Pria Ingin Lebih Banyak Pornografi Gratis di Internet

Sabtu, 03 Oktober 2015 - 01:30 WIB
Pria Ingin Lebih Banyak...
Pria Ingin Lebih Banyak Pornografi Gratis di Internet
A A A
JAKARTA - Banyaknya situs porno gratis di internet membuat pria lebih bisa menerima pornografi online. Tapi, wanita masih tetap menentang pornografi.

Dalam kajian yang dilakukan periset di University of Maryland, akibat dari kondisi itu, gap gender dalam sikap terhadap pornografi pun kian membesar. Kajian yang dipimpin mahasiswa PhD Lucia D Lykke menemukan penolakan terhadap pornografi telah berkurang secara signifikan dalam 40 tahun terakhir. Ini mengindikasikan adanya perubahan budaya terhadap pornografikasi yang berdampak pada perilaku.

“Tapi, wanita tetap lebih menentang pornografi ketimbang pria. Dan, penolakan pria terhadap pornografis menurun dengan cepat, jadi celah gender dalam penentangan terhadap pornografi pun melebar,” ujar Lykke dalam pernyataan yang dikutip IANS.

Dalam kajian itu, para periset meneliti perbedaan gender yang menentang pornografi dari 1975—2012, yang diukur dengan dukungan terhadap sensor pornografi yang sah. Mereka lalu menganalisa General Social Survey, yang merupakan survei sosiologis yang digunakan untuk mengumpulkan data karakteristik demografi dan sikap warga Amerika Serikat (AS).

Selain mengobservasi perubahan dalam oposisi terhadap pornografi, periset juga berusaha menemukan koneksi antara tren dalam opini public dan tren yang berputar dalam konten pornografi. Riset sebelumnya menunjukkan jika wanita mengkhawatirkan efek negatif pornografi.

“Jadi, karena pornografi lebih gampang diakses dan lebih banyak kekerasan dan pelecehan terhadap wanita, ini tetap menjadi kekhawatiran serius bagi banyak wanita. Pornografi ada dimana-mana sehingga sebagian besar orang mungkin tidak menyadari bahwa banyak warga Amerika yang mendukung undang-undang melawan distribusi pornografi—38% wanita dan 26% pria pada 2012,” papar Philip N Cohen, dosen Sosiologi yang juga penulis kajian ini.

Penemuan ini mungkin punya implikasi substansial bagi masalah budaya dan hukum terkait pornografi—terutama di internet dimana ketersediaannya yang murah dan gratis menimbulkan pertanyaan baru mengenai upaya untuk menekan keberadaannya.

“Lingkungan hukum terkait pornografi mungkin atau tidak berubah untuk mencerminkan opini populer, tapi para periset akan tetap tertarik pada dampaknya terhadap budaya dan persimpangan pornografi serta dinamika gender,” beber pernyataan dari para periset.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0691 seconds (0.1#10.140)