Sejak Usia Berapa Anak Mulai Belajar Berpuasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meski tidak diwajibkan berpuasa, anak perlu mengenal dan belajar sejak dini agar terbiasa. Apa saja yang harus diperhatikan orang tua saat mengajarkan anak berpuasa?
Tidak ada salahnya mengajari anak berpuasa sejak dini sehingga kelak ia akan terbiasa. Namun, pertanyaannya, usia berapa baiknya anak mulai berpuasa? Dikatakan Cut Nurul Hafifah SpA (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik RS Pondok Indah – Pondok Indah, orang tua dapat mulai mengajari anak berpuasa ketika ia berusia di atas 7 tahun.
Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui. Bila anak sudah lebih besar, ketika memasuki usia remaja, risiko hipoglikemia akan semakin berkurang. Mereka sudah lebih mampu menahan lapar dan haus. Dr Cut Nurul menyampaikan suatu penelitian di Qatar, di mana disebutkan bahwa performa akademik anak berusia 12 tahun yang sedang berpuasa terlihat cukup baik.
Tak dapat dimungkiri, berpuasa mengubah kondisi tubuh seorang anak. Setelah berpuasa selama enam jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah. Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi.
Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut. "Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Akibatnya bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh," kata dr Cut Nurul. (Baca: Ini Makanan yang Perlu Dihindari Penderita Diabetes)
Anak yang berusia di bawah usia tujuh tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa. Selain itu, kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Bukan hanya itu, perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah.
Dr Cut menyarankan bagi orang tua yang menginginkan anaknya belajar berpuasa, maka bisa dicoba untuk berpuasa dari makanan padat terlebih dahulu. Namun, izinkan mereka tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas. "Anda dapat memulai mengajak anak Anda berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang. Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan," kata dr Cut.
Selanjutnya orang tua dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam. (Baca juga: Bolehkah Memberi Anak Hadiah Agar Mau Berpuasa?)
Dari kacamata psikolog, psikolog klinis dari rumah Dandelion Nadya Pramesrani MPsi mengatakan, untuk menentukan anak sudah siap berlatih berpuasa adalah dengan melihat kemampuan anak sendiri.
Orang tua bisa bertanya kepada sang buah hati, apakah ia sudah mau mencoba berpuasa. “Bila jawabannya, iya mau, maka tinggal kita lihat sejauh mana ia sanggup atau mau mencoba. Misalnya ada yang mau sahur saja tapi ga ikut puasa atau ikut buka (puasa) saja, tidak apa karena di sini tujuannya memang perkenalan saja,” urai Nadya. Dengan begitu, anak masih berada dalam tahap belajar.
Dari sini jika terus dibiasakan, maka kesanggupan anak akan bertambah. Misalnya dari yang hanya sahur, mencoba untuk setengah hari sampai akhirnya menuntaskan puasanya tanpa paksaan. Ya, perkara mengajarkan anak berpuasa boleh dibilang susah-susah gampang. Sebut saja membangunkan anak yang sedang terlelap tidur untuk sahur, tidak tahan lapar dan haus, malas beraktivitas lantaran berpuasa, belum lagi harus membujuknya dengan berbagai reward jika ia berhasil menjaga puasanya. Sederet hal ini menjadi tantangan yang harus ditaklukkan orang tua. Meski begitu hal ini sudah menjadi kewajiban orang tua dalam hal mendidik anak. (Sri Noviarni)
Tidak ada salahnya mengajari anak berpuasa sejak dini sehingga kelak ia akan terbiasa. Namun, pertanyaannya, usia berapa baiknya anak mulai berpuasa? Dikatakan Cut Nurul Hafifah SpA (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik RS Pondok Indah – Pondok Indah, orang tua dapat mulai mengajari anak berpuasa ketika ia berusia di atas 7 tahun.
Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui. Bila anak sudah lebih besar, ketika memasuki usia remaja, risiko hipoglikemia akan semakin berkurang. Mereka sudah lebih mampu menahan lapar dan haus. Dr Cut Nurul menyampaikan suatu penelitian di Qatar, di mana disebutkan bahwa performa akademik anak berusia 12 tahun yang sedang berpuasa terlihat cukup baik.
Tak dapat dimungkiri, berpuasa mengubah kondisi tubuh seorang anak. Setelah berpuasa selama enam jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah. Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi.
Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut. "Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Akibatnya bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh," kata dr Cut Nurul. (Baca: Ini Makanan yang Perlu Dihindari Penderita Diabetes)
Anak yang berusia di bawah usia tujuh tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa. Selain itu, kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Bukan hanya itu, perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah.
Dr Cut menyarankan bagi orang tua yang menginginkan anaknya belajar berpuasa, maka bisa dicoba untuk berpuasa dari makanan padat terlebih dahulu. Namun, izinkan mereka tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas. "Anda dapat memulai mengajak anak Anda berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang. Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan," kata dr Cut.
Selanjutnya orang tua dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam. (Baca juga: Bolehkah Memberi Anak Hadiah Agar Mau Berpuasa?)
Dari kacamata psikolog, psikolog klinis dari rumah Dandelion Nadya Pramesrani MPsi mengatakan, untuk menentukan anak sudah siap berlatih berpuasa adalah dengan melihat kemampuan anak sendiri.
Orang tua bisa bertanya kepada sang buah hati, apakah ia sudah mau mencoba berpuasa. “Bila jawabannya, iya mau, maka tinggal kita lihat sejauh mana ia sanggup atau mau mencoba. Misalnya ada yang mau sahur saja tapi ga ikut puasa atau ikut buka (puasa) saja, tidak apa karena di sini tujuannya memang perkenalan saja,” urai Nadya. Dengan begitu, anak masih berada dalam tahap belajar.
Dari sini jika terus dibiasakan, maka kesanggupan anak akan bertambah. Misalnya dari yang hanya sahur, mencoba untuk setengah hari sampai akhirnya menuntaskan puasanya tanpa paksaan. Ya, perkara mengajarkan anak berpuasa boleh dibilang susah-susah gampang. Sebut saja membangunkan anak yang sedang terlelap tidur untuk sahur, tidak tahan lapar dan haus, malas beraktivitas lantaran berpuasa, belum lagi harus membujuknya dengan berbagai reward jika ia berhasil menjaga puasanya. Sederet hal ini menjadi tantangan yang harus ditaklukkan orang tua. Meski begitu hal ini sudah menjadi kewajiban orang tua dalam hal mendidik anak. (Sri Noviarni)
(ysw)