Profil, Pendidikan, Karier dan Diskografi Mendiang Ireng Maulana

Minggu, 06 Maret 2016 - 02:05 WIB
Profil, Pendidikan, Karier dan Diskografi Mendiang Ireng Maulana
Profil, Pendidikan, Karier dan Diskografi Mendiang Ireng Maulana
A A A
JAKARTA - Mendiang Ireng Maulana lahir di Jakarta, 15 Juni 1944, dengan nama lengkap Eugene Lodewijk Willem Maulana. Dia adalah seorang pemusik jazz legendaris dari Indonesia. Berikut profil singkat almarhum yang dikutip dari berbagai sumber di wikipedia.

Perjalanan karier
Ireng Maulana putra dari pasangan Max Maulana dengan Georgiana Sinsoe. Bakat musiknya menurun dari ayahnya, seorang pemain gitar asal Cirebon dan ibunya asal Sangir, adalah seorang penyanyi yang pandai memainkan piano.

Nama Ireng diperoleh pada masa kanak-kanak. Adik kandung mendiang Kiboud Maulana (meninggal di Jakarta, 6 Juni 2015) ini terpaksa dititipkan orang tuanya kepada orang lain, untuk mengubah tabiatnya yang lumayan nakal.

Kebetulan yang menerimanya adalah tetangganya, orang Jawa, yang kemudian memberi nama baru "Ireng", yang artinya hitam, meskipun kulit si kecil anak putih bersih.

Kesenangan akan jazz mungkin turun dari pamannya, Tjok Sinsoe, pemain bass pada era jazz tahun 40-an.

Sampai usia remaja, Ireng belum berminat pada musik. Karena ada rasa tanggung jawab kepada keluarga, lantaran ayahnya meninggal, Ireng kemudian kursus bahasa Perancis dan mengetik, juga kursus pemegang buku bond A dan bond B.

Namun bakat musiknya mulai menggoda. Pada usia 16 tahun, Ireng sudah bergumul dengan alat musik, terutama gitar. Dia mulai ikut-ikutan mendiang kakaknya Kiboud Maulana, yang waktu itu sudah menjadi gitaris kondang.

Semula tujuannya bukan untuk mencari uang, hanya sekadar untuk gaya saja. Kemudian bergabung dengan grup band Joes & His Band, dan mulai turut serta pada festival-festival musik. Ternyata dalam lomba itu grupnya berhasil meraih juara kedua, dan ia terpilih sebagai gitaris terbaik.

Dari kelompok Joes & His Band, ia bergabung bersama grup musik Gelora Samudra bermain di Hotel Des Indes Jakarta. Pada tahun 1960-an bersama Bing Slamet, Idris Sardi dan Eddy Tulis, mendirikan Band Eka Sapta.

Grup musik ini ditampilkan oleh Mus Mualim, untuk mengisi acara Pojok Jazz TVRI pada tahun 1970-an. Keinginan memperdalam permainan gitar membuat Ireng bertekad hijrah ke luar negeri selama beberapa tahun.

Dia belajar di City Line Guitar Centre Amerika Serikat, anehnya dia malah belajar memainkan gitar klasik. Setelah itu dilanjutkan untuk memperdalam musik di Konijnklijk Conservatorium, Den Haag, Belanda.

Om Ireng, begitu biasa almarhum disapa oleh fans dan musisi junior Indonesia, mulai mempelajari musik jazz justru dari Mus Mualim. Pada tahun 1964, ia pernah melawat ke New York, turut berpartisipasi mengisi acara New York World Fair.

Tahun 1978 mendirikan grup Ireng Maulana All Stars dengan delapan anggota antara lain, Benny Likumahuwa, (trombone), Hendra Wijaya (piano), Maryono (saksofon), Benny Mustapha (drums), Karim Tes (trompet), Roni, (bass) dan Ireng Maulana sendiri pada (gitar dan banjo).

Bagi yang sering menonton kuis di TVRI era 80-an sampai 90-an, Berpacu Dalam Melodi, pasti tak asing lagi dengan Om Ireng. Karena grup Ireng Maulana All Stars selalu setia jadi pengiring acara itu.

Kelompok ini terus berkembang hingga terbentuknya Ireng Maulana Associates, sebuah organisasi tempat bergabung para musisi jazz di Jakarta. Dengan lembaga ini pula Ireng menyelenggarakan pesta musik jazz internasional Jakarta Jazz Festival. Selain itu ia juga pernah ikut tampil di North Sea Jazz Festival di Belanda.

Penampilannya dalam Festival Jazz Internasional di Singapura, September tahun 1983, mungkin tidak terlupakan Ireng Maulana. Dengan membawa bendera Ireng Maulana All Stars, sambutan penonton di luar dugaan.

Mulanya terkesima, lalu di akhir pertunjukan mereka berdiri, bertepuk tangan, dan meneriakkan bis”(lagi) berkali-kali. Esoknya, pada tanggal 25 September 1983, surat kabar The Sunday Times, muncul dengan berita berjudul Standing Ovation for Jazz Group. Hal yang konon belum pernah dilakukan sebelumnya oleh penonton Singapura, terutama untuk musik jazz.

Kritikus jazz Balbier S. Marcus mengomentari mereka sungguh luar biasa dan sangat sempurna dalam bidangnya masing-masing.”

Pendidikan
Akademi Musik LPKJ
Peabody Conservatorium of Music, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat
Koninklijk Conservatorium, Den Haag, Belanda (gitar)

Karier
Bergabung dengan band Gelora Samudra (1960)
Eka Sapta
Ikut main musik di New York World Fair (1964)
Bergabung dengan grup jazz Indonesia Lima (1968)
Pimpinan Ireng Maulana And His All Stars (1984)

Diskografi
(1974) Semua Bisa Bilang (Hidayat).
(1976) Jazz Vocal Indonesia Volume 1 (Granada) - Margie Segers.
(1977) Festival Lagu Populer Indonesia 1977 - Album Kompilasi.
(1979) Jazz vocal Indonesia (Granada) - Margie Segers.
(1981) Jazz (Granada) - Margie Segers.
(1982) Jazz Vocal Indonesia Volume 2 (Granada) - Margie Segers.
(1982) Jazz Tempo Doeloe (Sumber Ria) - Ireng Maulana All Stars.
(1982) Bossanova Indonesia (Musica Studios) - Rafika Duri.
(1983) Bossanova Indonesia Vol. 2 (Musica Studios) - Rafika Duri.
(1983) Jazz Samba (Musica Studio) - Margie Segers.
(1984) Bossanova Indonesia III (Musica Studios) - Rafika Duri.
(1985) Bagian 1 (Musica Studios) - album duet Bersama Harvey Malaiholo.
(1985) Bagian 2 (Musica Studios) - album duet Bersama Harvey Malaiholo.
(1987) Lembut & Manis (Hemagita Recorda) - Harvey Malaiholo & Andi Meriem Matalatta.
(1987) Merah Biru Bossanova (Musica Studios) - Harvey Malaiholo.
(2005) Sweet Jazzy (Platinum) - Margie Segers.
(2005) The Lady Of Jazz (Platinum) - Margie Segers.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5314 seconds (0.1#10.140)