Mengapa Pasangan Menikah Malah Berhenti Bercinta?
A
A
A
NEW DELHI - Apakah umum bagi pasangan yang telah menikah selama beberapa tahun, kehilangan keinginan mereka untuk satu sama lain dan menjalani hidup berdua selama berbulan-bulan tanpa keintiman seksual? Wow, ternyata Anda benar, jawabannya adalah yes!
Tapi apakah orang-orang yang baru menikah seharusnya menghabiskan malam untuk saling menyelami satu sama lain bukan? Jawabannya adalah belum tentu!
Sebuah titik dalam kasus mantan rekan teknisi Shreya Murthy*. Teman Shreya ini menikah akibat dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Pasangan ini, meskipun terdidik dan punya juataan informasi yang dapat dengan mudah diakses. Ternyata tidak cukup tahu apa yang harus dilakukan pada malam pertama mereka bersama-sama.
"Saya ingat dia bercerita tentang kesulitan yang ia dan suaminya miliki ketika berhubungan intim. Itu kebodohan belaka. Mereka butuh sekitar 4-5 bulan untuk akhirnya mendapatkan yang benar. Awalnya, saya merasa agak aneh bahwa di hari dan zaman ini dan juga usia mereka yang sudah matang. Ketika Anda dapat langsung melakukan pencarian online untuk apa saja, mereka tidak bisa mempelajari apa yang harusnya mereka dapat dan pelajari dari internet. Tapi hal-hal seperti itu terjadi,” kata Shreya keheranan.
Seksolog melihat saat ini semakin banyak pasangan yang telah mengalami kesulitan melakukan hubungan seksual mereka, kadang-kadang bahkan ada yang melakoninya selama bertahun-tahun.
Mengingat bahwa berbicara tentang seks masih dianggap tabu oleh banyak orang, bahkan mereka yang telah menikah. Ini ditambah parah oleh banyak yang memilih untuk tetap diam, sampai, tentu saja, keluarga mereka mulai meminta mereka mengapa mereka tidak juga memiliki anak alias belum jua menghasilkan keturunan.
Pasangan yang mengalami problematika ini, biasanya ketika mereka mulai mencari nasihat medis. Namun dokter keseringan tidak mengetahui hingga akar masalahnya yakni apakah Anda (pasangan tadi) berhubungan seks?
Rajan Bhonsle, seorang terapis seks, seperti dilansir dari situs Times of India, menasihati sejumlah pasangan yang mengalami problem tersebut dan mengatakan bahwa tidak adanya action sebagai ‘penyempurna’ dari pernikahan tadi adalah sebuah masalah besar.
"Ada banyak alasan orang tidak berhubungan seks. Alasan terbesar (pada sebanyak 50 persen kasus ini) adalah teknis. Seperti prianya mungkin memiliki disfungsi ereksi, hormon testosteron/libidonya rendah hingga mengalami ejakulasi dini. Sementara wanita mungkin memiliki selaput dara yang ketat, penetrasi fobia, atau tidak ada keinginan (hasrat/nfasu) untuk bercinta," kata Rajan.
Pasangan umumnya tidak merasa malu memilih untuk hidup tanpa keintiman. Justu tekanan untuk memiliki keturunan yang menjadi alasan mereka untuk mencari bantuan.
Biasanya, bantuan medis di cari sebagai alternatif pilihan bantuan pertama. Tapi pasangan memberitahu dokter bahwa mereka tidak memiliki anak, bukan bahwa mereka tidak berhubungan seks. Tes kemudian dilakukan, namun hasilnya tidak ada masalah yang ditemukan. Ini baru ketika mereka berkonsultasi dengan terapis seks.
Seksolog dari India bernama Dr AV Lohit, melihat ada sekitar rata-rata 20-30 pasangan sebulan yang berkonsultasi kepada mereka soal masalah ini yakni belum sempurnanya pernikahan mereka (baik anak maupun seks).
Sang dokter menyebut ini sebagai sebuah masalah kompleks, mulai dari rasa takut, kecemasan, kesalahpahaman, kebiasaan (masturbasi, menonton film porno) dan kurangnya pendidikan seks.
"Ada wanita yang tidak mengetahui dasar-dasar dari seks. Tentang bagian-bagian pribadi lawan jenis dan apa yang akan terjadi saat berhubungan badan. Banyak juga menderita takut sakit selama hubungan seksual dan takut hamil, khusus yang ini adalah kasus yang terjadi pada sekitar 50-60 persen dari klien saya. Salah satu pasangan bahwan tidak melakukan hubungan intim dalam masa pernikahan mereka selama 10 tahun. Mereka mencoba memiliki anak melalui IVF (program bayi tabung) dan gagal. Saya menasihati mereka selama 4-6 minggu, setelah itu mereka akhirnya mampu melakukan hubungan intim."
Dr Lohit menambahkan bahwa ini merupakan masalah umum pada masa pernikahan, bahkan dengan banyak perangkat lunak profesional yang memiliki akses ke informasi dan pornografi; mereka tidak mampu melakukan hubungan intim karena kecemasan.
Tapi apakah orang-orang yang baru menikah seharusnya menghabiskan malam untuk saling menyelami satu sama lain bukan? Jawabannya adalah belum tentu!
Sebuah titik dalam kasus mantan rekan teknisi Shreya Murthy*. Teman Shreya ini menikah akibat dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Pasangan ini, meskipun terdidik dan punya juataan informasi yang dapat dengan mudah diakses. Ternyata tidak cukup tahu apa yang harus dilakukan pada malam pertama mereka bersama-sama.
"Saya ingat dia bercerita tentang kesulitan yang ia dan suaminya miliki ketika berhubungan intim. Itu kebodohan belaka. Mereka butuh sekitar 4-5 bulan untuk akhirnya mendapatkan yang benar. Awalnya, saya merasa agak aneh bahwa di hari dan zaman ini dan juga usia mereka yang sudah matang. Ketika Anda dapat langsung melakukan pencarian online untuk apa saja, mereka tidak bisa mempelajari apa yang harusnya mereka dapat dan pelajari dari internet. Tapi hal-hal seperti itu terjadi,” kata Shreya keheranan.
Seksolog melihat saat ini semakin banyak pasangan yang telah mengalami kesulitan melakukan hubungan seksual mereka, kadang-kadang bahkan ada yang melakoninya selama bertahun-tahun.
Mengingat bahwa berbicara tentang seks masih dianggap tabu oleh banyak orang, bahkan mereka yang telah menikah. Ini ditambah parah oleh banyak yang memilih untuk tetap diam, sampai, tentu saja, keluarga mereka mulai meminta mereka mengapa mereka tidak juga memiliki anak alias belum jua menghasilkan keturunan.
Pasangan yang mengalami problematika ini, biasanya ketika mereka mulai mencari nasihat medis. Namun dokter keseringan tidak mengetahui hingga akar masalahnya yakni apakah Anda (pasangan tadi) berhubungan seks?
Rajan Bhonsle, seorang terapis seks, seperti dilansir dari situs Times of India, menasihati sejumlah pasangan yang mengalami problem tersebut dan mengatakan bahwa tidak adanya action sebagai ‘penyempurna’ dari pernikahan tadi adalah sebuah masalah besar.
"Ada banyak alasan orang tidak berhubungan seks. Alasan terbesar (pada sebanyak 50 persen kasus ini) adalah teknis. Seperti prianya mungkin memiliki disfungsi ereksi, hormon testosteron/libidonya rendah hingga mengalami ejakulasi dini. Sementara wanita mungkin memiliki selaput dara yang ketat, penetrasi fobia, atau tidak ada keinginan (hasrat/nfasu) untuk bercinta," kata Rajan.
Pasangan umumnya tidak merasa malu memilih untuk hidup tanpa keintiman. Justu tekanan untuk memiliki keturunan yang menjadi alasan mereka untuk mencari bantuan.
Biasanya, bantuan medis di cari sebagai alternatif pilihan bantuan pertama. Tapi pasangan memberitahu dokter bahwa mereka tidak memiliki anak, bukan bahwa mereka tidak berhubungan seks. Tes kemudian dilakukan, namun hasilnya tidak ada masalah yang ditemukan. Ini baru ketika mereka berkonsultasi dengan terapis seks.
Seksolog dari India bernama Dr AV Lohit, melihat ada sekitar rata-rata 20-30 pasangan sebulan yang berkonsultasi kepada mereka soal masalah ini yakni belum sempurnanya pernikahan mereka (baik anak maupun seks).
Sang dokter menyebut ini sebagai sebuah masalah kompleks, mulai dari rasa takut, kecemasan, kesalahpahaman, kebiasaan (masturbasi, menonton film porno) dan kurangnya pendidikan seks.
"Ada wanita yang tidak mengetahui dasar-dasar dari seks. Tentang bagian-bagian pribadi lawan jenis dan apa yang akan terjadi saat berhubungan badan. Banyak juga menderita takut sakit selama hubungan seksual dan takut hamil, khusus yang ini adalah kasus yang terjadi pada sekitar 50-60 persen dari klien saya. Salah satu pasangan bahwan tidak melakukan hubungan intim dalam masa pernikahan mereka selama 10 tahun. Mereka mencoba memiliki anak melalui IVF (program bayi tabung) dan gagal. Saya menasihati mereka selama 4-6 minggu, setelah itu mereka akhirnya mampu melakukan hubungan intim."
Dr Lohit menambahkan bahwa ini merupakan masalah umum pada masa pernikahan, bahkan dengan banyak perangkat lunak profesional yang memiliki akses ke informasi dan pornografi; mereka tidak mampu melakukan hubungan intim karena kecemasan.
(sbn)