Seberapa Jahatkah Iron Man di Captain America: Civil War?
A
A
A
LOS ANGELES - Iron Man biasanya menjadi tokoh protagonist atau baik dalam film yang dibintanginya. Tapi di Captain America: Civil War, dia memiliki peranan lain.
Di film ini, Tony Stark akan menjadi tokoh jahat. Tapi, apakah yang membuat Iron Man menjadi penjahat di film ini?
Presiden Marvel Studios Kevin Feige mengonfirmasi bahwa Stark akan jadi penjahatnya. Inspirasi penokohan ini muncul dari serial komik yang ditulis Mark Millar pada 2006—2007.
“Seperti di komik, ada seseorang yang lebih benar dari lainnya. Beberapa tahun setelah komik Civil War, Stark jadi sedikit seperti penjahat. Dia telah dilabeli penjahat. Dia melakukannya untuk alasan yang benar dan dia adalah seorang futurist,” papar Kevin, yang dikutip EW.
Tapi, penjahat selalu berpikir bahwa mereka melakukan apa yang mereka lakukan untuk alasan yang tepat. Di film yang akan tayang di Indonesia pada 27 April—berdasarkan data IMDB—ini, para penulis skenarionya—Christopher Markus dan Stephen McFeely—beserta sutradara Anthony dan Joe Russo berusaha menyeimbangkan perkelahian superhero itu. Semua diskusi #TeamCap dan #TeamIronMan dimaksudkan untuk menciptakan debat yang sesungguhnya.
“Jelasnya, jika kalian melakukan polling dari komik itu, 90% responden akan memihak Cap. Dan, kami tidak mau itu. Kami ingin orang-orang ini terbelah. Kami ingin orang keluar dari bioskop dan mendebatkannya di tempat parkir. Saya kira Cap benar. Saya kira Iron Man yang benar. Seperi itu,” ujar Kevin.
Kevin mengklaim itu sudah terjadi di uji screening film itu. “Kami melihat keseimbangan itu. Saya kira pada screening terakhir kami melakukannya hampir 50:50. Berapa banyak yang sepakat dengan Cap? Separuhnya. Berapa banyak yang sepakat dengan Tony? Separuhnya,” beber Kevin.
Bahkan salah satu penulis naskah itu mengaku tidak bisa memihak karakter utamanya. “Saya merasa komiknya berujung terlalu jauh—karena Tony seperti kehilangan pikirannya di komik, membangun penjara antariksa dan semuanya. Tuhan tahu, saya suka Captain America. Kami suka pemberontak di film, tapi saya benar-benar tidak ingin lebih berkuasa di atas orang lain hanya karena melakukan apa pun yang mereka rasa suka. Saya orang yang taat peraturan di kehidupan nyata. Jadi, ini seperti dilema,” urai Christopher.
Ketidakberuntungan menjadi film ke-13 di serial itu adalah banyak kisah yang sama pernah diceritakan sebelumnya. Stephen menuturkan, Captain America: Civil War adalah sebuah peluang untuk perhitungan.
“Sebagian film ini bisa diperhitungkan. Kami mengakui bahwa dalam sepertiga aksi di film ini banyak yang terjadi dan banyak kerusakan properti dan jelas banyak orang tewas, meski kami tidak ingin memikirkannya,” tutur dia.
Di Civil War, mereka memikirkannya. Christopher dan Stephen mengakui film blockbuster dan buku komik sering kali mengabaikan jumlah korban jiwa untuk menghindari membuat ceritanya terlalu menegangkan.
“Yah, kami tidak mau menyingkirkan semua orang, tapi kami ingin memajukan ceritanya dan mengakui film yang telah muncul sebelumnya,” ujar Stephen.
Kedua penulis naskah itu bahkan menyatakan diri mereka bersalah telah mengabaikan jumlah korban jiwa di film Marvel mereka sebelumnya, Captain America: The Winter Soldier. “Ada perbedaan antara film bencana atau film monster dan film pahlawan karena kalau orang sekarat di film superhero, maka itu berarti si superhero tidak melakukan pekerjaannya. Alien bisa membunuh semua orang dan pahlawan kalian tetap menjadi pahlawan, tapi kalian harus mengalihkan kamera ketika ada helikopter jatuh di tengah jalan raya di Washington DC seperti yang terjadi di film terakhir kami dan bertanya apakah semua orang melompat keluar dari mobil mereka dan lari dan Tony membayar tagihan asuransi mereka atau bagaimana?” papar Christopher.
Dengan kata lain, kalian masih bisa menyukai Captain America—tapi Iron Man tidak salah. Orang baik bisa menyebabkan banyak bencana ketika berusaha melakukan hal yang benar.
Plot film ini diangkat dari komik tentang perseteruan antara Iron Man dan Captain America. Perseteruan ini membuat tokoh dari komik itu kemudian memilih bergabung dengan kubu salah satu superhero itu dalam sebuah pertempuran besar.
Di komik, inti konflik itu berpusat pada Iron Man yang bekerja dengan Kongres Amerika Serikat (AS) untuk meloloskan peraturan yang mewajibkan seluruh superhero mendaftarkan diri ke pemerintah. Captain America tidak setuju dan membentuk perlawanan dengan sejumlah superhero untuk melawan Iron Man beserta sekutunya.
Di film ini, Tony Stark akan menjadi tokoh jahat. Tapi, apakah yang membuat Iron Man menjadi penjahat di film ini?
Presiden Marvel Studios Kevin Feige mengonfirmasi bahwa Stark akan jadi penjahatnya. Inspirasi penokohan ini muncul dari serial komik yang ditulis Mark Millar pada 2006—2007.
“Seperti di komik, ada seseorang yang lebih benar dari lainnya. Beberapa tahun setelah komik Civil War, Stark jadi sedikit seperti penjahat. Dia telah dilabeli penjahat. Dia melakukannya untuk alasan yang benar dan dia adalah seorang futurist,” papar Kevin, yang dikutip EW.
Tapi, penjahat selalu berpikir bahwa mereka melakukan apa yang mereka lakukan untuk alasan yang tepat. Di film yang akan tayang di Indonesia pada 27 April—berdasarkan data IMDB—ini, para penulis skenarionya—Christopher Markus dan Stephen McFeely—beserta sutradara Anthony dan Joe Russo berusaha menyeimbangkan perkelahian superhero itu. Semua diskusi #TeamCap dan #TeamIronMan dimaksudkan untuk menciptakan debat yang sesungguhnya.
“Jelasnya, jika kalian melakukan polling dari komik itu, 90% responden akan memihak Cap. Dan, kami tidak mau itu. Kami ingin orang-orang ini terbelah. Kami ingin orang keluar dari bioskop dan mendebatkannya di tempat parkir. Saya kira Cap benar. Saya kira Iron Man yang benar. Seperi itu,” ujar Kevin.
Kevin mengklaim itu sudah terjadi di uji screening film itu. “Kami melihat keseimbangan itu. Saya kira pada screening terakhir kami melakukannya hampir 50:50. Berapa banyak yang sepakat dengan Cap? Separuhnya. Berapa banyak yang sepakat dengan Tony? Separuhnya,” beber Kevin.
Bahkan salah satu penulis naskah itu mengaku tidak bisa memihak karakter utamanya. “Saya merasa komiknya berujung terlalu jauh—karena Tony seperti kehilangan pikirannya di komik, membangun penjara antariksa dan semuanya. Tuhan tahu, saya suka Captain America. Kami suka pemberontak di film, tapi saya benar-benar tidak ingin lebih berkuasa di atas orang lain hanya karena melakukan apa pun yang mereka rasa suka. Saya orang yang taat peraturan di kehidupan nyata. Jadi, ini seperti dilema,” urai Christopher.
Ketidakberuntungan menjadi film ke-13 di serial itu adalah banyak kisah yang sama pernah diceritakan sebelumnya. Stephen menuturkan, Captain America: Civil War adalah sebuah peluang untuk perhitungan.
“Sebagian film ini bisa diperhitungkan. Kami mengakui bahwa dalam sepertiga aksi di film ini banyak yang terjadi dan banyak kerusakan properti dan jelas banyak orang tewas, meski kami tidak ingin memikirkannya,” tutur dia.
Di Civil War, mereka memikirkannya. Christopher dan Stephen mengakui film blockbuster dan buku komik sering kali mengabaikan jumlah korban jiwa untuk menghindari membuat ceritanya terlalu menegangkan.
“Yah, kami tidak mau menyingkirkan semua orang, tapi kami ingin memajukan ceritanya dan mengakui film yang telah muncul sebelumnya,” ujar Stephen.
Kedua penulis naskah itu bahkan menyatakan diri mereka bersalah telah mengabaikan jumlah korban jiwa di film Marvel mereka sebelumnya, Captain America: The Winter Soldier. “Ada perbedaan antara film bencana atau film monster dan film pahlawan karena kalau orang sekarat di film superhero, maka itu berarti si superhero tidak melakukan pekerjaannya. Alien bisa membunuh semua orang dan pahlawan kalian tetap menjadi pahlawan, tapi kalian harus mengalihkan kamera ketika ada helikopter jatuh di tengah jalan raya di Washington DC seperti yang terjadi di film terakhir kami dan bertanya apakah semua orang melompat keluar dari mobil mereka dan lari dan Tony membayar tagihan asuransi mereka atau bagaimana?” papar Christopher.
Dengan kata lain, kalian masih bisa menyukai Captain America—tapi Iron Man tidak salah. Orang baik bisa menyebabkan banyak bencana ketika berusaha melakukan hal yang benar.
Plot film ini diangkat dari komik tentang perseteruan antara Iron Man dan Captain America. Perseteruan ini membuat tokoh dari komik itu kemudian memilih bergabung dengan kubu salah satu superhero itu dalam sebuah pertempuran besar.
Di komik, inti konflik itu berpusat pada Iron Man yang bekerja dengan Kongres Amerika Serikat (AS) untuk meloloskan peraturan yang mewajibkan seluruh superhero mendaftarkan diri ke pemerintah. Captain America tidak setuju dan membentuk perlawanan dengan sejumlah superhero untuk melawan Iron Man beserta sekutunya.
(alv)