Inovasi Tenun hingga Mancanegara

Selasa, 25 Agustus 2015 - 08:28 WIB
Inovasi Tenun hingga...
Inovasi Tenun hingga Mancanegara
A A A
RAGAM tenun Nusantara menjadi peluang besar bagi desainer ternama Tanah Air, Didi Budiardjo, untuk mengembangkan warna, motif, dan mode pakaian untuk menguatkan segmentasi pasarnya.

Bersama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI), kain-kain tradisional diinovasikan motifnya agar tidak mudah punah di industri tekstil Indonesia. ”Ini bentuk pembinaan yang sangat menantang menurut saya. Itu karena biasanya kain yang memiliki motif terbaik telah dijadikan pembungkus tokoh adat di sana ketika mereka meninggal,” ucapnya saat diskusi buku Floating Threadsdi Museum Tekstil, Jakarta, Sabtu (22/8) lalu.

Didi mengaku kesulitan saat ingin mencari patokan yang mendetail terkait corak kain terdahulu yang bisa dijadikan sebagai contoh. Alhasil, untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan motif-motif lama, konservasi kain dilakukan hanya melalui cerita-cerita dari masyarakat tradisional setempat. Saat ini Didi sudah memasuki tahun keempat dalam membina para penenun di Sambas Kalimantan Barat, Jembrana Bali, dan Labuan Bajo Manggarai.

Adapun inspirasi yang diperoleh, selain dari penduduk sekitar adalah menawarkan warna-warna yang masih jarang diproduksi di pasaran dan juga mengangkat kembali kain-kain tradisional yang berdasarkan sejarahnya telah mendapat pengaruh dari negara lain. Inovasi pun terus dilanjutkan dengan menggabungkan kecantikan motif ikat dan songket. Walau perlu waktu yang cukup lama untuk menenunnya, sekitar 15 cm per hari. Namun, proses tersebut justru menjadi nilai lebih dan keistimewaan tersendiri.

Sementara itu, Ketua CTI Okke Rajasa mengapresiasi apa yang telah dilakukan desainer Indonesia untuk terus menjaga pesona kain tenun, khususnya dari daerahdaerah pedalaman. Namun, sekadar berinovasi di lapangan saja tidak cukup, menurutnya perlu ada bentuk promosi yang menarik. Dengan begitu, untuk memberikan keseimbangan tersebut, Okke membantu peluncuran buku Floating Threadskarya Judi Achjadi.

“Kami juga bekerja sama dengan Periplus agar bukunya tersebar ke mancanegara. Hasilnya, kini pelestarian di buku tersebut sudah bisa dinikmati di Jepang, negara-negara Amerika, dan juga Eropa. Kami juga bekerja sama dengan Uni Eropa untuk standar kompetisi rancangan kain tradisional Indonesia,” tuturnya.

Rabia edra
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7131 seconds (0.1#10.140)