Cegah Bayi Prematur dengan Probiotik
A
A
A
PROBIOTIK sering dikenal sebagai mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lain atau kerap dikenal sebagai bakteri baik.
Keberadaan bakteri baik ini sering ditemukan dalam saluran pencernaan karena dapat membantu memastikan kesehatan seluruh sistem pencernaan. Namun, beberapa peneliti menyebutkan, probiotik juga dapat membantu menekan risiko kelahiran bayi secara prematur. Temuan ini, sebagaimana yang dilansir situs Daily Mail , memungkinkan meningkatnya para ibu hamil yang ingin melakukan pengecekan terhadap bakteri dalam perut mereka atau screening bacterial test .
Mereka menganggap, jika ada kelainan bakteri yang ada pada mereka, bisa dideteksi dan diberikan obat atau jenis pengobatan lain yang dapat menekan risiko kelahiran prematur. Bahkan kalau perlu, nanti akan ada produksi probiotik dalam bentuk tablet karena probiotik yang terkandung dalam yoghurt atau minuman lainnya masih dianggap kurang terkonsentrasi terhadap bakteri baik.
Kelahiran prematur memiliki kontribusi cukup besar pada angka kematian bayi yang baru lahir. Jumlah bayi yang terlahir prematur setidaknya mencapai 1 juta dari 13 juta kelahiran setiap tahunnya. Di Inggris, satu dari 13 bayi terlahir prematur, bayi yang terlahir di bawah 37 minggu usia kehamilan. Sementara mereka yang bertahan hidup harus menghadapi berbagai masalah kesehatan, dengan satu dari 10 bayi prematur tumbuh dengan cacat permanen, seperti kelainan paru-paru, lumpuh otak atau cerebral palsy , buta, atau tuli.
Semakin bertambah usia bayi di dalam kandungan menjelang kelahiran, maka akan semakin baik kondisi bayi tersebut. Penelitian yang dilakukan di Stanford University di California melihat adanya hubungan yang paling mungkin antara bakteri yang hidup secara alami dalam tubuh ibu hamil dan peluang mereka melahirkan secara prematur. Keberadaan bakteri telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi, termasuk autisme, multiple sclerosis, dan kanker usus.
Dalam penelitian ini, 49 wanita memberi sampel bakteri mereka secara rutin selama kehamilan dan setelah melahirkan. Analisis menunjukkan, sampel dari saluran reproduksi menjadi faktor kunci. Sekitar 15 anak yang dilahirkan secara prematur cenderung mengalami kekurangan bakteri baik, seperti lactobacillus dalam kandungan.
“Temuan ini dapat membantu mendeteksi dan mengidentifikasi wanita serta memprediksi mereka yang lebih berpotensi melahirkan terlalu cepat atau prematur,” kata Dr David Relman, seseorang yang memimpin penelitian tersebut. Wanita yang mengalami kasus tersebut kemudian akan diberikan tablet hormon atau jahitan di sekitar leher rahim sebagai upaya menekan kelahiran bayi prematur.
Pilihan lainnya, dengan memberikan steroid untuk mematangkan fungsi paru-paru bayi mereka sehingga meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup, meskipun harus terlahir prematur. Joe Leigh Simpson, dari March of Dimes yang mendanai penelitian ini, mengatakan bahwa pilihan lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suplemen probiotik yang dapat menyeimbangkan bakteri dalam saluran reproduksi.
Dia menambahkan, jumlah bakteri baik yang terlalu sedikit dapat membuka potensi pada kandungan untuk diserang oleh bakteri lain dan racun yang dapat merangsang kelahiran bayi prematur. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences . Hal ini menunjukkan, struktur bakteri dalam tubuh wanita dapat berubah seketika setelah melahirkan. Bahkan ketika bayi yang tidak dilahirkan secara prematur, jumlah bakteri lactobacillus akan menurun drastis.
Dalam beberapa kasus, jumlah bakteri tersebut membutuhkan waktu sekitar satu tahun agar kembali dalam jumlah normal kembali. Dr Simpson menyimpulkan, wanita yang memiliki anak secara berturut-turut akan memiliki potensi yang lebih besar terhadap kelahiran prematur.
Larissa huda
Keberadaan bakteri baik ini sering ditemukan dalam saluran pencernaan karena dapat membantu memastikan kesehatan seluruh sistem pencernaan. Namun, beberapa peneliti menyebutkan, probiotik juga dapat membantu menekan risiko kelahiran bayi secara prematur. Temuan ini, sebagaimana yang dilansir situs Daily Mail , memungkinkan meningkatnya para ibu hamil yang ingin melakukan pengecekan terhadap bakteri dalam perut mereka atau screening bacterial test .
Mereka menganggap, jika ada kelainan bakteri yang ada pada mereka, bisa dideteksi dan diberikan obat atau jenis pengobatan lain yang dapat menekan risiko kelahiran prematur. Bahkan kalau perlu, nanti akan ada produksi probiotik dalam bentuk tablet karena probiotik yang terkandung dalam yoghurt atau minuman lainnya masih dianggap kurang terkonsentrasi terhadap bakteri baik.
Kelahiran prematur memiliki kontribusi cukup besar pada angka kematian bayi yang baru lahir. Jumlah bayi yang terlahir prematur setidaknya mencapai 1 juta dari 13 juta kelahiran setiap tahunnya. Di Inggris, satu dari 13 bayi terlahir prematur, bayi yang terlahir di bawah 37 minggu usia kehamilan. Sementara mereka yang bertahan hidup harus menghadapi berbagai masalah kesehatan, dengan satu dari 10 bayi prematur tumbuh dengan cacat permanen, seperti kelainan paru-paru, lumpuh otak atau cerebral palsy , buta, atau tuli.
Semakin bertambah usia bayi di dalam kandungan menjelang kelahiran, maka akan semakin baik kondisi bayi tersebut. Penelitian yang dilakukan di Stanford University di California melihat adanya hubungan yang paling mungkin antara bakteri yang hidup secara alami dalam tubuh ibu hamil dan peluang mereka melahirkan secara prematur. Keberadaan bakteri telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi, termasuk autisme, multiple sclerosis, dan kanker usus.
Dalam penelitian ini, 49 wanita memberi sampel bakteri mereka secara rutin selama kehamilan dan setelah melahirkan. Analisis menunjukkan, sampel dari saluran reproduksi menjadi faktor kunci. Sekitar 15 anak yang dilahirkan secara prematur cenderung mengalami kekurangan bakteri baik, seperti lactobacillus dalam kandungan.
“Temuan ini dapat membantu mendeteksi dan mengidentifikasi wanita serta memprediksi mereka yang lebih berpotensi melahirkan terlalu cepat atau prematur,” kata Dr David Relman, seseorang yang memimpin penelitian tersebut. Wanita yang mengalami kasus tersebut kemudian akan diberikan tablet hormon atau jahitan di sekitar leher rahim sebagai upaya menekan kelahiran bayi prematur.
Pilihan lainnya, dengan memberikan steroid untuk mematangkan fungsi paru-paru bayi mereka sehingga meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup, meskipun harus terlahir prematur. Joe Leigh Simpson, dari March of Dimes yang mendanai penelitian ini, mengatakan bahwa pilihan lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suplemen probiotik yang dapat menyeimbangkan bakteri dalam saluran reproduksi.
Dia menambahkan, jumlah bakteri baik yang terlalu sedikit dapat membuka potensi pada kandungan untuk diserang oleh bakteri lain dan racun yang dapat merangsang kelahiran bayi prematur. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences . Hal ini menunjukkan, struktur bakteri dalam tubuh wanita dapat berubah seketika setelah melahirkan. Bahkan ketika bayi yang tidak dilahirkan secara prematur, jumlah bakteri lactobacillus akan menurun drastis.
Dalam beberapa kasus, jumlah bakteri tersebut membutuhkan waktu sekitar satu tahun agar kembali dalam jumlah normal kembali. Dr Simpson menyimpulkan, wanita yang memiliki anak secara berturut-turut akan memiliki potensi yang lebih besar terhadap kelahiran prematur.
Larissa huda
(ars)