Deteksi Gangguan Tiroid Sejak Bayi

Selasa, 08 September 2015 - 09:31 WIB
Deteksi Gangguan Tiroid...
Deteksi Gangguan Tiroid Sejak Bayi
A A A
Lebih dari 1,7 juta orang di Indonesia berpotensi mengalami gangguan tiroid. Jumlah ini cukup signifikan, bahkan termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Meski begitu, tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai gangguan tiroid masih sangat rendah.

Meski tiroid merupakan masalah kesehatan umum, pada beberapa pasien gangguan tiroid bisa tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun. Padahal, gangguan tiroid adalah salah satu kelainan yang dapat dideteksi sejak bayi lahir. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Koordinasi Kerja Endokrinologi Anak Kemenkes RI, sejak 2000-2013 di Indonesia terdapat kasus positif gangguan tiroid pada bayi baru lahir sebanyak 1:2.736.

Rasio ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rasio global, yaitu 1:3.000 kelahiran. Hipotiroid kongenital adalah sebuah keadaan di mana kerja kelenjar tiroid pada anak menurun atau bahkan tidak berfungsi sejak lahir sehingga bayi tersebut kekurangan hormon tiroid. Gangguan tiroid pada bayi dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, baik fisik maupun mental.

“Bayi atau anak yang kekurangan hormon tiroid dapat mengalami hambatan pertumbuhan, seperti perkembangan kemampuan motorik dan mental yang tidak seimbang, tubuh cebol, lidah besar, kesulitan bicara, hingga keterbelakangan mental,” ujar Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bakti Pulungan Sp(A)K.

Bayi yang menderita hipotiroid kongenital bisa saja mengalami gejala yang berbeda satu sama lain. Gejala dan tanda yang dapat muncul pada bayi dengan gangguan tiroid adalah aktivitas menurun/ kurang aktif, mengalami kuning (icterus ) yang lama, lidah menjadi besar (makroglosi), perut buncit, kulit kering dan burik, serta mudah kedinginan.

“Gejala hipotiroid kongenital kerap tidak disadari dan salah dikenali. Oleh karena itu, setiap bayi yang baru lahir perlu melakukan skrining hipotiroid kongenital. Keterlambatan deteksi dapat berakibat fatal,” ujar Ketua Unit Kelompok Kerja Endokrin IDAI Dr dr I Wayan Bikin Suryawan Sp(A)K.

Skrining hipotiroid kongenital (SHK) adalah uji saring pada bayi yang baru lahir untuk mengetahui sedini mungkin apakah bayi mengalami gangguan tiroid atau tidak, sebelum gejala klinis muncul. Segera setelah didiagnosis, bayi yang terkena gangguan hipotiroid kongenital dapat diberi pengobatan untuk mencegah kecacatan atau kematian bayi, serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang.

SHK pada bayi baru lahir telah diperkenalkan untuk dilaksanakan di 14 provinsi, yaitu di Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Aceh, Kalimantan Timur, dan Lampung.

Pemerintah juga telah mengeluarkan payung hukum sebagai landasan pelaksanaan SHK dan standar laboratorium SHK, yaitu dengan mengeluarkan Permenkes No 25/2014 tentang Upaya Kesehatan Anak dan Permenkes No 78/2014 tentang Skrining Hipotiroid Kongenital. Aman menambahkan, kebijakan pemerintah untuk menerapkan SHK pada bayi baru lahir ini perlu didukung oleh berbagai pemangku kepentingan.

“Skrining sejak dini sangat penting dan merupakan tanggung jawab bersama untuk mempersiapkan kualitas manusia Indonesia pada masa yang akan datang,” ujarnya. Kondisi hipotiroid yang umumnya disebabkan kekurangan yodium akan mengakibatkan penurunan inteligensia sehingga dalam jangka panjang akan melahirkan generasi yang lambat dalam merespon, keterbelakangan mental, mudah lelah, dan kecacatan fisik.

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan spektrum gangguan yang luas sebagai akibat kekurangan yodium dalam makanan. Karena bahan baku yodium kurang dan agar kebutuhan badan terhadap hormon tiroid tetap dicukupi, kelenjar itu harus bekerja lebih keras dan karena itu akan menjadi lebih besar. Dengan demikian, pada keadaan kekurangan yodium dapat terjadi pembesaran tiroid yang disebut gondok.

Iman firmansyah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0881 seconds (0.1#10.140)