Forum Asia Pasifik Bahas Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan

Senin, 14 September 2015 - 23:07 WIB
Forum Asia Pasifik Bahas Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan
Forum Asia Pasifik Bahas Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan
A A A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bersama dengan Southeast Asian Minister of Education Organization – Regional Centre for Food & Nutrition (SEAMEO-RECFON) menyelenggarakan '3rd Asia Pacific Maternal & Child Health Nutrition Research Forum'.

Forum yang pertama kali diadakan di Singapura pada tahun 2010 dan kemudian berlanjut di Bangkok pada tahun 2013 itu meghadirkan para pembicara dari negara-negara di Asia Pasifik termasuk Indonesia, Malaysia, Australia, Selandia Baru dan Thailand, menunjukkan atensi tinggi mengenai pentingnya '1.000 hari pertama kehidupan'.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama, menyatakan komitmen pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui perbaikan dan pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan. Seperti dalam rilis yang diterima sindonews.

"Kami bangga dapat menjadi tuan rumah forum internasional ini untuk pertama kalinya. Forum ini merupakan kesempatan bagi para pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, peneliti, akademisi, dan swasta untuk berbagi pengalaman dan penemuan terkini, studi kasus, dan rekomendasi solusi berdasarkan fakta untuk misi utama yaitu mempromosikan kesehatan terbaik bagi ibu dan anak,” kata Profesor Tjandra di Hotel Double Tree Jakarta, Sabtu (12/09/2015).

Pemerintah menurut Profesor Tjandra, juga senantiasa melakukan kajian dan mengumpulkan data mengenai pentingnya gizi selama masa 1000 Hari Pertama Kehidupan bagi kesehatan ibu dan anak dari berbagai Negara di Asia Pasifik.

Termasuk studi kohor tumbuh kembang anak yang dilakukan Badan Litbangkes di Bogor Jawa Barat. Yang terbagi dalam dua sesi diskusi kelompok, untuk membahas bagaimana praktik terbaik dalam pemenuhan gizi awal kehidupan bagi komunitas lokal.

"Selain itu, kami juga membahas mengenai asupan makanan dan status gizi ibu hamil dan menyusui, pemberian ASI, dan dampak dari mikrobiota,” ucap Profesor Tjandra menjelaskan.

“Kami mengharapkan forum ini dapat menjadi wahana untuk berbagi ilmu dan praktik nyata dari berbagai negara dengan pengalaman unik terkait program perbaikan gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan,” tukas Prof Tjandra.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, Dr. Anung Sugihantono, yang menyatakan bahwa pentingnya kemitraan dengan berbagi pihak atau pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah gizi dalam 'Gerakan 1000 HPK'.

“Program perbaikan gizi tidak hanya menjadi tanggung jawab dan dilakukan oleh pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, serta media,” ujar Dr. Anung.

Adapun Dr Drupadi HS Dillon, Direktur SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition Indonesia, menjelaskan, “Gizi ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan utama di Asia terutama Asia Tenggara."

"Kekurangan gizi dan defisiensi mikronutrien dapat mempengaruhi ibu hamil dan balita, yang dapat menyebabkan perawatan berbiaya tinggi. Di sebagian besar negara, penyebab mendasarnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam pola pemberian makan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan intervensi dini, pemberdayaan perempuan, dan perubahan perilaku yang komprehensif," tutur Dr Dillon.

Sementara itu, Profesor Susan L Prescott, dari School of Pediatrics and Child Health, University of Western Australia. Membahas tentang pentingnya gizi pada awal kehidupan untuk membentuk masa depan terutama di kawasan Asia Pasifik.

"Gizi pada awal kehidupan adalah penentu signifikan dari perkembangan dan masa depan kesehatan semua sistem tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh. Oligosakarida (serat larut), antioksidan, asam lemak tak jenuh ganda, folat dan vitamin lainnya, telah terbukti memiliki efek pada fungsi kekebalan serta metabolisme tubuh,” kata Prof Susan mengungkapkan.

Kemudian Dr Rocio Martin, Senior Team Leader, Gut Microbiology Team, Nutricia Research, Singapore, menambahkan, “Fakta terbaru menunjukkan bahwa faktor-faktor lain seperti maternal microbiota, diet dan status kesehatan relevan dan perlu dipertimbangkan dalam merancang strategi intervensi awal kehidupan untuk mencegah penyakit di kemudian hari.”

Di Indonesia, peningkatan kesehatan ibu dan anak yang mencakup isu perbaikan gizi telah ditetapkan sebagai salah satu Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) 2015 dan pemerintah mendukung sepenuhnya melalui Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dan meluncurkan “Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan” (Gerakan 1000 HPK).
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3055 seconds (0.1#10.140)
pixels