Indonesia Pionir Panduan Gizi di Asia Tenggara

Senin, 07 Desember 2015 - 21:30 WIB
Indonesia Pionir Panduan Gizi di Asia Tenggara
Indonesia Pionir Panduan Gizi di Asia Tenggara
A A A
JAKARTA - Masih banyaknya permasalahan gizi di Indonesia memunculkan panduan gizi berbasis lokal (Optifood). Di antara negara di Asia Tenggara, Indonesia termasuk yang pertama memakai instrumen ini.

Deputi Direktur bidang Program Southeast Asian Minister of Education Organization Indonesia Regional Centre for Food and Nutrition (Seameo Recfon) Umi Fahmida mengatakan, Optifood adalah instrumen yang mengukur status gizi dari pangan lokal untuk disusun menjadi rekomendasi pangan. Indonesia dengan kondisi wilayah yang beragam sangat cocok memakai metode ini untuk menyelesaikan masalah gizi yang terjadi didaerah.

"Indonesia termasuk pionir memakai Optifood diantara negara Asia Tenggara. Dengan menggunakan potensi lokal masalah gizi akan teratasi," kata dia pada Workshop Penerjemahan Panduan Gizi Berbasis Lokal di kantor Seameo Recfon di Jakarta (7/12/2015).

Umi menjelaskan, angka prevalensi stunting dan kurang gizi disebabkan permasalahan gizi anak dan juga saat ibu hamil. Masalahnya, pemerataan gizi ini adalah perbedaan makanan yang dikonsumsi karena luasnya wilayah Indonesia. Kampanye tentang gizi pun terpusat dan mengenarilisasi sehingga daerah sulit mencari sumber makanan tertentu karena mahal atau perbedaan kebiasaan.

Sebagai awal menerapkan Optifood maka diperlukan inisiasi kerjasama antar pihak terkait. Kerja sama dengan stakeholder ini penting karena Optifood yang dikembangkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya difungsikan pada tataran penelitian dan belum ada langkah nyata sebagai solusi dilapangan. "Keberlanjutan program ini bertumpu pada kolaborasi pemerintah daerah, akademisi, dinas kesehatan dan pendidikan serta Poltekkes,” papar dia.

Menurut dia, para akademisi dan poltekkes diharapkan dapat menyusun panduan gizi berbasis lokal. Serta memberikan bantuan ahli pada pihak-pihak yang mengimplementasikan program untuk peningkatan asupan gizi masyarakat. Dia berharap kemitraan dengan akademisi dan stakeholder ini akan berhasil menurunkan angka malnutrisi pada anak serta ibu di Indonesia.

Kasubdit Bina Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Pujo Hartono mengatakan, dari 117 negara Indonesia termasuk negara yang menderita semua permasalahan kekurangan gizi. Sementara Kemenkes sendiri sebetulnya sudah membuat pedoman umum gizi seimbang melalui Permenkes No 41/2014.

Sementara Penanggung Jawa Program Gizi Dinas Kesehatan Sumatera Utara Ferdinand Hamzah menjelaskan, penderita stunting di Medan berada di posisi ketujuh se-Indonesia. Lalu gizi buruk serta meningkatnya obesitas pada balita juga sedang mendera provinsi ini. Oleh karena itu prioritas kedepan adanya upaya penanggulangan seperti sosialisasi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan pada bayi. "Untuk stunting itu harus diawali sejak ibu hamil. Apa gizi yang dia butuhkan dan jadwal kontrol ke bidan," beber dia.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8003 seconds (0.1#10.140)