Tiga Motif Batik Relief Candi Diperkenalkan
A
A
A
YOGYAKARTA - UNESCO memperkenalkan motif batik relief batik hasil karya perajin yang berada di seputaran tiga candi di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Motif batik relief dengan ciri khas masing-masing candi tersebut merupakan salah satu hasil pendampingan UNESCO kepada puluhan ibu rumah tangga yang berada di seputaran candi Borobudur, Prambanan serta Sonjiwani.
Direktur Kantor UNESCO Jakarta, Dr. Shahbaz Khan mengatakan, sebagai satu-satunya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mempunyai mandate dalam pelestarian budaya, UNESCO memainkan peranan khusus dalam mempromosikan aksi kreatifitas manusia dan upaya pelestarian berbagai macam warisan budaya di seluruh penjuru dunia.
“UNESCO terus berupaya demi perlindungan warisan budaya tidak bergerak; pelestarian warisan budaya yang hidup; promosi dialog antar budaya, kohesi sosial, dan keberagaman,” tuturnya ketika memperkenalkan batik tiga candi ke hadapan public di Tirana House, Yogyakarta, Kamis (2/6/2016).
Beberapa tahun terakhir, pihaknya melakukan pendampingant terhadap masyarakat di sekitar candi Borobodur, Prambanan dan Sonjiwani. UNESCO sengaja melakukan pendampingan ke masyarakat di sekitar candi mengingat potensi pengembangannya yang cukup besar. Candi Borobudur dikunjungi oleh lebih dari 3 juta turis per tahun, sedangkan Prambanandikunjungi sekitar 2 juta turis pertahunnya.
Sejak 2012, mereka melakukan kajian potensi daerah yang bisa diangkat menjadi produk unggulan. Kemudian antara 2014 dan 2015, berdasarkan hasil dari pemetaan dan konsultasi dengan pemangku kepentingan lokal, UNESCO bekerja memfasilitasi dan menjangkau komunitas di sekeliling
Borobudur dan Prambanan untuk mengembangkan motif batik baru dari dua wilayah tersebut.
UNESCO dan masyarakat setempat melaksanakan diskusi awal dan sepakat untuk mengembangkan batik yang akan menunjukan motif relief candi. UNESCO kemudian bekerja sama erat dengan seorang perancang motif batikdari Yogyakarta untuk menciptakan rancangan baru yang telah diadopsi dari relief-relief Kompleks Candi Borobudur (Candi Pawon dan Mendut) dan candi- candi di sekitar Prambanan (Candi Sojiwan dan Ijo).
“Proses kreatif bersama masyarakat ini kemudian melahirkan tiga produk kreatif baru yaitu Batik Borobudur, Batik Sonjiwani dan Rumah Jumputan Sambirejo,” paparnya.
UNESCO juga memfasilitasi komunitas dampingan untuk berpartisipasi dalam beberapa pameran produk yang diselenggarakan di wilayah provinsi ataupun nasional sehingga mereka bisa mempromosikan keunggulan produknya. Salah satu upaya kemitraan yang sukses dilakukan oleh komunitas dampingan adalah dengan satu entitas usaha di Yogyakarta, yaitu Tirana House. Tirana House adalah sebuah butik yang menggabungkan artspace sebagai konsepnya.
“Dengan menggandeng desainer berbakat dan ahli jumputan dari Yogyakarta yaitu Darie Gunawan dan Caroline Rika Winata para perajin mampu menghasilkan busana siap pakai yang lumayan bagus,” ungkapnya.
Administrative and Project Assisten Culture Uni-UNESCO, T Cilik Pamungkas mengatakan, tiga motif batik telah dihasilkan di antaranya adalah batik Borobudur, Sonjiwani, dan Candi Ijo. Dua komunitas batik di Borobudur dan Prambanan menamakan batik mereka dengan nama Batik Borobudur dan Batik Sonjiwani. Dan motif ketiga adalah batik Jumputan Sambirejo - Candi Ijo.
“Sebagai langkah awal, UNESCO bekerjasama dengan seorang seniman dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta untuk membuat 14 rancangan motif baru yang didasarkan pada relief candi yang dapat ditemukan pada Candi Mendut, Pawon, dan Sojiwan,” paparnya.
Direktur Kantor UNESCO Jakarta, Dr. Shahbaz Khan mengatakan, sebagai satu-satunya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mempunyai mandate dalam pelestarian budaya, UNESCO memainkan peranan khusus dalam mempromosikan aksi kreatifitas manusia dan upaya pelestarian berbagai macam warisan budaya di seluruh penjuru dunia.
“UNESCO terus berupaya demi perlindungan warisan budaya tidak bergerak; pelestarian warisan budaya yang hidup; promosi dialog antar budaya, kohesi sosial, dan keberagaman,” tuturnya ketika memperkenalkan batik tiga candi ke hadapan public di Tirana House, Yogyakarta, Kamis (2/6/2016).
Beberapa tahun terakhir, pihaknya melakukan pendampingant terhadap masyarakat di sekitar candi Borobodur, Prambanan dan Sonjiwani. UNESCO sengaja melakukan pendampingan ke masyarakat di sekitar candi mengingat potensi pengembangannya yang cukup besar. Candi Borobudur dikunjungi oleh lebih dari 3 juta turis per tahun, sedangkan Prambanandikunjungi sekitar 2 juta turis pertahunnya.
Sejak 2012, mereka melakukan kajian potensi daerah yang bisa diangkat menjadi produk unggulan. Kemudian antara 2014 dan 2015, berdasarkan hasil dari pemetaan dan konsultasi dengan pemangku kepentingan lokal, UNESCO bekerja memfasilitasi dan menjangkau komunitas di sekeliling
Borobudur dan Prambanan untuk mengembangkan motif batik baru dari dua wilayah tersebut.
UNESCO dan masyarakat setempat melaksanakan diskusi awal dan sepakat untuk mengembangkan batik yang akan menunjukan motif relief candi. UNESCO kemudian bekerja sama erat dengan seorang perancang motif batikdari Yogyakarta untuk menciptakan rancangan baru yang telah diadopsi dari relief-relief Kompleks Candi Borobudur (Candi Pawon dan Mendut) dan candi- candi di sekitar Prambanan (Candi Sojiwan dan Ijo).
“Proses kreatif bersama masyarakat ini kemudian melahirkan tiga produk kreatif baru yaitu Batik Borobudur, Batik Sonjiwani dan Rumah Jumputan Sambirejo,” paparnya.
UNESCO juga memfasilitasi komunitas dampingan untuk berpartisipasi dalam beberapa pameran produk yang diselenggarakan di wilayah provinsi ataupun nasional sehingga mereka bisa mempromosikan keunggulan produknya. Salah satu upaya kemitraan yang sukses dilakukan oleh komunitas dampingan adalah dengan satu entitas usaha di Yogyakarta, yaitu Tirana House. Tirana House adalah sebuah butik yang menggabungkan artspace sebagai konsepnya.
“Dengan menggandeng desainer berbakat dan ahli jumputan dari Yogyakarta yaitu Darie Gunawan dan Caroline Rika Winata para perajin mampu menghasilkan busana siap pakai yang lumayan bagus,” ungkapnya.
Administrative and Project Assisten Culture Uni-UNESCO, T Cilik Pamungkas mengatakan, tiga motif batik telah dihasilkan di antaranya adalah batik Borobudur, Sonjiwani, dan Candi Ijo. Dua komunitas batik di Borobudur dan Prambanan menamakan batik mereka dengan nama Batik Borobudur dan Batik Sonjiwani. Dan motif ketiga adalah batik Jumputan Sambirejo - Candi Ijo.
“Sebagai langkah awal, UNESCO bekerjasama dengan seorang seniman dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta untuk membuat 14 rancangan motif baru yang didasarkan pada relief candi yang dapat ditemukan pada Candi Mendut, Pawon, dan Sojiwan,” paparnya.
(nfl)