Perimenopause Ganggu Kesehatan Mental

Rabu, 09 September 2015 - 09:39 WIB
Perimenopause Ganggu Kesehatan Mental
Perimenopause Ganggu Kesehatan Mental
A A A
Nyeri sendi hingga sulit tidur pada malam hari merupakan segenap gejala menopause yang dirasakan amat mengganggu, termasuk perasaan cemas. Penelitian terbaru menunjukkan, jutaan wanita menderita kesehatan mental yang dihubungkan dengan menopause dan perimenopause (masa di mana tubuh mulai bertransisi menuju menopause).

Bahkan faktanya 61% wanita mengalami kecemasan disebabkan gejala perimenopause. Survei ini dilakukan secara onlineoleh perusahaan vitamin. Sementara itu, seperempat wanita lainnya dilaporkan mengalami kelelahan ekstrem, sementara sepertiganya mengatakan moodmereka tiba-tiba berubah.

Adapun yang memicu perasaan sedih, menangis, di sisi lain emosi bisa menjadi meledak-ledak. Uniknya 49% wanita yang mengalami gejala menopause tersebut tidak menyadari bahwa keluhan yang mereka alami merupakan bagian dari perimenopause. “Perimenopause bisa dimulai 10 tahun sebelum akhirnya menstruasi terhenti. Banyak wanita yang lantas tidak mengaitkan perubahan moodyang terjadi pada diri mereka dengan hormon.

Mereka malah mulai mempertanyakan kehidupan mereka atau bahkan kesehatan mental mereka,” kata psikoterapis Sally Brown dilansir dari Dailymail. Memang kenyataan tersebut terlihat menakutkan dan mungkin saja bukan hal yang mengejutkan bahwa satu dari empat wanita di usia 45–64 kemudian mencari pertolongan untuk mengatasi depresi yang dialami, dibandingkan dengan satu dari 10 pria.

Secara keseluruhan, sepertiga dari wanita yang terlibat dalam survei mengatakan gejala menopause membuat mereka malu dan setengahnya menyebutkan kondisi tersebut menurunkan level kepercayaan diri mereka. Dr Hilary Jones, seorang dokter umum, mengatakan hormon yang berfluktuasi dapat memicu rendahnya mooddan tiga per empat wanita menyatakan mereka memang memiliki moodyang rendah.

Jones melanjutkan, beberapa dari wanita yang terlibat dalam survei kemudian menyatakan, mereka harus menyesuaikan kehidupan mereka dengan efek yang ditimbulkan perimenopause. Sulit tidur merupakan salah satu masalah utama yang dirasakan. Kondisi ini akhirnya menjadi penyebab mood yang berubah-ubah.

Meski begitu, masih menurut survei, wanita yang diwawancarai dengan umur 41–55 tahun, juga menyibak kekhawatiran mereka terhadap tawaran obat antidepresan. Penawaran obat tersebut diberikan oleh dokter umum untuk mengatasi keluhan kesehatan mental yang dirasakan. Sebanyak 38% wanita mengaku ditawari pil antidepresan, sementara 87% lain memilih mengatasi keluhan tersebut secara alami tanpa obatobatan.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan Juli 2015 pada NHS’ Health & Social Care Information Report (Pelayanan Kesehatan Nasional National Health Service disingkat NHS), menunjukkan resep obat antidepresan meningkat sebanyak 7,2% dari 53,3 juta di pada 2013 menjadi 57 juta pada 2014. Di Inggris, 15% wanita dengan kisaran usia 45–54 dan 55–64, mengonsumsi antidepresan menurut data NHS pada 2013.

“Seharusnya ada edukasi dalam membantu wanita untuk mengatasi gejala perimenopause sebab hal ini mengakibatkan timbulnya kecemasan dalam kurun satu dekade dan perasaan depresi, termasuk setelah menopause. Jangan ragu untuk ke dokter umum dan konsultasikan keluhan yang dialami. Ada pilihan pengobatan secara alami dan konvensional yang bisa membantu,” kata dr Jones.

Sri noviarni
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6888 seconds (0.1#10.140)