Menekuni Teknik Penerbangan
A
A
A
Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui Sampoerna Academy pendidikan berbasis science, technology, engineering dan mathematics (STEM) memberikan kesempatan perempuan Indonesia untuk memilih jurusan teknik di universitas di dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan Data Education at a Glance 2012 yang dipublikasikan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), persentase perempuan Indonesia lulusan pendidikan tinggi teknik yang memenuhi kualifikasi di bidang teknik, manufaktur, dan konstruksi telah mencapai 51%.
Angka itu tertinggi jika dibandingkan Jepang (33%), Prancis (30%), Brasil (28%), Australia (24%), Kanada (24%), Inggris (23%), bahkan Amerika Serikat (22%), atau Korea Selatan yang hanya 11%. Tingginya kualifikasi perempuan Indonesia untuk bekerja di bidang teknik itu nyatanya tidak dibarengi dengan jumlah pekerja perempuan di bidang teknik yang terlihat masih minim.
Padahal, era globalisasi telah menunjukkan adanya peningkatan kemajuan di bidang telekomunikasi, elektronika, dan bioteknologi. Menurut Managing Director/Chief of the Foundation Executives Putera Sampoerna Foundation Nenny Soemawinata, kemajuan ini memberi pengaruh besar pada keterlibatan perempuan di berbagai sektor dan kehidupan sehingga menjadikan mereka berdaya, bermakna, dan setara.
“Apalagi sejak Kartini memperjuangkan kedudukan perempuan setara dengan kaum lelaki, maka sejak itu emansipasi bergulir. Artinya, perempuan dan lelaki memiliki posisi setara dalam kehidupan di sektor publik dan sektor domestik,” katanya. Karena itu, PSF memberi dukungan untuk siswa perempuan yang ingin mengambil jurusan teknik.
Evi Susilowati, yang saat ini mengenyam pendidikan di University of Minnesota, Jurusan Teknik Penerbangan, mengaku jurusan yang diambilnya memang jarang diminati kaum perempuan. “Saya sangat yakin untuk mengambil jurusan ini karena sudah lama tertarik dengan industri aircraft. Sewaktu kecil, saya harus naik pesawat demi bisa bertemu dengan ayah.
Saat itu saya tinggal di Kendari, Sulawesi Tenggara, sementara ayahku tinggal di Jawa. Menurut saya, industri penerbangan sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Sejak saat itu saya jatuh cinta pada dunia ini,” kata Evi yang semakin mendalami ilmu ini sejak kelas 2 SMP.
Evi yang pernah bergabung dengan tim Olimpiade Fisika SMP dan berhasil memenangi beberapa kejuaraan antarsekolah tingkat kota dan provinsi memang tertarik terhadap mekanika pesawat terbang. “Sekarang saya sudah menempuh jurusan teknik penerbangan. Ini merupakan langkah pertama saya untuk mengetahui cara kerja pesawat secara desain struktur, flight control , dan avionic system ,” ucapnya .
Diakuinya, jurusan teknik penerbangan (aerospace engineering ) adalah disiplin ilmu yang mengedepankan desain, analisis, dan pemodelan serta menguji coba suatu pesawat terbang, pesawat luar angkasa, satelit, roket, dan misil. “Makanya saya akan bertahan di jurusan ini,” katanya yang sudah melewati introduction class belajar tentang aeroneotic dan bermain simulator.
Andari /sali pawiatan
Berdasarkan Data Education at a Glance 2012 yang dipublikasikan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), persentase perempuan Indonesia lulusan pendidikan tinggi teknik yang memenuhi kualifikasi di bidang teknik, manufaktur, dan konstruksi telah mencapai 51%.
Angka itu tertinggi jika dibandingkan Jepang (33%), Prancis (30%), Brasil (28%), Australia (24%), Kanada (24%), Inggris (23%), bahkan Amerika Serikat (22%), atau Korea Selatan yang hanya 11%. Tingginya kualifikasi perempuan Indonesia untuk bekerja di bidang teknik itu nyatanya tidak dibarengi dengan jumlah pekerja perempuan di bidang teknik yang terlihat masih minim.
Padahal, era globalisasi telah menunjukkan adanya peningkatan kemajuan di bidang telekomunikasi, elektronika, dan bioteknologi. Menurut Managing Director/Chief of the Foundation Executives Putera Sampoerna Foundation Nenny Soemawinata, kemajuan ini memberi pengaruh besar pada keterlibatan perempuan di berbagai sektor dan kehidupan sehingga menjadikan mereka berdaya, bermakna, dan setara.
“Apalagi sejak Kartini memperjuangkan kedudukan perempuan setara dengan kaum lelaki, maka sejak itu emansipasi bergulir. Artinya, perempuan dan lelaki memiliki posisi setara dalam kehidupan di sektor publik dan sektor domestik,” katanya. Karena itu, PSF memberi dukungan untuk siswa perempuan yang ingin mengambil jurusan teknik.
Evi Susilowati, yang saat ini mengenyam pendidikan di University of Minnesota, Jurusan Teknik Penerbangan, mengaku jurusan yang diambilnya memang jarang diminati kaum perempuan. “Saya sangat yakin untuk mengambil jurusan ini karena sudah lama tertarik dengan industri aircraft. Sewaktu kecil, saya harus naik pesawat demi bisa bertemu dengan ayah.
Saat itu saya tinggal di Kendari, Sulawesi Tenggara, sementara ayahku tinggal di Jawa. Menurut saya, industri penerbangan sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Sejak saat itu saya jatuh cinta pada dunia ini,” kata Evi yang semakin mendalami ilmu ini sejak kelas 2 SMP.
Evi yang pernah bergabung dengan tim Olimpiade Fisika SMP dan berhasil memenangi beberapa kejuaraan antarsekolah tingkat kota dan provinsi memang tertarik terhadap mekanika pesawat terbang. “Sekarang saya sudah menempuh jurusan teknik penerbangan. Ini merupakan langkah pertama saya untuk mengetahui cara kerja pesawat secara desain struktur, flight control , dan avionic system ,” ucapnya .
Diakuinya, jurusan teknik penerbangan (aerospace engineering ) adalah disiplin ilmu yang mengedepankan desain, analisis, dan pemodelan serta menguji coba suatu pesawat terbang, pesawat luar angkasa, satelit, roket, dan misil. “Makanya saya akan bertahan di jurusan ini,” katanya yang sudah melewati introduction class belajar tentang aeroneotic dan bermain simulator.
Andari /sali pawiatan
(bbg)