Ketika Yura Yunita, Frau dan Isyana Sarasvati Suarakan Antikekerasan
A
A
A
YOGYAKARTA - Musik yang rancak dan gerakan yang atraktif mewarnai penampilan penyanyi muda Yura Yunita dalam Konser Musik Humana bertajuk Break The Silence. Konser itu digelar di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (30/11) malam.
Membawakan delapan lagu, wanita kelahiran Bandung ini menyapa penonton dengan sejumlah kisah yang menginspirasi dalam lagu-lagunya. Seperti Superlunar, Kataji, Focus, Get Along With You, Berawal Dari Cinta, dan Cinta.
Di antara lagu-lagu itu, ada yag mengisahkan tentang seorang perempuan yang mudah terbawa perasaan, kemudian pasangan yang sedang dalam masa pendekatan. Lalu ada juga seseorang yang tidak bisa mengungkapkan perasaan ketika jatuh cinta, hingga pasangan yang sedang jatuh cinta.
Lewat lagu Thriller dan Balada Sirkus, Yura yang telah mahir bermain piano sejak kecil ini, tampil mengejutkan dengan sajian teatrikal yang menarik. Ada yang unik, horor, maupun lucu dengan kostum badut dan zombie.
"Yogyakarta makin malam makin anget ya? Kira-kira malam ini adakah teman-teman yang dilema, sedang pedekate dan datang sama pasangan? Lagu ini spesial bagi teman-teman yang jatuh cinta," sapa Yura kepada penonton malam itu.
Di sela pertunjukan, Yura yang telah merilis album perdananya berjudul Balada Sirkus ini, mengedukasi penonton yang sebagian besar didominansi anak-anak muda itu untuk tidak melakukan pernikahan dini. Apalagi, berdasarkan survei, pasangan yang melakukan pernikahan dini berisiko mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan komplikasi saat melahirkan.
"Adakah usia teman di bawah 15 tahun? Mudah-mudahan nggak ada. Tolong disampaikan ke adik, saudara, teman di bawah 15 tahun, bahwa ada 700 juta perempuan di dunia menikah di usia dini dan berumah tangga. (Mereka yang) cenderung nikah muda (kebanyakan) nggak selesaikan pendidikan, bereiiko (mengalami) kekerasan rumah tangga dan komplikasi dalam melahirkan. Pesan jangan menikah usia dini dan bagi yang belum punya pasangan, doain saja yang terbaik buat teman-teman Yogyakarta," urai Yura.
Dalam kesempatan ini tidak hanya Yura, ada pula musisi wanita muda lainnya seperti Leilani Hermiasih atau yang lebih dikenal dengan Frau dan Isyana Sarasvati yang turut mengkampanyekan gerakan antikekerasan terhadap perempuan dalam pertunjukan tersebut.
Membawakan sembilan lagu yakni Sembunyi, Water, Rat and Cat, Detik-Detik Anu, Layang-Layang, Mr Wolf—I'm A Sir, Salahku Sahabatku, Intensity—Mesin, dan Sepasang Kekasih, Frau juga sempat menceritakan kisah seorang wanita muda yang terpaksa menikah, kemudian punya anak dan menyesal tidak bisa menikmati masa-masa mudanya. Hal ini kemudian menginspirasinya dalam membuat lagu.
"Senang jadi bagian (pertunjukan konser) ini (yang) suarakan satu semangat untuk hentikan kekerasan terhadap perempuan," kata Frau.
Managing Director PT Ideplus Nuswantara Raya Andi Mohan selaku penggagas acara Konser Musik Humana mengatakan, prihatin dengan meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Pihaknya pun melakukan kampanye gerakan antikekerasan terhadap perempuan dengan menggelar konser musik yang mengusung konsep berbeda dari biasanya.
Apalagi musik adalah bahasa universal untuk menyampaikan sebuah pesan yang efektif bagi kalangan masyarakat khususnya generasi muda. Diharapkan lewat konser tersebut bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kekerasan perempuan.
"Peringatan setiap tanggal 25 November biasanya diisi dengan kegiatan orasi atau demo di jalan. Dengan konsep entertainment yang berbeda, cara kita ingin gugah untuk melindungi harkat dan martabat perempuan. Target penyadaran masyarakat lewat konsep kegiatan yang menarik," imbuh Andi.
Penampilan Isyana Sarasvati pada Senin (30/11/2015) malam itu pun menutup gelaran konser berdurasi sekitar tiga jam ini. Melantunkan tujuh lagu seperti Mimpi, Keep Being You, The Way I Love You, Kau Adalah, Tetap Dalam Jiwa, Medley All or Nothing, dan Medley Little of Your Time & Runaway Baby, wanita kelahiran 2 Mei 1993 ini tampil menghibur dan memuaskan penonton.
Membawakan delapan lagu, wanita kelahiran Bandung ini menyapa penonton dengan sejumlah kisah yang menginspirasi dalam lagu-lagunya. Seperti Superlunar, Kataji, Focus, Get Along With You, Berawal Dari Cinta, dan Cinta.
Di antara lagu-lagu itu, ada yag mengisahkan tentang seorang perempuan yang mudah terbawa perasaan, kemudian pasangan yang sedang dalam masa pendekatan. Lalu ada juga seseorang yang tidak bisa mengungkapkan perasaan ketika jatuh cinta, hingga pasangan yang sedang jatuh cinta.
Lewat lagu Thriller dan Balada Sirkus, Yura yang telah mahir bermain piano sejak kecil ini, tampil mengejutkan dengan sajian teatrikal yang menarik. Ada yang unik, horor, maupun lucu dengan kostum badut dan zombie.
"Yogyakarta makin malam makin anget ya? Kira-kira malam ini adakah teman-teman yang dilema, sedang pedekate dan datang sama pasangan? Lagu ini spesial bagi teman-teman yang jatuh cinta," sapa Yura kepada penonton malam itu.
Di sela pertunjukan, Yura yang telah merilis album perdananya berjudul Balada Sirkus ini, mengedukasi penonton yang sebagian besar didominansi anak-anak muda itu untuk tidak melakukan pernikahan dini. Apalagi, berdasarkan survei, pasangan yang melakukan pernikahan dini berisiko mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan komplikasi saat melahirkan.
"Adakah usia teman di bawah 15 tahun? Mudah-mudahan nggak ada. Tolong disampaikan ke adik, saudara, teman di bawah 15 tahun, bahwa ada 700 juta perempuan di dunia menikah di usia dini dan berumah tangga. (Mereka yang) cenderung nikah muda (kebanyakan) nggak selesaikan pendidikan, bereiiko (mengalami) kekerasan rumah tangga dan komplikasi dalam melahirkan. Pesan jangan menikah usia dini dan bagi yang belum punya pasangan, doain saja yang terbaik buat teman-teman Yogyakarta," urai Yura.
Dalam kesempatan ini tidak hanya Yura, ada pula musisi wanita muda lainnya seperti Leilani Hermiasih atau yang lebih dikenal dengan Frau dan Isyana Sarasvati yang turut mengkampanyekan gerakan antikekerasan terhadap perempuan dalam pertunjukan tersebut.
Membawakan sembilan lagu yakni Sembunyi, Water, Rat and Cat, Detik-Detik Anu, Layang-Layang, Mr Wolf—I'm A Sir, Salahku Sahabatku, Intensity—Mesin, dan Sepasang Kekasih, Frau juga sempat menceritakan kisah seorang wanita muda yang terpaksa menikah, kemudian punya anak dan menyesal tidak bisa menikmati masa-masa mudanya. Hal ini kemudian menginspirasinya dalam membuat lagu.
"Senang jadi bagian (pertunjukan konser) ini (yang) suarakan satu semangat untuk hentikan kekerasan terhadap perempuan," kata Frau.
Managing Director PT Ideplus Nuswantara Raya Andi Mohan selaku penggagas acara Konser Musik Humana mengatakan, prihatin dengan meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Pihaknya pun melakukan kampanye gerakan antikekerasan terhadap perempuan dengan menggelar konser musik yang mengusung konsep berbeda dari biasanya.
Apalagi musik adalah bahasa universal untuk menyampaikan sebuah pesan yang efektif bagi kalangan masyarakat khususnya generasi muda. Diharapkan lewat konser tersebut bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kekerasan perempuan.
"Peringatan setiap tanggal 25 November biasanya diisi dengan kegiatan orasi atau demo di jalan. Dengan konsep entertainment yang berbeda, cara kita ingin gugah untuk melindungi harkat dan martabat perempuan. Target penyadaran masyarakat lewat konsep kegiatan yang menarik," imbuh Andi.
Penampilan Isyana Sarasvati pada Senin (30/11/2015) malam itu pun menutup gelaran konser berdurasi sekitar tiga jam ini. Melantunkan tujuh lagu seperti Mimpi, Keep Being You, The Way I Love You, Kau Adalah, Tetap Dalam Jiwa, Medley All or Nothing, dan Medley Little of Your Time & Runaway Baby, wanita kelahiran 2 Mei 1993 ini tampil menghibur dan memuaskan penonton.
(alv)