Proses Produksi Tak Higienis Bikin Tempe Cepat Busuk
A
A
A
JAKARTA - Tempe merupakan makanan yang kaya akan gizi dan mengandung sejumlah protein penting. Seperti nabati dan asam amino. Sayangnya, makanan hasil fermentasi kedelai ini mudah membusuk.
Umumnya, hal ini disebabkan oleh proses produksi yang tidak higienis. Ketua Forum Tempe Indonesia, Prof Dr Made Astawan mengungkapkan, produksi tempe yang memperhatikan higienitas bisa memperpanjang umur tempe.
"Perajin tempe yang menerapkan kebersihan dalam proses produksinya, tempe mentah bisa tetap bagus hingga seminggu jika disimpan dalam kulkas," papar Made di Artotel, Jakarta.
Made menjelaskan, perajin tempe yang tidak memperhatikan Good Manufacturing Practice (GMP) menghasilkan tempe yang hanya bertahan satu hari. "Semakin higienis, semakin selektif mikroba tumbuh di tempe. Berbeda halnya dengan tempe yang diproduksi tidak higienis, mikrobanya bisa macam-macam," kata dia.
Menurut Made, hal tersebut dapat dijadikan tanda bagi para konsumen untuk mengetahui tempe yang diproduksi secara higienis dan tidak. Untuk itu, melalui Rumah Tempe, pihaknya mengenalkan kepada pengrajin tempe dan masyarakat tiga teknik pengolahan tempe yang baik. Teknik pertama adalah, generasi pertama.
"Generasi pertama merupakan produk olahan tempe yang wujud tempenya masih terlihat. Misalnya sambal lumpang dan tempe goreng. Generasi kedua, produk olahan tempe yang wujud tempenya sudah tidak terlihat tapi rasanya masih terasa tempe. Kaya tepung tempe dan sosis tempe. Generasi ketiga seperti suplemen kapsul, minuman ringan, hingga makanan bayi. Produknya minuman bubuk dari tempe," pungkas dia.
Umumnya, hal ini disebabkan oleh proses produksi yang tidak higienis. Ketua Forum Tempe Indonesia, Prof Dr Made Astawan mengungkapkan, produksi tempe yang memperhatikan higienitas bisa memperpanjang umur tempe.
"Perajin tempe yang menerapkan kebersihan dalam proses produksinya, tempe mentah bisa tetap bagus hingga seminggu jika disimpan dalam kulkas," papar Made di Artotel, Jakarta.
Made menjelaskan, perajin tempe yang tidak memperhatikan Good Manufacturing Practice (GMP) menghasilkan tempe yang hanya bertahan satu hari. "Semakin higienis, semakin selektif mikroba tumbuh di tempe. Berbeda halnya dengan tempe yang diproduksi tidak higienis, mikrobanya bisa macam-macam," kata dia.
Menurut Made, hal tersebut dapat dijadikan tanda bagi para konsumen untuk mengetahui tempe yang diproduksi secara higienis dan tidak. Untuk itu, melalui Rumah Tempe, pihaknya mengenalkan kepada pengrajin tempe dan masyarakat tiga teknik pengolahan tempe yang baik. Teknik pertama adalah, generasi pertama.
"Generasi pertama merupakan produk olahan tempe yang wujud tempenya masih terlihat. Misalnya sambal lumpang dan tempe goreng. Generasi kedua, produk olahan tempe yang wujud tempenya sudah tidak terlihat tapi rasanya masih terasa tempe. Kaya tepung tempe dan sosis tempe. Generasi ketiga seperti suplemen kapsul, minuman ringan, hingga makanan bayi. Produknya minuman bubuk dari tempe," pungkas dia.
(alv)