Mata-Mata yang Gemar Melucu

Senin, 24 Agustus 2015 - 09:41 WIB
Mata-Mata yang Gemar Melucu
Mata-Mata yang Gemar Melucu
A A A
SUTRADARA Guy Ritchie membuat The Man from U.N.C.L.E bersinar karena deretan pemain dan bumbubumbu pemanisnya. Namun, film ini justru malah jadi kehilangan esensinya.

Guy Ritchie kita kenal sebagai sutradara yang lihai menampilkan gambar-gambar estetik dalam film-filmnya. Bukan estetik dalam artian megah dan grandeala Ang Lee, tapi lebih pada kategori coolyang menyenangkan. Kehebatannya yang lain, mampu memasukkan unsur komedi yang cukup berkelas dalam film bertema kriminalitas atau film-film detektif.

Deretan hasil karyanya, seperti Lock, Stock and Two Smoking Barrels, Snatch, RockNRolla, Sherlock Holmes,dan sekuelnya adalah beberapa contoh bagus. Dua kehebatan ini juga ditampilkannya dalam The Man from U.N.C.L.E, film yang diadaptasi dari serial televisi berjudul sama yang pernah ditayangkan selama periode 1960-an. Hanya, kali ini kesaktian Ritchie seperti berkurang. Masih berakar pada tema-tema kejahatan yang dikuasainya, The Manmengangkat kisah dua agen mata-mata dari dua negeri yang berseteru pada era Perang Dingin; Amerika Serikat dan Jerman Timur.

Dikisahkan, Napoleon Solo (Henry Cavill) adalah matamata CIA yang dikirim ke Jerman Timur untuk menyelamatkan montir seksi Gaby (Alicia Vikander). Gaby adalah anak dari Teller (Christian Berkel), jenius favorit Hitler yang kini hilang tak ada kabar. Gosip di kalangan mata-mata mengatakan, Teller disembunyikan oleh pasangan miliarder Alexander dan Victoria Vinciguerra (Luca Calvani dan Elizabeth Debicki). Pasangan ini ditengarai tengah memaksa Teller untuk membuat senjata nuklir demi menguasai dunia.

Demi memancing Teller, Gaby pun digunakan sebagai umpan masuk ke jaringan Vinciguerra. Solo akhirnya memang berhasil menemukan Gaby, meski sebelumnya mendapat perlawanan tajam dari agen KGB Illya Kuryakin (Armie Hammer). Lucunya, mengingat pentingnya misi menemukan Teller, akhirnya Amerika dan Jerman Timur bekerja sama untuk mencari Teller dan menugaskan dua agen yang sebelumnya berseteru, yaitu Solo dan Kuryakin, untuk bekerja sama.

Menonton The Mandi paruh pertama film sangatlah menyenangkan. Penonton akan benar-benar merasakan sentuhan tangan Guy Ritchie di seluruh adegannya. Apalagi di bagian opening scenesaat Solo masuk ke Jerman Timur guna menyelundupkan Gaby ke Jerman Barat, dengan teror dari Kuryakin yang selalu ada di belakang mereka. Adegan laga, visual, serta komedinya berbaur sangat pas, berkualitas, dan sangat menghibur.

Benar-benar coolala Guy Ritchie. Apalagi, Ritchie cukup sukses membentuk karakter trio Solo-Gaby- Kuryakin dan sanggup menciptakan chemistryyang baik di antara mereka. Solo yang anggota CIA, tapi punya gaya dan attitudemirip mata-mata Eropa yang elegan sekaligus playboy, Gaby yang fashionabledan spontan, serta Kuryakin yang kaku dan emosional. Setiap mereka berinteraksi, kelucuan selalu muncul.

Rumus visual dan komedi yang asyik ditonton ini setidaknya masih bertahan hingga akhirnya trio bertemu sang antagonis Victoria Vincigeurra. Saat itu, harusnya cerita sudah lebih fokus pada karakter Victoria yang disebut “cantik, pintar, serta ambisius” dan adegan-adegan ala spy movie yang bernas dan menegangkan, namun Ritchie dan co-writer-nya Lionel Wigram tetap saja asyik melucu. Kali ini, gaya melucunya malah turun tingkat menjadi komedi konyol –yang sebenarnya tidak masalah jika muncul di film komedi murni– tapi jadi menyebalkan jika ada di film spy movie.

Lihatlah adegan saat Solo berdiskusi dengan Kuryakin tentang nasib Rudi di luar ruang penyiksaan. Untuk ukuran seorang seperti Guy Ritchie, adegan komedi yang konyol tersebut terkesan murahan saat muncul di filmnya ini. Jadi, alih-alih sibuk meramu cerita yang padat dan sesuai standar minimal spy movie (sebutlah Mission Imposibble: Rogue Nation atau Kingsman: The Secret Serviceyang juga punya unsur komedi itu), The Manmalah sibuk melucu ke sana ke mari dengan visualisasi yang stylish.

Ujung-ujungnya, TheManhanya berakhir sebagai film eye candyyang penuh gelak tawa, tapi kosong dalam kualitas cerita.

Herita endriana
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5778 seconds (0.1#10.140)