Perawat Pasien Gangguan Jiwa Rawan Terkena Gangguan Jiwa
A
A
A
JAKARTA - Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) harus menjalani hidupnya dengan caregiver atau perawat pasien. Namun, caregiver diimbau untuk tetap menjaga kondisi mereka.
Pasalnya, caregiver orang dengan gangguan jiwa juga rentan mengalami stres hingga gangguan jiwa. Untuk itu, dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiatri, Suryo Dharmono menyarankan caregiver harus menyeimbangkan peran.
"Caregiver dibutuhkan kesabaran ekstra juga keikhlasan merawat penderita gangguan jiwa. Caregiver tetap harus menjaga kondisi. Tetap menjaga kondisi dengan cara aktif berorganisasi apalagi organisasi antar caregiver," papar Suryo di Jakarta.
Suryo menjelaskan, hal tersebut bertujuan untuk menekan depresi ketika caregiver merawat ODGJ. Dengan demikian, caregiver memiliki tempat untuk berbagai dengan sesama dan bisa mendapatkan bantuan dari orang-orang profesional.
Tidak hanya itu, menurut Suryo, cara tersebut juga membantu caregiver memiliki waktu untuk dirinya sendiri atau yang biasa disebut dengan me time.
"Tidak boleh sepenuhnya meluangkan waktu untuk pasien. Harus ada pertukaran dengan orang lain sehingga tidak merasa kehidupan menjadi bagian dari yang sakit," ujar dia.
Pasalnya, caregiver orang dengan gangguan jiwa juga rentan mengalami stres hingga gangguan jiwa. Untuk itu, dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiatri, Suryo Dharmono menyarankan caregiver harus menyeimbangkan peran.
"Caregiver dibutuhkan kesabaran ekstra juga keikhlasan merawat penderita gangguan jiwa. Caregiver tetap harus menjaga kondisi. Tetap menjaga kondisi dengan cara aktif berorganisasi apalagi organisasi antar caregiver," papar Suryo di Jakarta.
Suryo menjelaskan, hal tersebut bertujuan untuk menekan depresi ketika caregiver merawat ODGJ. Dengan demikian, caregiver memiliki tempat untuk berbagai dengan sesama dan bisa mendapatkan bantuan dari orang-orang profesional.
Tidak hanya itu, menurut Suryo, cara tersebut juga membantu caregiver memiliki waktu untuk dirinya sendiri atau yang biasa disebut dengan me time.
"Tidak boleh sepenuhnya meluangkan waktu untuk pasien. Harus ada pertukaran dengan orang lain sehingga tidak merasa kehidupan menjadi bagian dari yang sakit," ujar dia.
(alv)