Kebiasaan yang Harus Dihilangkan Demi Kesuksesan

Sabtu, 12 September 2015 - 10:40 WIB
Kebiasaan yang Harus...
Kebiasaan yang Harus Dihilangkan Demi Kesuksesan
A A A
Kadang-kadang, kesuksesan tidak datang dari apa yang Anda pelajari untuk dilakukan, tapi apa yang Anda pelajari untuk meninggalkan yang lama.

Ini adalah kata-kata bijak dari Sandja Brugmann, pengusaha dan pendiri Institut Passion, sebuah program pendidikan onlineyang diluncurkan barubaru ini dan menjadi tempat berkonsultasi bagi para eksekutif dan pengusaha. “Kami telah mengembangkan pemahaman tentang bagaimana kita dapat mengganggu visi dan tujuan kita sendiri, maka muncullah proses tantangan untuk belajar meninggalkan dan mengubah perilaku tertentu,” ungkap Sandja.

Belajar meninggalkan apa yang sudah dipelajari adalah kerja keras tersendiri. “Hal ini membutuhkan kekuatan untuk pindah dari perilaku otomatis, juga kesadaran bahwa kita harus mengendalikan tindakan dan kehidupan kita sendiri,” imbuhnya. Hal ini jelas tidak mudah. Sebab, Anda mau tak mau harus keluar dari zona nyaman dan menghadapi segala kondisi yang tak menentu.

Perasaan tak nyaman, visi, dan perhatian untuk kehidupan bisnis yang berbeda. Bahkan, dia mengatakan, dibutuhkan banyak keterampilan untuk berhasil dalam bisnis mereka. “Ini adalah tindakan nyata dari cinta diri sendiri pada tingkat yang paling dalam,” ujarnya. Berikut beberapa karakter lama yang harus berani Anda tinggalkan demi sebuah kesuksesan baru, dilansir laman The Muse.

Menyenangkan

Brugmann menjelaskan, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain berasal dari rasa takut tidak cukup baik dan takut ditolak. “Kita terlibat dalam perilaku menyenangkan untuk merasa bahwa kita pribadi yang baik atau layak dicintai, tetapi akhirnya membuat diri kita merasa tidak nyaman,” ujarnya.

Menurut dia, masalah ini sudah menjangkiti semua pekerja, tidak terkecuali kalangan eksekutif. Ini adalah masalah keseimbangan mencolok antara memberi terlalu banyak atau sedikit. “Ini adalah proses belajar untuk menemukan jalan tengah, di mana pemberian berasal dari pusat dan kemudian seluruh tempat yang bisa menjadi nilai diri sendiri dan orang lain,” urainya.

Karena itu, dia menyarankan agar kita mulai “mengisi diri” dengan kepercayaan diri dan keterampilan perawatan diri. Dengan demikian, diri kita akan cukup baik dan layak untuk dicintai. Dari sana kita dapat benar-benar menjadi perhatian, memberi dan melayani pemimpin, serta membuat dampak positif dalam perusahaan dan dunia.

“Kabur” pada batasan yang ada

Buatlah batasan yang baik dan benar untuk diri Anda. Selama ini, Brugmann menilai ada yang salah dengan pemahaman kata “tidak”. Banyak orang menilai kata “tidak” sebagai hal yang tidak baik dan tidak profesional. Dalam kondisi longgar dan banyak batasan kabur, akan membuat organisasi disfungsional. Belajarlah membuat batas-batas yang sehat dan berkomunikasi dengan empati serta kebaikan sehingga menciptakan kejelasan, keselamatan, keamanan, dan ketertiban.

Tidak membicarakan isi pikiran Anda

Tidak membicarakan apa yang ada di dalam pikiran kita atau banyak memendam rasa, bisa membuat hubungan Anda dengan rekan kerja atau pimpinan, bahkan perusahaan tidak bagus. Dibutuhkan keberanian dan kemauan untuk belajar keterampilan komunikasi asertif baru serta keterampilan manajemen relasional.

Menghindari kegagalan

Ini adalah cara paling pasti untuk “membunuh sukses”. Mengapa? Karena Brugmann melihat banyak orang memiliki keinginan untuk sukses dan memenuhi impian mereka, tapi keengganan untuk gagal atau lebih tepatnya keinginan untuk menghindari perasaan menyakitkan yang biasa muncul bersama kegagalan.

“Sebaliknya, itu lebih baik memikirkan kegagalan sebagai perilaku menunda-nunda yang membuat kita takut ketika kita tidak pernah mengambil kesempatan untuk meraih impian kita,” ungkapnya. Jadi, jangan pernah takut untuk mencoba.

Susi susanti
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1073 seconds (0.1#10.140)