Puasa, Waspadai Kenaikan Berat Badan Akibat Pola Makan
A
A
A
BANDUNG - Menjelang bulan puasa nanti, Indonesia sudah memasuki musim pancaroba. Tidak jarang, masyarakat pun kerap diserang beragam penyakit lantaran daya tahan tubuh yang berkurang. Akan tetapi, asupan gizi yang baik, sebenarnya bisa menghalau berbagai penyakit terutama dalam meningkatkan daya tahan tubuh seseorang.
Kepala Instalasi Gizi, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Asep Ahmad Munawar, SKM.,MKM mengungkapkan, jelang melakukan puasa sebaiknya seseorang melakukan persiapan. Hal ini disebabkan, ada pola makan yang selama 11 bulan itu sama, namun khusus di bulan Ramadhan menjadi berubah.
Pada prinsipnya, pemenuhan kebutuhan gizi di bulan Ramadhan pun sama dengan bulan-bulan lainnya. Tapi, dia menuturkan, karena pola makan yang berubah menjadi sahur dan buka saja, maka terjadi pengurangan asupan makanan ke dalam tubuh.
“Idealnya, ketika anda berpuasa, maka terjadi pengurangan asupan makanan sekitar 10—20% ke dalam tubuh. Hal ini tentu seharusnya berdampak pada penurunan berat badan. Namun jika saat puasa berat badan Anda naik, maka harus dipertanyakan kembali apakah puasa yang anda lakukan sudah sesuai anjuran gizi atau belum. Lantaran kenaikan berat badan di bulan puasa dinilai kurang baik,” papar saat ditemui Koran Sindo Jabar di RSHS, baru-baru ini.
Adanya kenaikan berat badan, menurut Asep, bisa jadi karena seseorang tidak mampu mengendalikan asupan makanannya ke dalam tubuh. Meski secara kuantitas, biasanya seseorang makan sehari tiga kali namun saat bulan Ramadhan hanya dua kali, akan tetapi asupan makanannya pun perlu dikaji lagi, apakah kandungan protein maupun karbohidratnya mencukupi atau berlebihan.
Pada hakikatnya, berpuasa di bulan Ramadhan adalah menahan segala hawa nafsu, termasuk nafsu makan yang berlebih. Untuk itu Asep menyarankan agar selama bulan Ramadhan, agar tidak makan sebelum lapar dan sebaiknya berhenti sebelum kenyang.
Dia mengakui, tatkala berbuka puasa, biasanya seseorang melampiaskan nafsu makanannya dengan mengonsumsi makanan secara berlebihan. Tapi hal itu malah dikhawatirkan membuat anda kelebihan lemak yang nantinya akan berubah menjadi senyawa lemak.
“Senyawa lemak inilah yang bisa menjadi cikal bakal berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan pencernaan, kolesterol yang tinggi, dan termasuk kelebihan berat badan,” ujarnya.
Agar menu santapan tetap seimbang dan berat badan tetap normal, maka perlu diatur asupan makanan ketika sahur dan berbuka puasa. Untuk sahur, dia menyarankan agar seseorang mengonsumsi jenis karbohidrat kompleks seperti nasi atau roti terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena kedua jenis makanan ini mampu memberikan rasa kenyang yang lebih lama dan proses pencernaannya pun relatif lebih lama, sehingga proses penyediaan energy di tubuh pun tersimpan lebih lama.
Di samping itu, asupan protein dan sayuran pun tetap harus ada. Menurut dia, asupan sayuran dengan serat yang tinggi bisa memperlambat proses pengosongan lambung, sehingga ketika berpuasa lambung anda pun akan terisi energy lebih lama.
“Sebaiknya sayuran yang mengandung serat lebih banyak itu dikonsumsi pula ketika sahur. Agar serat yang ada bisa membuat Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga saat lambung kosong hingga 13 jam, anda tetap tidak kehilangan energi dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa,” kata Asep.
Namun, dia pun memaklumi jika banyak orang kurang berselera makan ketika sahur lantaran baru bangun tidur. Hal itu sebenarnya bisa diakali dengan bangun satu jam lebih awal sebelum sahur. Saat trejadi pengosongan lambung selama sejam itu, biasanya selera makan seseorang akan muncul. Sehingga Anda pun bisa menyantap makan sahur dengan lebih berselera.
Begitu pula saat menyantap makanan berbuka. Sebaiknya, saat tiba waktu berbuka anda segara menyantap hidangan yang mampu menggantikan energy tubuh yang hilang dengan lebih cepat. Misalkan saja dengan mengonsumsi jenis karbohidrat sederhana seperti makanan atau minuman manis atau mengandung gula. Hal ini disebabkan, makanan atau minuman yang manis, akan lebih mudah penyerapanan energinya oleh tubuh.
“Saat buka puasa, sebaiknya hindari langsung makan nasi atau makanan berat. Lantaran makanan tersebut proses penyerapan energinya lebih lamban oleh tubuh. Biasakan buka dengan makanan atau minuman yang manis, lalu beri jeda selama beberapa menit sebelum akhirnya menyantap makanan berat, agar lambung tidak kaget dan Anda bisa terhindar dari gangguan pencernaan,” pungkasnya.
Kepala Instalasi Gizi, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Asep Ahmad Munawar, SKM.,MKM mengungkapkan, jelang melakukan puasa sebaiknya seseorang melakukan persiapan. Hal ini disebabkan, ada pola makan yang selama 11 bulan itu sama, namun khusus di bulan Ramadhan menjadi berubah.
Pada prinsipnya, pemenuhan kebutuhan gizi di bulan Ramadhan pun sama dengan bulan-bulan lainnya. Tapi, dia menuturkan, karena pola makan yang berubah menjadi sahur dan buka saja, maka terjadi pengurangan asupan makanan ke dalam tubuh.
“Idealnya, ketika anda berpuasa, maka terjadi pengurangan asupan makanan sekitar 10—20% ke dalam tubuh. Hal ini tentu seharusnya berdampak pada penurunan berat badan. Namun jika saat puasa berat badan Anda naik, maka harus dipertanyakan kembali apakah puasa yang anda lakukan sudah sesuai anjuran gizi atau belum. Lantaran kenaikan berat badan di bulan puasa dinilai kurang baik,” papar saat ditemui Koran Sindo Jabar di RSHS, baru-baru ini.
Adanya kenaikan berat badan, menurut Asep, bisa jadi karena seseorang tidak mampu mengendalikan asupan makanannya ke dalam tubuh. Meski secara kuantitas, biasanya seseorang makan sehari tiga kali namun saat bulan Ramadhan hanya dua kali, akan tetapi asupan makanannya pun perlu dikaji lagi, apakah kandungan protein maupun karbohidratnya mencukupi atau berlebihan.
Pada hakikatnya, berpuasa di bulan Ramadhan adalah menahan segala hawa nafsu, termasuk nafsu makan yang berlebih. Untuk itu Asep menyarankan agar selama bulan Ramadhan, agar tidak makan sebelum lapar dan sebaiknya berhenti sebelum kenyang.
Dia mengakui, tatkala berbuka puasa, biasanya seseorang melampiaskan nafsu makanannya dengan mengonsumsi makanan secara berlebihan. Tapi hal itu malah dikhawatirkan membuat anda kelebihan lemak yang nantinya akan berubah menjadi senyawa lemak.
“Senyawa lemak inilah yang bisa menjadi cikal bakal berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan pencernaan, kolesterol yang tinggi, dan termasuk kelebihan berat badan,” ujarnya.
Agar menu santapan tetap seimbang dan berat badan tetap normal, maka perlu diatur asupan makanan ketika sahur dan berbuka puasa. Untuk sahur, dia menyarankan agar seseorang mengonsumsi jenis karbohidrat kompleks seperti nasi atau roti terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena kedua jenis makanan ini mampu memberikan rasa kenyang yang lebih lama dan proses pencernaannya pun relatif lebih lama, sehingga proses penyediaan energy di tubuh pun tersimpan lebih lama.
Di samping itu, asupan protein dan sayuran pun tetap harus ada. Menurut dia, asupan sayuran dengan serat yang tinggi bisa memperlambat proses pengosongan lambung, sehingga ketika berpuasa lambung anda pun akan terisi energy lebih lama.
“Sebaiknya sayuran yang mengandung serat lebih banyak itu dikonsumsi pula ketika sahur. Agar serat yang ada bisa membuat Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga saat lambung kosong hingga 13 jam, anda tetap tidak kehilangan energi dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa,” kata Asep.
Namun, dia pun memaklumi jika banyak orang kurang berselera makan ketika sahur lantaran baru bangun tidur. Hal itu sebenarnya bisa diakali dengan bangun satu jam lebih awal sebelum sahur. Saat trejadi pengosongan lambung selama sejam itu, biasanya selera makan seseorang akan muncul. Sehingga Anda pun bisa menyantap makan sahur dengan lebih berselera.
Begitu pula saat menyantap makanan berbuka. Sebaiknya, saat tiba waktu berbuka anda segara menyantap hidangan yang mampu menggantikan energy tubuh yang hilang dengan lebih cepat. Misalkan saja dengan mengonsumsi jenis karbohidrat sederhana seperti makanan atau minuman manis atau mengandung gula. Hal ini disebabkan, makanan atau minuman yang manis, akan lebih mudah penyerapanan energinya oleh tubuh.
“Saat buka puasa, sebaiknya hindari langsung makan nasi atau makanan berat. Lantaran makanan tersebut proses penyerapan energinya lebih lamban oleh tubuh. Biasakan buka dengan makanan atau minuman yang manis, lalu beri jeda selama beberapa menit sebelum akhirnya menyantap makanan berat, agar lambung tidak kaget dan Anda bisa terhindar dari gangguan pencernaan,” pungkasnya.
(alv)