatian (autisme), dan gangguan cara berpikir (masalah internal), serta kenakalan remaja dan tingkah laku agresif (masalah eksternal). Selain itu, bayi yang diberi ASI selama minimal enam bulan akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dan perkembangan kecerdasan yang lebih baik.
“Semakin lama menyusui akan semakin bagus. Anak akan semakin pintar dan dapat meningkatkan pertumbuhan otak 20-30%. Apalagi pertumbuhan ekstra otak, terutama pada otak yang berhubungan dengan bahasa, kognitif, dan motoriknya,” kata Dr Utami Roesli SpA MBA IBCLS FABM, selaku dokter spesialis anak, yang dijumpai saat acara Media Gathering bertema “Kebijakan dan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pemberian ASI Indonesia”, di Ruang Jayawijaya, Kantor Wahana Visi Indonesia beberapa waktu lalu.
Seribu hari pertama kehidupan pada bayi yang dimulai pada masa awal kehidupan dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun (1.000 HPK), merupakan periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini, khususnya asupan gizi yang tepat, akan berdampak pada kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen dan berjangka panjang serta lebih sulit untuk diperbaiki setelah anak berusia dua tahun.
Setiap delapan menit sekali, satu balita di Indonesia meninggal atau sekitar 373-480 balita meninggal. “Ini sama saja seperti setiap hari, sebuah jet yang berukuran besar yang berisikan 400 bayi terjatuh,” kata Dr Utami. Riset Kesehatan Dasar Kementerian RI tahun 2013 menemukan, sekitar 10,2% bayi di Indonesia lahir dengan berat badan rendah, 19,6% memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan umurnya, dan 37,2% memiliki tinggi yang tidak sesuai dengan usianya (pendek).
Upaya perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan anak yang optimal, yaitu dengan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik pada ibu hamil adalah dengan makan satu porsi lebih banyak per harinya, periksa kehamilan minimal empat kali, dan imunisasi TT (tetanus toksoid), pada saat bayi dan balita adalah dengan memberikan ASI secara benar sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Dr Utami mengaku, memberikan ASI tidak hanya memberikan manfaat yang sangat besar untuk bayi, juga bermanfaat bagi tubuh ibu. “Menyusui itu dapat mengurangi kanker, seperti kanker payudara, ovarium, dan rahim,” kata Dr Utami. Sebagai makanan pertama, ternyata ASI bukan hanya memberikan nutrisi sempurna untuk bayi dan memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir, juga mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan bayi.
“ASI merupakan hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan orang tua kepada anaknya. Dalam keadaan miskin, mungkin itu merupakan hadiah satu-satunya yang dapat diberikan, dalam keadaan sakit merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya,” ungkap dr Utami.
mg-2
Sebagai makanan yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan pada bayi, air susu ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Tidak ada yang lebih alami daripada ASI. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik secara kualitas maupun kuantitas.
ASI memiliki banyak keunggulan dan sangat direkomendasikan untuk bayi sampai usia dua tahun, menyusui segera setelah lahir bayi melakukan inisiasi menyusui dini (IMD), enam bulan pertama secara eksklusif, enam bulan berikutnya diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan ASI diteruskan sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Penelitian menunjukkan, bayi yang diberi ASI memiliki perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik yang tinggi serta mengurangi gangguan mental pada anak dan remaja. Gangguan mental yang diselamatkan oleh ASI adalah menarik diri, gelisah, depresi, psychosomatic , gangguan perhatian (autisme), dan gangguan cara berpikir (masalah internal), serta kenakalan remaja dan tingkah laku agresif (masalah eksternal). Selain itu, bayi yang diberi ASI selama minimal enam bulan akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dan perkembangan kecerdasan yang lebih baik.
“Semakin lama menyusui akan semakin bagus. Anak akan semakin pintar dan dapat meningkatkan pertumbuhan otak 20-30%. Apalagi pertumbuhan ekstra otak, terutama pada otak yang berhubungan dengan bahasa, kognitif, dan motoriknya,” kata Dr Utami Roesli SpA MBA IBCLS FABM, selaku dokter spesialis anak, yang dijumpai saat acara Media Gathering bertema “Kebijakan dan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pemberian ASI Indonesia”, di Ruang Jayawijaya, Kantor Wahana Visi Indonesia beberapa waktu lalu.
Seribu hari pertama kehidupan pada bayi yang dimulai pada masa awal kehidupan dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun (1.000 HPK), merupakan periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini, khususnya asupan gizi yang tepat, akan berdampak pada kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen dan berjangka panjang serta lebih sulit untuk diperbaiki setelah anak berusia dua tahun.
Setiap delapan menit sekali, satu balita di Indonesia meninggal atau sekitar 373-480 balita meninggal. “Ini sama saja seperti setiap hari, sebuah jet yang berukuran besar yang berisikan 400 bayi terjatuh,” kata Dr Utami. Riset Kesehatan Dasar Kementerian RI tahun 2013 menemukan, sekitar 10,2% bayi di Indonesia lahir dengan berat badan rendah, 19,6% memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan umurnya, dan 37,2% memiliki tinggi yang tidak sesuai dengan usianya (pendek).
Upaya perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan anak yang optimal, yaitu dengan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik pada ibu hamil adalah dengan makan satu porsi lebih banyak per harinya, periksa kehamilan minimal empat kali, dan imunisasi TT (tetanus toksoid), pada saat bayi dan balita adalah dengan memberikan ASI secara benar sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Dr Utami mengaku, memberikan ASI tidak hanya memberikan manfaat yang sangat besar untuk bayi, juga bermanfaat bagi tubuh ibu. “Menyusui itu dapat mengurangi kanker, seperti kanker payudara, ovarium, dan rahim,” kata Dr Utami. Sebagai makanan pertama, ternyata ASI bukan hanya memberikan nutrisi sempurna untuk bayi dan memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir, juga mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan bayi.
“ASI merupakan hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan orang tua kepada anaknya. Dalam keadaan miskin, mungkin itu merupakan hadiah satu-satunya yang dapat diberikan, dalam keadaan sakit merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya,” ungkap dr Utami.
mg-2
(ftr)