RSJ Pilihan Tempat Pemulihan Anak Korban Kekerasan Seksual
A
A
A
JAKARTA - Korban kekerasan seksual, terutama anak-anak, umumnya akan mengalami perubahan prilaku yang mudah dilihat. Seperti pemurung, stres, depresi dan ketakutan. Untuk itu, para orang tua diimbau agar memperhatikan perubahan prilaku anak.
Namun, jika anak tertutup terhadap kondisinya, Ketua Aksewari Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, dr Suzy Yusna Dewi dari RSJ dr Soeharto Heerdjan, menganjurkan agar anak terlebih dahulu dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ).
"Sebaiknya dimasukkan ke rumah sakit dulu. Kita lakukan intervensi untuk mengurangi trauma dan memperbaiki mood-nya dengan psikoterapi, alat-alat neuroskiatri, dan farmasi obat-obatan," papar dr Suzy di RSJ dr Soeharto Heerdjan, Jakarta.
Suzy menegaskan, dalam hal ini, keluarga terutama orang tua berperan penting dalam melakukan pendekatan pada anak. Menurutnya, kedekatan orang tua sangat memiliki manfaat besar bagi anak.
"Intervensi keluarganya yang paling penting adalah melakukan pendekatan seoptimal mungkin pada anak. Jadi lebih sayang, tidak memarahi, dan menggali emosi apa yang sedang dirasakan anak," ujarnya.
Sayangnya, stigma rumah sakit jiwa menjadi penghalang mereka untuk mendapatkan penanganan khusus dengan baik. Padahal, deteksi dan penanganan sedari dini bisa mencegah terjadinya kasus baru kekerasan seksual.
Mengenai lama pengobatan, Suzy mengungkapkan, bergantung pada kemampuan sang anak. Namun, jika mereka sudah pulih, Suzy menyarankan agar mereka menjalankan pengobatan dua minggu sekali ke rumah sakit jiwa.
"Orang tuh stigmanya rumah sakit jiwa hanya untuk orang dengan gangguan jiwa. Orang yang telanjang bulat di jalanan. Padahal nggak. Kalau mereka berobat, ditangani sedari dini, kita itu mencegah untuk terjadinya bibit-bibit baru kekerasan seksual. Karena anak yang menjadi korban berpotensi menjadi pelaku," tandasnya.
Namun, jika anak tertutup terhadap kondisinya, Ketua Aksewari Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, dr Suzy Yusna Dewi dari RSJ dr Soeharto Heerdjan, menganjurkan agar anak terlebih dahulu dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ).
"Sebaiknya dimasukkan ke rumah sakit dulu. Kita lakukan intervensi untuk mengurangi trauma dan memperbaiki mood-nya dengan psikoterapi, alat-alat neuroskiatri, dan farmasi obat-obatan," papar dr Suzy di RSJ dr Soeharto Heerdjan, Jakarta.
Suzy menegaskan, dalam hal ini, keluarga terutama orang tua berperan penting dalam melakukan pendekatan pada anak. Menurutnya, kedekatan orang tua sangat memiliki manfaat besar bagi anak.
"Intervensi keluarganya yang paling penting adalah melakukan pendekatan seoptimal mungkin pada anak. Jadi lebih sayang, tidak memarahi, dan menggali emosi apa yang sedang dirasakan anak," ujarnya.
Sayangnya, stigma rumah sakit jiwa menjadi penghalang mereka untuk mendapatkan penanganan khusus dengan baik. Padahal, deteksi dan penanganan sedari dini bisa mencegah terjadinya kasus baru kekerasan seksual.
Mengenai lama pengobatan, Suzy mengungkapkan, bergantung pada kemampuan sang anak. Namun, jika mereka sudah pulih, Suzy menyarankan agar mereka menjalankan pengobatan dua minggu sekali ke rumah sakit jiwa.
"Orang tuh stigmanya rumah sakit jiwa hanya untuk orang dengan gangguan jiwa. Orang yang telanjang bulat di jalanan. Padahal nggak. Kalau mereka berobat, ditangani sedari dini, kita itu mencegah untuk terjadinya bibit-bibit baru kekerasan seksual. Karena anak yang menjadi korban berpotensi menjadi pelaku," tandasnya.
(nfl)