150 Ribu Orang Indonesia diprediksi Meninggal Akibat Antibiotik

Jum'at, 22 Januari 2016 - 03:20 WIB
150 Ribu Orang Indonesia...
150 Ribu Orang Indonesia diprediksi Meninggal Akibat Antibiotik
A A A
JAKARTA - Pentingnya kesadaran mengenai resistensi dan kepatuhan penggunaan antiobiotik haruslah tepat. Apalagi, resistensi bakteri ini menjadi suatu permasalahan yang agak susah dan harus segera diatasi bersama.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimkiroba (KPRA) Kementerian Kesehatan memprediksikan pada tahun 2050, 135 ribu masyarakat Indonesia akan meninggal disebabkan penyalahgunaan antibiotik.

"Pada tahun 2050 diperkirakan 10 juta kematian akibat resistensi antimkiroba (antimicrobial resistance) akan terjadi pertahunnya, yang mana diantaranya 4,6 juta kematian terjadi di Asia. Saat ini di Thailand angkat kematian sekitar 38 ribu meninggal, dan di Indonesia diperkirakan 135 ribu meninggal pertahunnya akibat bakteri resistensi ini," ujar Dr. Harry Parathon di Jakarta, Kamis (21/1/2016).

Dr. Harry Parathon, Sp.OG(K) mengatakan resistensi antibiotik dapat menyebabkan kematian, karena antibiotik tak lagi bisa membunuh bakteri atau kuman penyebab penyakit. Sebab, kurangnya kepatuhan penggunaan antibiotik menjadi penyebab seseorang mengalami resistensi antibiotik.

"Penyebab banyaknya kasus esistensi antibiotik akibat mudahnya pasien membeli antibiotik di apotek, kios atau warung. Seharusnya, antibiotik tidak dijual bebas dan harus berdasarkan resep dokter. Menyimpan antibiotik cadangan di rumah, hingga memaksa dokter untuk minta dituliskan resep antibiotik, merupakan masalah yang terjadi di masyarakat. Ini dapat mendorong terjadinya resistensi antibiotika," katanya.

Menurut dia, tidak semua penyakit perlu ditangani oleh antibiotik. Sebab, penggunaaan antibiotik semata hanya untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi kuman dan bakteri.

"Perlu disadari bahwa antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, bukan mencegah ataau mengatasi penyakit akibat virus. Diperlukan kerjasama semua pihak untuk mengataasi masalah resistensi antibiotik ini," tandasnya.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9119 seconds (0.1#10.140)