Nail Art, Artistik Kecantikan
A
A
A
Seiring perkembangan tren kecantikan, nail art tidak hanya menjadi aksesori pelengkap penampilan, juga menjadi seni artistik yang memiliki keindahan unik.
Dalam buku Nails: The Story of the Modern Manicureyang ditulis oleh Suzanne E Shapiro, tertulis bahwa nail artsebenarnya sudah ada sejak 3.000 tahun silam, tepatnya di zaman Mesir kuno.
Tren perawatan kuku yang menjadi cikal bakal nail art pertama kali dipakai Ratu Mesir Kono dan Dewi Kecantikan, yaitu Cleopatra dan Nefertiti. “Nefertiti selalu rajin merawat kukunya dengan menggosok kuku menggunakan minyak dan dupa ke tangan sebelum mengecat kuku dengan ramuan herbal, serta mewarnai kuku menggunakan henna,” ujar Shapiro, seperti dilansir dari Dailymail.co.uk. Shapiro menyebutkan, selain berkembang di Mesir, tren perawatan dan cat kuku juga dikembangkan oleh para bangsawan di Kekaisaran Dinasti Ming China. Para bangsawan tersebut merawat kuku dengan campuran yang cukup unik, yaitu lilin, putih telur, gelatin, dan karet.
Selain merawat kuku, bahan-bahan tersebut juga digunakan untuk mewarnai ujung jari menjadi warna merah atau hitam. “Tak hanya Mesir dan China, bangsa Babilonia kuno bahkan memiliki manicure set berbahan emas padat tertua di dunia bertanggal 3.200 sebelum Masehi,” kata Shapiro. Penulis yang juga bekerja sebagai peneliti di The Costume Institute di Metropolitan Museum of Art di New York tersebut juga mengatakan, pada awal abad pertengahan di Inggris, memiliki kuku yang bersih, rapi, dan terawat menunjukkan status sosial seseorang.
“Ratu Elizabeth I yang memopulerkan perawatan kuku di Inggris,” imbuh Shapiro. Nail artmodern kemudian berkembang pesat di Jepang dengan nail artistyang cukup populer, yaitu Naomi Yasuda dan Tacarra Sutton. Nail expopun digelar setiap tahunnya di Jepang untuk menemukan para nail artist dengan kreasi manicure yang paling unik. Hal itulah menjadi salah satu faktor mengapa nail artkemudian identik dengan segala ide unik dan “gila” mengenai kuku.
Perkembangan tren mode yang sangat dinamis ternyata juga memengaruhi tren manicure. Sebagai contoh tren manicurePrancis yang sangat modis dan feminin dengan warna-warna yang lembut pada tahun 1920 hingga 1930-an. Perkembangan tren manicure terlihat pesat pada 1980 ketika banyak perempuan Prancis yang menggunakan warna-warna mencolok dan terang, seperti merah dan ungu. Peristiwa sejarah ternyata juga cukup memengaruhi perkembangan tren nail art.
Hal tersebut terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1970- an. Sebuah film dokumenter berjudul NailedIt menceritakan salon-salon manicure berkembang pesat pada tahun 1970-an. Hal itu salah satunya karena banyak orang dari Vietnam yang terpaksa mengungsi akibat perang Vietnam saat itu. “NailedIt adalah sebuah film tentang dominasi orang-orang Vietnam dalam industri nail art bermodal miliaran dolar dan tentang budaya ragam nail artitu sendiri,” sebut pembuat film, Adele Pham, seperti dilansir Dailymail.co.uk.
Dominasi orang-orang Vietnam terhadap industri nail artdi Amerika Serikat sebenarnya dipengaruhi oleh aktris Hollywood Golden Age, Tippi Hedren. Saat peristiwa Saigon pada 1975, dia merasa iba dengan ribuan pengungsi dari Vietnam. Saat itulah dia terpikir untuk memberikan pelatihan perawatan kuku, khususnya bagi para wanita Vietnam agar bisa menghasilkan uang. Hedren melihat bahwa Hollywood tengah berkembang dengan sangat pesat, dan tampilan kuku yang indah menjadi salah satu tolok ukur penampilan aktris Hollywood saat itu.
Dengan cara itulah Hedren memberdayakan para pengungsi wanita Vietnam, sekaligus memicu perkembangan tren nail artdi Amerika Serikat. “Hedren melihat celah di pasar, di tengah keglamoran wanita-wanita di Hollywood, sekaligus melihat nasib pengungsi Vietnam. Para pengungsi tersebut dilatih teknik manicure sehingga akhirnya mereka bisa membuka salon kuku sendiri,” ujar Pham. Pada era 1990-an dan 2000-an perkembangan nail artsemakin berkembang pesat.
Hal itu ditandai dengan banyaknya salon kuku yang semakin banyak, penggunaan warna yang semakin beragam, detail hiasan yang semakin banyak, serta bentuk kuku yang bervariasi. Harga-harga nail artpun sangat bervariasi, yakni mulai USD30 sampai USD300, sehingga setiap orang dari berbagai kalangan bisa mendapatkan nail art. “Kuku telah berkembang menjadi aksesori layaknya perhiasan, namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Orang-orang yang sangat kreatif dapat menciptakan nail artdengan sangat unik,” tutur Kahlna Barfield, beauty director majalah InStyle. Tren perkembangan nail artjuga telah memengaruhi tren mode dunia. Hal tersebut terlihat dari pergelaran busana New York Fashion Week 2015 yaitu Libertine dan The Blonds Fall/Winter 2015.
Keduanya samasama menggandeng Creative Nail Design (CND), perusahaan yang bergerak di bidang kreatif penciptaan nail art. Di kedua peragaan busana tersebut, nail arttidak hanya ditampilkan sebagai aksesori kecantikan, juga menjadi tren fashion itu sendiri. Nail artdikreasikan menjadi seni artistik karena dikombinasikan dengan material unik, seperti kancing, gigi hiu, dan rantai, serta warna-warna emas dan metal.
“Kolaborasi dengan The Blonds menciptakan budaya fashionCND. Adalah hal yang sangat menyenangkan ketika kami bekerja bersama-sama untuk menemukan konsep baru dalam seni kuku artistik,” tutur Jan Arnold, CND Co- Founder and Style Director, seperti dilansir CND.com.
Dwi nur ratnaningsih
Dalam buku Nails: The Story of the Modern Manicureyang ditulis oleh Suzanne E Shapiro, tertulis bahwa nail artsebenarnya sudah ada sejak 3.000 tahun silam, tepatnya di zaman Mesir kuno.
Tren perawatan kuku yang menjadi cikal bakal nail art pertama kali dipakai Ratu Mesir Kono dan Dewi Kecantikan, yaitu Cleopatra dan Nefertiti. “Nefertiti selalu rajin merawat kukunya dengan menggosok kuku menggunakan minyak dan dupa ke tangan sebelum mengecat kuku dengan ramuan herbal, serta mewarnai kuku menggunakan henna,” ujar Shapiro, seperti dilansir dari Dailymail.co.uk. Shapiro menyebutkan, selain berkembang di Mesir, tren perawatan dan cat kuku juga dikembangkan oleh para bangsawan di Kekaisaran Dinasti Ming China. Para bangsawan tersebut merawat kuku dengan campuran yang cukup unik, yaitu lilin, putih telur, gelatin, dan karet.
Selain merawat kuku, bahan-bahan tersebut juga digunakan untuk mewarnai ujung jari menjadi warna merah atau hitam. “Tak hanya Mesir dan China, bangsa Babilonia kuno bahkan memiliki manicure set berbahan emas padat tertua di dunia bertanggal 3.200 sebelum Masehi,” kata Shapiro. Penulis yang juga bekerja sebagai peneliti di The Costume Institute di Metropolitan Museum of Art di New York tersebut juga mengatakan, pada awal abad pertengahan di Inggris, memiliki kuku yang bersih, rapi, dan terawat menunjukkan status sosial seseorang.
“Ratu Elizabeth I yang memopulerkan perawatan kuku di Inggris,” imbuh Shapiro. Nail artmodern kemudian berkembang pesat di Jepang dengan nail artistyang cukup populer, yaitu Naomi Yasuda dan Tacarra Sutton. Nail expopun digelar setiap tahunnya di Jepang untuk menemukan para nail artist dengan kreasi manicure yang paling unik. Hal itulah menjadi salah satu faktor mengapa nail artkemudian identik dengan segala ide unik dan “gila” mengenai kuku.
Perkembangan tren mode yang sangat dinamis ternyata juga memengaruhi tren manicure. Sebagai contoh tren manicurePrancis yang sangat modis dan feminin dengan warna-warna yang lembut pada tahun 1920 hingga 1930-an. Perkembangan tren manicure terlihat pesat pada 1980 ketika banyak perempuan Prancis yang menggunakan warna-warna mencolok dan terang, seperti merah dan ungu. Peristiwa sejarah ternyata juga cukup memengaruhi perkembangan tren nail art.
Hal tersebut terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1970- an. Sebuah film dokumenter berjudul NailedIt menceritakan salon-salon manicure berkembang pesat pada tahun 1970-an. Hal itu salah satunya karena banyak orang dari Vietnam yang terpaksa mengungsi akibat perang Vietnam saat itu. “NailedIt adalah sebuah film tentang dominasi orang-orang Vietnam dalam industri nail art bermodal miliaran dolar dan tentang budaya ragam nail artitu sendiri,” sebut pembuat film, Adele Pham, seperti dilansir Dailymail.co.uk.
Dominasi orang-orang Vietnam terhadap industri nail artdi Amerika Serikat sebenarnya dipengaruhi oleh aktris Hollywood Golden Age, Tippi Hedren. Saat peristiwa Saigon pada 1975, dia merasa iba dengan ribuan pengungsi dari Vietnam. Saat itulah dia terpikir untuk memberikan pelatihan perawatan kuku, khususnya bagi para wanita Vietnam agar bisa menghasilkan uang. Hedren melihat bahwa Hollywood tengah berkembang dengan sangat pesat, dan tampilan kuku yang indah menjadi salah satu tolok ukur penampilan aktris Hollywood saat itu.
Dengan cara itulah Hedren memberdayakan para pengungsi wanita Vietnam, sekaligus memicu perkembangan tren nail artdi Amerika Serikat. “Hedren melihat celah di pasar, di tengah keglamoran wanita-wanita di Hollywood, sekaligus melihat nasib pengungsi Vietnam. Para pengungsi tersebut dilatih teknik manicure sehingga akhirnya mereka bisa membuka salon kuku sendiri,” ujar Pham. Pada era 1990-an dan 2000-an perkembangan nail artsemakin berkembang pesat.
Hal itu ditandai dengan banyaknya salon kuku yang semakin banyak, penggunaan warna yang semakin beragam, detail hiasan yang semakin banyak, serta bentuk kuku yang bervariasi. Harga-harga nail artpun sangat bervariasi, yakni mulai USD30 sampai USD300, sehingga setiap orang dari berbagai kalangan bisa mendapatkan nail art. “Kuku telah berkembang menjadi aksesori layaknya perhiasan, namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Orang-orang yang sangat kreatif dapat menciptakan nail artdengan sangat unik,” tutur Kahlna Barfield, beauty director majalah InStyle. Tren perkembangan nail artjuga telah memengaruhi tren mode dunia. Hal tersebut terlihat dari pergelaran busana New York Fashion Week 2015 yaitu Libertine dan The Blonds Fall/Winter 2015.
Keduanya samasama menggandeng Creative Nail Design (CND), perusahaan yang bergerak di bidang kreatif penciptaan nail art. Di kedua peragaan busana tersebut, nail arttidak hanya ditampilkan sebagai aksesori kecantikan, juga menjadi tren fashion itu sendiri. Nail artdikreasikan menjadi seni artistik karena dikombinasikan dengan material unik, seperti kancing, gigi hiu, dan rantai, serta warna-warna emas dan metal.
“Kolaborasi dengan The Blonds menciptakan budaya fashionCND. Adalah hal yang sangat menyenangkan ketika kami bekerja bersama-sama untuk menemukan konsep baru dalam seni kuku artistik,” tutur Jan Arnold, CND Co- Founder and Style Director, seperti dilansir CND.com.
Dwi nur ratnaningsih
(ars)